Wislahcom | Referensi | : Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah telah berkembang sangat pesat. Tarekat bukan hanya sebagai metode pembersihan hati dengan zikir, wirid, shalawat semata, namun sudah melembaga menjadi lembaga-lembaga formal sufi. Agar terhindar dari ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunah, kaum sufi mengelompokkan tarekat menjadi Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Syatariyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Tijaniyah, dan Tarekat Samaniyah.
Nah siapa tokoh Tarekat Tijaniyah? Apa ajaran Tarekat Tijaniyah?
Simak uraian singkat tentang : Tokoh Tarekat Tijaniyah, Ajaran Tarekat Tijaniyah dan Amalan Tarekat Tijaniyah.
Tokoh Tarekat Tijaniyah
Pendiri tarekat Tijaniyah adalah Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhat al-Tijani. Beliau lahir tahun 1150 H/1737 M di desa Ain Madhi, al-Jazair, dan meninggal pada 17 Syawal tahun 1230 H/1815 M, dan dimakamkan di Kota Fez, Maroko. Beliau dibesarkan pada keluarga yang taat beragama.
Sejak kecil orang tua sudah membekali berbagai ilmu agama terutama yang berhubungan dengan masalah ibadah dan akhlak mulia. Keistimewaan al-Tijani sudah tampak saat usianya tujuh tahun. Salah satunya kemahirannya dalam Qira’ah Nafī (qira’at Imam Nafī) di bawah bimbingan gurunya Sayyid Muhammad bin Hamawi al-Tijani, seorang alim dan terkenal kesholehannya dan kewaliannya. Dengan kecerdasannya al-Tijani cepat dapat menguasai beberapa ilmu dengan sempurna seperti ilmu Usul, ilmu Furu’ dan ilmu Adab.
Penguasaannya terhadap berbagai ilmu pengetahuan agama terutama terhadap ajaran-ajaran Maliki, Hadits, Kalam Asy’ari dan Tasawuf, merupakan keistimewaan beliau, sehingga menjadikannya menduduki posisi puncak karirnya dengan menjadi seorang mufti di usia 20 tahun. Adapun penguasaan ilmu Tasawuf didapatkannya melalui banyak perjalanan, dan membutuhkan proses panjang untuk mencapai kewaliannya.
Tarekat Tijaniyah merupakan tarekat yang dasar pembentukannya menggunakan sistem barzakhi, yang berpaham bahwa ajaran-ajaran tasawuf tidak diperoleh melalui pengajaran dari guru-guru sebelumya tetapi diperoleh langsung oleh Syaikh Ahmad al-Tijani dari Rasulullah Saw dalam perjumpaannya dalam keadaan terjaga (yaqzhah). Perjumpaan dengan melihat Rasulullah walaupun beliau telah berada di alam barzakh merupakan bagian dari kekeramatan wali. Bagi dunia tasawuf, berjumpa dengan Rasulullah Saw menunjukkan jaminan maqam kewalian seseorang dari Rasulullah Saw.
Penyebaran tarekat Tijaniyah hampir merata di seluruh wilayah Indonesia dan basis utamanya terdapat di Pulau Jawa seperti; Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Brebes, Pekalongan, Surabaya dan Madura.
Ajaran Tarekat Tijaniyah
- Melazimkan salat fardhu pada waktunya dengan memelihara syarat, rukun dan segala adabnya yang sunat-sunat. Dan diutamakan sekali untuk shalat berjamaah.
- Taqwa kepada Allah Swt dengan lahir dan batin sesuai kemampuan. Jika terjadi pelanggaran syar’i wajib segera bertaubat kepada Allah Swt.
- Tidak ziarah untuk minta doa kepada waliyullah yang bukan dari Tijaniyah dan sahabat Rasulullah Saw, baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup. Tetapi wajib memuliakan waliyullah.
- Tidak menggabungkan ajaran tarekat Tijaniyah dengan tarekat yang lainnya.
Amalan Tarekat Tijaniyah
- Wirid Lazimah yaitu; Istighfar Wirid 100 x, Shalawat 100 x, dan Kalimatul Ikhlas 100 x. Wirid ini dilaksanakan setiap pagi dan sore hari. Di waktu pagi dimulai setelah selesai salat subuh dan berakhir hingga datangnya waktu dhuha. Adapun di sore hari dilaksanakan setelah salat ashar hingga datangnya waktu Isya.
- Wirid Wadifah yaitu; Istighfar Wādifah 30 x, Shalawat Fatih 50 x, Kalimatul Ikhlas 100 x, Shalawat Jauharatul Kalam 12 x. Amalan ini dilaksanakan satu kali dalam sehari semalam.
- Wirid Hailalah yaitu membaca Kalimatul Ikhlas 1000 x. Wirid ini dilaksanakan satu kali dalam seminggu, yakni pada setiap hari Jum’at setelah salat Ashar hingga datangnya waktu maghrib.