Maulana Malik Ibrahim: Biografi, Pengembangan Islam dan Sikap Positif.

Maulana Malik Ibrahim: Biografi, Pengembangan Islam dan Sikap Positif.

Wislah.com : Pernah mendengar tentang Maulana Malik Ibrahim? Maulana Malik Ibrahim merupakan salah satu wali songo  yang menyebarkan islam di tanah nusantara dengan cara-cara damai, santun, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan adat-adat lokal penduduk Nusantara sehingga ajaran Islam diterima baik oleh masyarakat.

Masih bingung, tentang cerita Maulana Malik Ibrahim

Simak penjelasan berikut ini tentang: Biografi Maulana Malik Ibrahim,  Peran Maulana Malik Ibrahim dalam Perkembangan Islam di Indonesia  dan Sikap Positip Dalam Pribadi Maulana Malik Ibrahim


Biografi Maulana Malik Ibrahim

Sunan Maulana Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gersik, berasal dari Kashan, Persia. Ia dikenal dengan nama kakek Bantal. Silsilah keturunannya tersambung dengan Nabi Muhammad Saw melalui Fatimah az-Azhra dan Ali bin Abi Thalib dari jalur Husain bin Ali.

Pada tahun 1371 M. Sunan Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa dengan saudaranya Maulana Mahpur, Sayid Yusuf Mahrabi, dan 40 orang pengiring. Mereka datang ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam sambil berdagang. Desa Sembalo menjadi daerah yang pertama kali dituju, sebuah tempat dekat desa Leran, Kabupaten Gresik, sekitar 9 KM dari arah utara Kota Gresik. lokasinya tidak jauh dari makam Fatimah binti Maimun (w. 475 H/1082 M).

Dalam menyiarkan agama Islam, Sunan Maulana Malik Ibrahim mula-mula dengan berdagang menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga murah di tempat terbuka, dekat pelabuhan yang berlokasi di desa Rumo. Setelah merasa dakwahnya cukup berhasil di desa Sembalo, ia pindah ke Kota Gresik, dan tinggal di desa Sawo. Selang beberapa lama, ia mulai menyiarkan Islam ke kalangan Istana Majapahit. Kemudian mendatangi Raja Majapahit dan menyampaikan kebenaran agama Islam, tapi sang Raja belum menerima ajakannya, namun memberikan penghargaan dengan memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik yang kemudian dikenal dengan desa Gapura. Di tempat inilah Sunan Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren dan menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat.

Sunan Maulana Malik Ibrahim wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 822 H/ 8 April 1419. Tanggal wafatnya tertera pada prasasti makamnya di desa Gapura, Kota Gresik, Jawa Timur.

Baca Juga : Sunan Ampel

Peran Maulana Malik Ibrahim dalam Perkembangan Islam di Indonesia

Dalam melakukan dakwah Islam di daerah Gresik dan sekitarnya, Sunan Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M ) mempunyai peran penting dalam mengembangkan Islam khususnya di pulau Jawa,  yaitu:

Mengembangkan Islam Melalui Jalur Perdagangan

Maulana Malik Ibrahim memulai aktivitas dakwahnya dengan berdagang di tempat terbuka yang berlokasi di desa Rumo, dekat pelabuhan. Ia menyediakan kebutuhan-kebutuhan pokok dengan harga murah dan terjangkau oleh masyarakat. Pergaulannya yang didasari akhlak mulia penuh keramahan, kesantunan, dan toleran dalam keseharian menjadikan masyarakat mudah tertarik untuk memeluk agama Islam.

Pilihan lokasi dakwah dekat pelabuhan, berhubungan erat dengan aktifitas dagang yang berada di daerah pesisir pantai yang menjadi pusat kegiatan ekonomi. Dengan demikian Maulana Malik Ibrahim banyak berintraksi dengan para pedagang yang berada di wilayah Jawa dan daerah lainnya.

Baca Juga : Sunan Bonang

Mendakwahkan Islam kepada keluarga Kerajaan Majapahit


Setelah membentuk komunitas muslim di Pesucinan, dan berada dekat dengan daerah pelabuhan pantai utara Gresik, Sunan Gresik berkesempatan menyampaikan dakwah Islam bersamaan dengan aktifitas perdagangan. Ia menyampaikan dengan penuh kesantunan dan akhlak mulia. Satu per satu pemeluk Islam terus bertambah dari hari ke hari. Setelah merasa dakwahnya berhasil di Sembalo, Sunan Gresik pindah ke kota Gresik, dan tinggal di desa Sawo.

Dakwahnya pun merambah pada keluarga kerajaan Majapahit yang saat itu dipimpin Raja Brawijaya. Kedatangannya ke pusat kerajaan disambut baik, walaupun Sang Raja belum bersedia memeluk Islam. Karena adanya hubungan baik dengan kerajaan dalam hubungan dagang, Maulana Malik Ibrahim diangkat menjadi syahbandar di Gresik dan diperbolehkan menyebarkan agama Islam di Gresik. Raja Brawijaya memberikan hadiah sebagai penghargaannya terhadap Maulana Malik Ibrahim dengan sebidang tanah di pinggiran Kota Gresik. Tempat ini kemudian dikenal dengan Desa Gapura.

Hubungan baik Sunan Maulana Malik Ibrahim dengan keluarga kerajaan dengan menunjukkan sikap santun, arif dan bijaksana, mengantarkannya diangkat menjadi penasehat raja, serta menjadi guru para pangeran. Dakwah Maulana Malik Ibrahim kepada keluarga raja Majapahit yang sedang mengalami masa kemunduran, dibuktikan dengan adanya tulisan yang terukir dalam bahasa Arab, menjelaskan kedudukannya dalam keluarga kerajaan. Dari dakwahnya, Islam terus berkembang di berbagai kalangan.

Mendirikan Masjid dan Pesantren

Seiring waktu, masyarakat Gresik semakin tertarik memeluk Islam karena sosok Maulana Malik Ibrahim yang santun, dermawan dan toleran. Kondisi ini mendorongnya membangun Masjid Pesucinan, kini dikenal dengan Masjid Maulana Malik Ibrahim, terletak di desa Leran, Kecamatan Manyar, wilayah pesisir utara Gresik. Masjid Pesucinan selain sebagai tempat ibadah digunakan juga sebagai tempat pembinaan mubalig, santri dan masyarakat, bahkan di tempat ini pula lahirnya pesantren pertama di Nusantara.

Maulana Malik Ibrahim tidak hanya mengajarkan agama tapi pengetahuan tentang tehnik irigasi persawahan, dan tambak yang bertujuan memajukan ekonomi masyarakat pesisir di sekitar pantai utara Gresik.

Baca Juga : Sunan Giri

Sikap Positip Dalam Pribadi Maulana Malik Ibrahim

Dalam perjuangannya menyebar dan mengembangkan dakwah Islam, Sunan Maulana Malik Ibrahim menyampaikan ajaran Islam melalui sikap positip yang dapat diteladani, diantaranya:

  1. Melakukan dakwah secara bertahap atau Dalam dakwahnya, Sunan Maulana Malik Ibrahim mengajarkan agama Islam secara bertahap, tidak ada ajaran agama yang diberlakukan secara mendadak, semuanya melalui proses penyesuaian.
  2. Gigih dan tangguh dalam berdakwah. Kegigigihan dan ketangguhan dalam menyebarkan agama Islam terbukti dari perjalanan jauh, merantau dari tanah kelahirannya Kashan menuju tanah Jawa melalui jalur laut yang melelahkan.
  3. Santun dan dermawan dalam berdakwah. Sikap ini ditunjukkan ketika berdagang dengan menggelar pasar murah, dan selalu berbagi kepada fakir miskin. Kekayaaannya diperuntukkan untuk berdakwah di jalan Allah Swt.
  4. Toleran dan selalu menjalin hubungan baik antar sesama. Hubungan baik yang ditunjukkan pada masyarakat luas dan penguasa Majapahit menjadikannya sosok guru yang dibanggakan dan menghantarkannya diangkat menjadi penasehat raja dan menteri Kerajaan Majapahit pada masanya.

Baca Juga : Sunan Gunung Jati

Related posts