Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan | Makalah Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan | Penelitian Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan |
Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan
Munculnya ide-ide pendidikan Muhammad Abduh tampaknya lebih dilatar-belakangi oleh faktor situasi, yaitu situasi sosial keagamaan dan situasi pendidikan pada saat itu. Yang dimaksud dengan situasi sosial keagamaan dalam hal ini adalah sikap yang umumnya diambil oleh umat di Mesir dalam memahami dan melaksanakanajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sikap tersebut tampaknya tidak jauh berbedah dari apa yang dialami umat Islam dibagian dunia Islam lainnya. Pemikiran yang statis, taklid, bid’ah dan khufarat yang menjadi ciri dunia Islam saat itu, juga berkembang di Mesir. Muhammad Abduhmemandang pemikiran yang jumud itu telah merambat dalam berbagai bidang, bahasa, syari’ah, akidah, dan sistem masyarakat.
Muhammad Abduh berpendapat bahwa penyakit tersebut, antara lain, berpangkal dari ketidak tahuan umatIslam pada ajaran sebenarnya, karena mereka mempelajarinya dengan cara yang tidak tepat.Situasi lain yang memunculkan pemikiran pendidikan Muhamad Abduh adalah sistem pendidikan yang ada saat itu. Seperti diketahui pada abad ke-19 Muhammad Abduh memulai pembaharuan pendidikan di Mesir pembaharuannya yang hanya menekankan perkembangan aspek intelek, mewariskan dua tipe pendidikan pada abad ke-20.
- Tipe pertama adalah sekolah-sekolah agama dengan al-Azhar sebagai lembaga pendidikan yang tertinggi.Sedangkan tipe kedua adalah sekolah-sekolah modern, baik yang dibangun oleh pemerintah Mesir, mupun yang didirikan oleh bangsa asing.
- Kedua adalah tipe sekolah tersebut tidak mempunyai hubungan antara satu dengan lainnya, masing-masing berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikannya. Sekolah-sekolah agama berjalan di atas garis tradisional, baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang diterapkan.
Ilmu-ilmu Barat tidak diberikan di sekolah-sekolah agama. Dengan demikian pendidikan agama kala itu tidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan dengan aspek jiwa yang lain. Dari itulah agaknya pemikiran yang statis tetap mendominasi corak pemikiran guru dan murid saat itu, bukan hanya dalam tingkat awal dan menengah, tetapi juga dalam kalangan al-Azhar sendiri.
Sekolah-sekolah pemerintah di pihak lain tampil dengan kurikulum yang memberikan ilmu pengetahuan Barat sepenuhnya, tanpa memasukkan ilmu pengetahuan agama ke dalam kurikulumnya.Dengan demikian, terjadi dualisme pendidikan yang melahirkan dua kelas sosial dengan spirit yang berbeda. Tipe sekolah yang pertama memproduksi ulama’ serta tokoh masyarakat yang enggan menerima perubahan dan cenderung untuk mempertahankan tradisi.Tipe sekolah yang kedua melahirkan kelas elite generasi muda, hasil pendidikan yang dimulai pada abadkesembilan belas.Dengan ilmu-ilmu Barat yang mereka peroleh, mereka dapat menerima ide-ide yang datang dari Barat.
Langkah yang di tempuh Muhammad Abduh untuk meminimalisir kesenjangan dualisme pendidikan adalah uapaya menselaraskan, menyeimbangkan antara porsi pelajaran agama dengan pelajaran umum.Hal ini di lakukan untuk memasukan ilmu-ilmu umum kedalam kurikulum sekolah agama dan memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum modern yang didirikan pemerintah sebagai sarana untuk mendidik tenaga-tenaga administrasi, militer, kesehatan, perindustrian.Atas usaha Muhammad Abduh tersebut maka didirikan suatu lembaga yakni “Majlis Pendidikan Tinggi”.Untuk mengejar ketertinggalan dan memperkecil dualisme pandidikan Muhammad Abduh mempunyai beberapa langkah untuk memberdayakan sistem Islam antara lain yaitu:
Rekonstruksi Tujuan Pendidikan Islam
Untuk memberdayakan sistem pendidikan Islam, Muhammad Abduh menetapkan tujuan, pendidikan Islam yang dirumuskan sendiri yakni: “Mendidik jiwa dan akal serta menyampaikannyakepada batas-batas kemungkinan seseorang dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat”.
Menggagas Kurikulum Pendidikan Islam Yang Integral
Sistem pendidikan yang di perjuangkan oleh Muhammad Abduh adalah sistem pendidikan fungsional yang bukan impor yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan.Semua harus memiliki kemampuan dasar seperti membaca, menulis, dan menghitung.disamping itu, semua harus mendapatkan pendidikan agama.
Metode Pendidikan Islam
Yang dimaksud dengan metode pendidikan Islam adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik anak. Oleh karena itu, metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode pengajaran.Sesungguhnya, membicarakan metode pengajaran terkandung jugadalam pembahasan materi pelajaran karena dalam materi pelajaran secara tidak langsung juga membicarakan metode pengajaran. Metode yang digunakan, oleh Muhammad Abduh diantaranya sebagai berikut: Metode Menghafal, Metode Diskusi, Metode Tanya Jawab, Metode Darmawisata, Metode Demontrasi.
Metode Latihan
Untuk mengintegrasikan antara pendidikan akal dan jiwa, guru di sekolah harus menyuruh anak didik untuk melakukan shalat lima waktu. Bagi sekolah yang memilikianak didik beragama non Islam seperti Kristen, maka guru hendaknya tidak menyuruh mereka untuk melaksanakan shalat, namun meskipun anak didik yang non Islam tidak melaksanakan shalat, tetapi nilai-nilai spiritual tersebut tidak boleh hilang dari mereka.
Metode Teladan
Pendidik harus dapat mendidik anak didik untuk memiliki sifat kasih sayang terhadap sesama manusia.Dalam mengajarkan pesan kasih sayang itu, guru dapat memberi tauladan kepada anak didik.Tauladanyang baik jauh lebih berpengaruh kepada jiwa anak didik dari pada sekedar teori. Selain aspek tauladan, guru juga harus memperhatikan dan memilih gaya bahasa yang serasi untuk menyampaikan pesan sifat kasih sayang itu. Gaya bahasa yang digunakan guru jugaharus memperhatikan aspek efektivitas dan efesiensi.
Beberapa Penelitian Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan
Berikut adalah beberapa penelitian “Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pendidikan”:
Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh, Oleh Indra Satia Pohan
Berikut adalah kesimpulan dari penelitian yang ditulis oleh Indra Satia Pohan dengan judul Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh dalam jurnal Wahana Inovasi Volume 8 No.1 Jan-Juni 2019
Syekh Muhammad Abduh adalah seorang yang memberikan penghargaan tinggi pada kekuatan akal. Meskipun demikian, ia tetap memandang penting fungsi wahyu bagi akal. Konsep teologi yang demikian itu berakibat pada keyakinannya bahwa manusia itu mempunyai kebebasan berfikir dan berbuat. Salah satu buktinya, dia menentang keras terhadap taklid. Kemudian Muhammad Abduh juga mempunyai ide-ide yang brilian dalam bidang pendidikan. Ia menginginkan adanya perubahan terhadap pendidikan demi kemajuan umat Islam. Usaha kerasnya untuk merealisasikan idenya itu, tak jarang menemui tantangan dari umat Islam itu sendiri. Ini juga terbukti yakni terjadinya perubahan kurikulum yang mana Syekh Muhammad Abduh memasukan Ilmu-Ilmu Barat, yaitu Ilmu Filsafat, logika, dan juga Ilmu Pengetahuan Modern.
Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pembaruan Pendidikan, Oleh Saepudin dkk
Berikut adalah kesimpulan dari penelitian yang ditulis oleh Saepudin dkk dengan judulPemikiran Muhammad Abduh Tentang Pembaruan Pendidikan dalam jurnal Fakultas Ilmu Keislaman UNISA Kuningan Vol. 2 No. 1 (2021)
Muhammad Abduh melakukan pembaharuan dalam pendidikan Islam dengan cara memgintegrasikan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Pendidikan baginya bukan hanya bertujuan mengembangkan aspek kognitif (akal) semata, tetapi juga perlu menyelaraskan dengan aspek afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan) serta aspek spritual. Sehingga Umat Islam terhindar dari kejumudan, keterbelakangan dalam berfikir dan taklid yang berlebihan yang mengakibatkan umat Islam ketinggalan dengan bangsa lain.