Gerhana Bulan dalam Kajian Akademik Islam

riset gerhana bulan

WISLAH.COM | Ada banyak hasil penelitian tetang “Gerhana Bulan” yang dihasilkan oleh para akademisi muslim Indonesia. Setidaknya tergambar secara kuantitatif dari laporan ilmiah berupa jurnal ilmiah dan laporan penelitian dari kampus-kampus di Indonesia.

Dari kesemuanya penelitian yang dipublikasikan tersebut, ada beberapa tema menarik yang mereka angkat. Dan penting dibaca dan dijadikan sebagai argumentasi ilmiah, setidaknya saat minum kopi setelah sholat gerhana dan berdzikir tentunya.

Berikut adalah penelitian tentang gerhana bulan yang kami maskud :


Gerhana Pada Masa Nabi Muhammad Saw (Studi Analisis Gerhana Bulan Periode Madinah Perspektif Astronomi)

Dalam abstraksinya terdapat informasi ini :

Gerhana merupakan fenomena alam yang terjadi teratur sepanjang tahun. Dalam menguak peristiwa bersejarah yang berkaitan dengan fenomena alam dan terikat oleh waktu, ilmu astronomi dapat dijadikan sebagai ajang konfirmasi dalam menganalisa data hadis dan sejarah. Diantara peristiwa penting dalam hidup nabi Muhammad saw yang terkait dengan fenomena astronomi yang berimplikasi langsung dalam persoalan‘ubudiyyah adalah tentang terjadinya gerhana. pada zaman Nabi saw pernah terjadi gerhana yaitu gerhana matahari, sehingga banyak yang meriwayatkan tentang terjadinya peristiwa tersebut. Hal ini berbeda dengan peristiwa gerhana Bulan yang mana tidak ditemukan redaksi yang secara eksplisit menyebutkan keterangan terjadinya gerhana Bulan.

Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk menganalisa data-data gerhana Bulan di masa nabi Muhammad saw yang memiliki catatan waktu secara detail dan kontradiktif dalam penulisannya. Hingga dalam penelitian ini, penulis merumuskan dua persoalan pokok, yakni: 1) Bagaimana paparan data gerhana dalam teks hadis dan astronomi pada masa nabi Muhammad saw di periode Madinah? 2) Bagaimana interkoneksi paparan gerhana Bulan dalam hadis dan astronomi pada masa nabi Muhammad saw di periode Madinah yang berimplikasi pada penentuan waktu sholat gerhana Bulan?.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah kritik nalar sejarah, analisis hadis dengan pendekatan astronomi. Setelah diteliti, didapati fakta bahwa tidak ada hadits Imam Bukhari yang menjelaskan bahwa nabi Muhammad saw pernah shalat gerhana Bulan, namun hanya didapatkan informasi dari sirah Ibn Hibban bahwa Nabi saw pernah melaksanakan shalat gerhana Bulan. Setelah dilacak berdasarkan tabel data astronomis, didapatkan data bahwa terjadi 15 kali gerhana Bulan pada masa nabi Muhammad saw periode Madinah, namun yang sesuai dengan informasi bulan yang terdapat pada sirah Ibn H{ibban adalah terjadi gerhana Bulan pada tahun ke-3 dan ke-4 Hijriyah pada bulan Jumadil Akhir.

 Hal ini cukup sebagai informasi bahwa pernah terjadi gerhana Bulan pada masa Nabi saw, sehingga berdasarkan dari jenis gerhana pada masa Nabi saw tersebut berimplikasi langsung dalam penetapan waktu pelaksanaan shalat gerhana Bulan. Oleh karena hasil penelitian ini bisa menguatkan, memperjelas serta mengkritisi data dalam hadis dan sirah nabawiyyah, untuk itu penelaahan sejarah penting yang berkaitan dengan hal ‘ubudiyyah dengan perspektif astronomis mutlak dibutuhkan.”

Gerhana dan Keharusan Kosmologis Manusia: Tinjauan Filsafat Wujud

Dalam abstraksinya terdapat informasi ini :

Gerhana adalah peristiwa alam yang tidak bisa dihindari, memang sudah menjadi bagian kehidupan yang menyatu menjadi satu di tata surya. Keberadaannya menghiasi dan melengkapi alam semesta. Eclipse adalah fenomena alam yang dengan cepat mengubah atmosfer, cuaca menjadi gelap. Fenomena sederhana ini adalah peristiwa alam yang secara berkala sering terjadi di dunia. Selain itu, fenomena alam gerhana adalah bagian dari otoritas Allah Allah SWT.


Jadi, artikel ini pertama kali menjelaskan tentang jenis gerhana; gerhana matahari dan gerhana bulan. Kemudian artikel tersebut menggambarkan secara filosofis hubungan gerhana ini dengan kosmologi manusia. Ada kaitan erat antara manusia dan gerhana. Setiap orang adalah Wali Allah (Khalifah fi al-Ardhi) yang telah dikirim untuk menjaga dan mengelola alam semesta. Secara kosmologis, manusia disebut sebagai mikro kosmos dari kosmos yang ada di seluruh tata surya.

Jadi hubungan antara manusia dan makhluk lain sangat dekat. Dan seseorang sebagai hamba Allah Allah yang alasannya (logika) dan hatinya (qalb) diharapkan untuk melakukan penguatan diri (rasionalisasi dan juga mukasyafah) terhadap makhluk, termasuk fenomena gerhana. Singkatnya, kita know maka posisi manusia terhadap Allah Allah.

Aplikasi Sistem Koordinat Ekliptika dan Sistem Koordinat Equator Dalam Prediksi Waktu Gerhana Bulan

Dalam abstraksinya terdapat informasi ini :

Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi waktu terjadinya gerhana bulan melalui sistem koordinat ekliptika dan sistem koordinat equator. Langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1) menentukan tanggal ijtimak, 2) menentukan tanggal bulan purnama, 3) mengkonversikan tanggal miladiyah ke tanggal hijriyah, 4) menentukan saat terjadinya istiqbal dengan cara memasukkan data-data sistem koordinat ekliptika dan sistem koordinat equator ke dalam rumus persamaan garis lurus melalui dua titik, 5) menentukan tanggal terjadinya gerhana bulan 6) menentukan besarnya s.d.m, S.D.b, dan HPb pada saat istiqbal, 7) menentukan horizontal parallax matahari (HPm), 8) menentukan jari-jari bayangan semu bumi (f1) dan jari-jari bayangan inti bumi (f2), 9) menentukan awal dan akhir gerhana bulan.

 Berdasarkan tabel hasil prediksi gerhana bulan dari tahun 2012 sampai 2030 dapat diambil salah satu contoh prediksi gerhana bulan pada tanggal 28 November 2012 dengan ketentuan waktu sebagai berikut: 1) awal gerhana bulan penumbra adalah 19:35:35.31 WIB, 2) tengah gerhana bulan adalah 21:56:27.67 WIB, 3) akhir gerhana bulan penumbra adalah 0:17:20.03 WIB. Karena fase awal gerhana umbra dan fase akhir gerhana umbra tidak terpenuhi dan nilai e (eccentricity) tidak dapat dicari atau error, maka pada tanggal 28 November 2012 jenis gerhana bulan yang akan terjadi adalah gerhana bulan penumbra sebagian.

Tinjauan Ilmu Falak terkait Fenomena Gerhana Bulan Penumbra terhadap Kebijakan Salat Gerhana pada Ormas Islam

Dalam abstraksinya terdapat informasi ini :

Gerhana bulan merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT., di mana setiap umat Islam disunnahkan jika terjadi gerhana untuk berdoa kepada Allah, melaksanakan shalat gerhana, bertakbir, dan bersedekah. Dalam sumber hukum Islam, gerhana Bulan tidak dijelaskan dengan rinci apakah yang terjadi adalah gerhana bulan umbra ataupun penumbra.

Pada tahun 2016 terdapat himbauan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah di Yogyakarta yang menjelaskan bahwa tidak disunnahkan untuk melakukan shalat gerhana karena yang terjadi adalah gerhana Bulan penumbra. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep fikih astronomi fenomena gerhana Bulan penumbra dan untuk mengetahui pandangan Muhammadiyah, Persatuan Islam dan Nahdlatul Ulama terhadap fenomena gerhana Bulan penumbra terkait dengan kebijakan salat gerhana.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan upaya mendeskripsikan dan menganalisis konsep. Simpulan dari penelitian ini pertama, bahwa gerhana Bulan penumbra dalam istilah fikih tidak dijelaskan secara rinci. Akan tetapi, dalam dunia astronomi, bayangan umbra dan penumbra dapat diketahui dengan bantuan alat optik. Kedua, Pandangan ketiga ormas Islam sama-sama tidak mensyariatkan salat gerhana ketika gerhana Bulan penumbra dengan alasan bahwa gerhana Bulan penumbra jika dilihat dari kasat mata tidak terlihat seperti terjadi gerhana dan jika dilihat dengan alat yang canggih cahaya Bulan hanya terlihat redup saja. Sehingga ketiganya tidak mensyariatkan salat gerhana.

Related posts