Teori Kontrol Guru Penggerak: Dalam dunia pendidikan, penting untuk memahami bagaimana guru dapat mengendalikan dan membimbing perilaku murid. Salah satu kerangka kerja yang penting dalam konteks ini adalah “Teori Kontrol Guru Penggerak.” Teori ini mengacu pada lima posisi kontrol yang digunakan oleh guru, orang tua, atau atasan dalam berinteraksi dengan murid. Teori ini membantu kita memahami cara berbagai pendekatan pengendalian perilaku dapat mempengaruhi perkembangan murid. Dalam tulisan ini, kita akan menjelaskan setiap posisi kontrol secara detail, memberikan contoh kasus nyata, serta membahas implikasi dan pentingnya memahami teori ini dalam pendidikan.
A. Penghukum
Posisi pertama adalah “Penghukum.” Dalam posisi ini, guru menggunakan hukuman fisik atau verbal untuk mengendalikan perilaku murid. Mereka cenderung menekankan ketaatan terhadap aturan dengan kata-kata tegas seperti “Patuhi aturan saya, atau awas!” atau “Kamu selalu saja salah!” Guru yang mengadopsi posisi ini percaya bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan memaksakan aturan mereka sendiri.
Contoh Kasus:
Seorang murid, David, sering terlambat datang ke sekolah. Guru yang mengambil posisi Penghukum mungkin akan berbicara dengan nada tinggi dan mata melotot, mengatakan, “Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”
Dampak: Murid mungkin merasa marah, diperlakukan dengan ketidakadilan, dan meresponsnya dengan perilaku negatif seperti merusak barang sekolah atau menunjukkan sikap agresif. Guru dalam posisi ini seringkali tidak menciptakan ikatan positif dengan murid.
B. Pembuat Merasa Bersalah
Posisi berikutnya adalah “Pembuat Merasa Bersalah.” Di sini, guru berbicara dengan nada lembut dan mencoba membuat murid merasa bersalah atau rendah diri. Mereka menggunakan kata-kata seperti “Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”
Contoh Kasus:
Setelah tiba di sekolah terlambat, guru yang mengambil posisi Pembuat Merasa Bersalah mungkin akan berbicara dengan lembut kepada murid tersebut, “Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”
Dampak: Murid akan merasa bersalah dan rendah diri. Mereka mungkin menginternalisasi perasaan buruk tentang diri mereka sendiri dan merasa telah mengecewakan orang yang mereka cintai. Meskipun sikap Pembuat Merasa Bersalah tampak lebih lembut daripada Penghukum, ini dapat memiliki dampak emosional yang dalam.
C. Teman
Posisi ketiga adalah “Teman.” Guru yang mengambil posisi ini mencoba memengaruhi perilaku murid melalui persuasi, baik dalam konteks positif maupun negatif. Positif dalam artian menciptakan hubungan baik dengan murid dan menggunakan humor untuk mempengaruhi mereka. Namun, dalam konteks negatif, guru yang mengambil posisi Teman mungkin membuat murid tergantung pada mereka.
Contoh Kasus:
Guru yang mengambil posisi Teman mungkin akan mendekati Adi, murid yang terlambat, dengan nada ramah dan berkata, “Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.”
Dampak: Murid mungkin merasa senang dan akrab dengan guru. Ini bisa menjadi dampak positif, karena menciptakan hubungan baik antara guru dan murid. Namun, dalam kasus negatif, murid dapat menjadi tergantung pada guru tersebut, yang dapat menyebabkan masalah ketika guru tidak selalu tersedia.
D. Pemantau
Posisi keempat adalah “Pemantau.” Guru dalam posisi ini bertanggung jawab untuk mengawasi perilaku murid dan menerapkan konsekuensi berdasarkan peraturan sekolah. Mereka menggunakan aturan dan sanksi sebagai dasar pengendalian perilaku. Guru dalam posisi Pemantau sering bertanya, “Apa peraturannya?” dan “Apa yang telah kamu lakukan?”
Contoh Kasus:
Guru dalam posisi Pemantau mungkin akan bertanya pada Adi, “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?” Adi akan menjawab, “Tahu Pak!” Guru akan melanjutkan, “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti konsekuensi yang harus dilakukan bila terlambat?”
Dampak: Murid akan memahami konsekuensi dari pelanggaran aturan dan akan merasa tidak nyaman karena harus mematuhi konsekuensi tersebut. Guru dalam posisi Pemantau tidak menunjukkan emosi yang berlebihan dan menciptakan jarak antara hubungan pribadi mereka dengan murid.
E. Manajer
Posisi terakhir adalah “Manajer.” Guru dalam posisi Manajer bekerja bersama dengan murid untuk membantu mereka mempertanggungjawabkan perilaku mereka sendiri dan menemukan solusi untuk masalah. Guru bertanya kepada murid tentang bagaimana mereka akan memperbaiki masalah mereka dan mendukung mereka dalam proses ini.
Contoh Kasus:
Guru yang mengambil posisi Manajer akan mendekati Adi dan bertanya dengan tulus, “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?” Adi akan menjawab, “Tahu Pak, jam 7:00!” Guru akan berkata, “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”
Dampak: Guru dalam posisi Manajer tidak menggunakan tekanan atau hukuman. Mereka membimbing murid untuk mencari solusi atas perilaku mereka sendiri. Murid merasa dihargai dan didorong untuk mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka. Guru berfokus pada pembinaan, bukan mengatur perilaku murid.
Implikasi dan Pentingnya Teori Kontrol Guru Penggerak dalam Pendidikan
- Pemahaman yang Lebih Baik: Memahami berbagai posisi kontrol dalam pengendalian perilaku membantu guru untuk menjadi lebih sadar tentang pendekatan yang mereka gunakan dan dampaknya terhadap murid. Ini dapat membantu guru membuat keputusan yang lebih baik dalam membimbing murid.
- Pendekatan yang Lebih Beragam: Guru dapat memahami bahwa tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua situasi. Mereka dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik individu murid.
- Pengembangan Hubungan yang Positif: Guru dapat memahami bagaimana menciptakan hubungan yang positif dengan murid dalam berbagai situasi. Pendekatan seperti menjadi Manajer dapat membantu dalam membina hubungan yang kuat antara guru dan murid.
- Pemberdayaan Murid: Pendekatan Manajer membantu dalam mempromosikan kemandirian dan tanggung jawab pada murid. Ini membantu murid merasa lebih percaya diri dalam mengatasi masalah dan mengelola perilaku mereka sendiri.
- Pencegahan Masalah Perilaku: Memahami berbagai posisi kontrol dapat membantu guru untuk mencegah masalah perilaku sebelum mereka muncul. Guru dapat mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dan mengambil tindakan yang sesuai.
Penutup
Teori Kontrol Guru Penggerak adalah kerangka kerja yang penting dalam pendidikan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang lima posisi kontrol yang telah dijelaskan di atas, guru dapat menjadi lebih efektif dalam membimbing perilaku murid. Penting untuk diingat bahwa pendekatan yang sesuai mungkin berbeda untuk setiap situasi dan murid. Dengan beragamnya pendekatan yang dapat digunakan, guru dapat memenuhi kebutuhan unik dari setiap murid, membantu mereka tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan mampu mengelola perilaku mereka sendiri.