Pengertian Segitiga Restitusi: Belajar dari Kesalahan dan Membangun Identitas Positif

Guru Penggerak

A. Pengertian Segitiga Restitusi

Segitiga restitusi merupakan konsep yang sangat penting dalam implementasi pendekatan restitusi dalam pendidikan. Konsep ini bertujuan untuk membantu murid atau anak memahami konsep restitusi lebih dalam. Dalam dunia pendidikan, restitusi tidak hanya berarti hukuman atau sanksi atas kesalahan yang dilakukan oleh murid, tetapi juga suatu kesempatan untuk belajar dari kesalahan tersebut. Dengan demikian, segitiga restitusi memberikan kerangka kerja yang mendalam untuk merespons tindakan yang tidak pantas dan merubahnya menjadi peluang pembelajaran.

B. Restitusi: Belajar dari Kesalahan

Restitusi, sebagaimana dikutip dari buku “Evolusi Pendidikan Bersama Calon Guru Penggerak” (2022) oleh Rusliy dan rekan-rekannya, merupakan cara untuk menanamkan disiplin positif pada murid. Penting untuk dicatat bahwa restitusi bukanlah upaya untuk menebus kesalahan, melainkan kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki hubungan antara murid atau anak dengan guru atau orang tua. Restitusi mendorong individu untuk merenung, mencari akar penyebab tindakan mereka, dan lebih fokus pada pengembangan karakter daripada sekadar mengevaluasi tindakan mereka.

C. Langkah-langkah Segitiga Restitusi

Adapun langkah-langkah dalam segitiga restitusi mencakup:


  1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)

Langkah pertama dalam segitiga restitusi adalah menstabilkan identitas pada bagian dasar segitiga. Ketika seorang anak melakukan kesalahan, ini menunjukkan adanya kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi bertujuan untuk mengubah persepsi anak yang merasa gagal akibat kesalahan menjadi seseorang yang dapat berhasil. Guru atau orang tua harus mampu meyakinkan anak bahwa kesalahan adalah bagian dari pengalaman manusia, dan mereka juga pernah melakukan kesalahan serupa. Dalam kondisi emosional, otak individu tidak akan mampu berpikir rasional. Oleh karena itu, perlu menstabilkan identitas anak dengan memberikan mereka dukungan dan bantuan dalam mencari solusi untuk menyelesaikan masalah.


  1. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbehavior)

Langkah kedua dalam segitiga restitusi adalah memvalidasi tindakan yang salah. Konsep ini melibatkan pemahaman terhadap kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak yang menyebabkan kesalahan. Setiap tindakan manusia, baik yang baik maupun yang buruk, selalu memiliki maksud tertentu menurut Teori Kontrol. Dengan pemahaman ini, kita dapat lebih baik memahami alasan di balik tindakan tersebut dan memberikan anak rasa pengertian. Ini penting untuk membantu anak merasa dipahami dan diterima, sehingga mereka lebih terbuka untuk belajar dari kesalahan mereka.

  1. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

Langkah ketiga dalam segitiga restitusi adalah menanyakan keyakinan anak. Teori Kontrol menyatakan bahwa motivasi manusia berasal dari faktor internal. Setelah langkah 1 dan langkah 2 berhasil diimplementasikan, anak akan lebih siap untuk terhubung dengan nilai-nilai yang mereka percayai dan akan mulai berubah menjadi orang yang mereka inginkan. Guru atau orang tua dapat membantu anak dalam merancang gambaran masa depan mereka dan tetap berfokus pada tujuan mereka. Melalui segitiga restitusi, kita dapat membantu anak menjadi individu yang mandiri, mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal, dan bertanggung jawab atas pilihannya.

Dengan demikian, segitiga restitusi merupakan alat yang efektif dalam mendidik anak-anak untuk belajar dari kesalahan mereka, mengembangkan disiplin positif, dan membangun koneksi yang kuat antara guru, orang tua, dan anak. Ini adalah pendekatan yang berpusat pada pemahaman, pertumbuhan, dan perbaikan yang dapat membawa manfaat jangka panjang dalam pendidikan.

Related posts