Meyakini Kitab-Kitab Allah : Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran, Pengertian, Nama, Generasi Pecinta dan Hubungan (Rangkuman Materi PAI SMP Kelas 8 Bab 2) Kurikulum Merdeka

Perkalian dan Pembagian Bilangan Desimal, Contoh dan Cara Menghitungnya (Rangkuman Materi Matematika SD/MI Kelas 4 Bab 16) Kurikulum Merdeka

Rangkuman Materi PAI SMP Kelas 8 Bab 2 | Kurikulum Merdeka | Meyakini Kitab-Kitab Allah: Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an yang Toleran | Pengertian Iman Kepada Kitab Allah | Nama Kitab-Kitab Allah | Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an | Hubungan dengan Umat yang Beriman kepada Kitab Terdahulu |

Pengertian Iman Kepada Kitab Allah

Iman secara bahasa berarti pengakuan (al-iqrār) yang melahirkan sikap menerima (al-qabūl) dan tunduk (al-iżżi’ān). Sedangkan secara istilah iman berarti membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan membuktikan dengan perbuatan. Seseorang dikatakan beriman apabila hatinya menerima dan meyakini keberadaan Allah Swt, mengikrarkannya dengan membaca dua kalimah syahadat, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun yang dimaksud dengan iman kepada kitab Allah Swt adalah membenarkan bahwa Allah Swt mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Kitab-kitab itu merupakan kalam AllahSwt yang berfungsi sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia. Semua kandungannya merupakan kebenaran yang wajib diikuti dan dilaksanakan.


Setiap muslim wajib beriman kepada semua kitab yang diturunkan oleh Allah Swt kepada para rasul-Nya, baik secara secara ijmali (global) maupun tafsili (terperinci). Iman secara ijmali artinya meyakini bahwa Allah Swt telah menurunkan kitab-kitab kepada para rasul-Nya tanpa harus mengetahui nama kitab dan rasul penerimanya. Sedangkan iman secara tafsili adalah mengimani penjelasan al-Qur’an dan hadis yang menyebutkan kitab-kitab Allah Swt secara terperinci seperti namanya, nama rasul penerima, dan lain sebagainya. Dengan demikian, seorang muslim wajib beriman kepada semua kitab yang diturunkan oleh Allah Swt, baik kitab al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, maupun kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi dan rasul terdahulu.

Beriman kepada kitab al-Qur’an berarti meyakini bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril yang disampaikan secara mutawatir (bersambung) dan berpahala bagi orang yang membacanya. Sedangkan beriman kepada kitab terdahulu berarti meyakini kebenaran semua kitab yang telah diwahyukan oleh Allah Swt kepada para rasul terdahulu.

Iman kepada kitab terdahulu bukan berarti meyakini semua isi kandungan yang terdapat di dalamnya. Akan tetapi yang dimaksud dengan beriman kepada kitab terdahulu adalah hanya meyakini isi kandungan yang sesuai dengan al-Qur’an saja. Meskipun demikian kandungan yang tidak sesuai dengan al-Qur’an tidak berarti salah. Kandungan itu tetap benar, tapi hanya berlaku pada zamannya saja dan sudah dihapus dengan diturunkannya alQur’an.

Nama Kitab-Kitab Allah

Kitab Taurat

Kitab Taurat adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Musa a.s. Allah Swt. berfirman di dalam Q.S. al-Maidah/5: 44 bahwa kitab Taurat merupakan petunjuk bagi Nabi Musa a.s dan nabi-nabi dari Bani Israil sesudahnya, sampai kepada Nabi Isa a.s. Mereka disebut sebagai nabi-nabi yang telah menyerahkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan.

Kitab Taurat diturunkan sebagai pedoman bagi Bani Israil, yang kemudian disebut sebagai bangsa Yahudi. Kitab Taurat hanya digunakan untuk memutuskan perkara orang-orang dari Bani Israil saja, karena kitab ini memang hanya diturunkan bagi mereka. Sepeninggal para nabi dari Bani Israil, kitab Taurat digunakan oleh tokoh-tokoh dan pendeta Yahudi sebagai undang-undang untuk memutuskan berbagai perkara orang-orang Yahudi.

Kitab Zabur

Kitab Zabur adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Swt. Kepada Nabi Daud a.s. Nabi Daud a.s merupakan salah satu nabi dari Bani Israil. Sebagai nabi dari Bani Israil, Nabi Daud menggunakan kitab Taurat untuk memutus berbagai perkara orang-orang Yahudi. Namun kepada Nabi Daud a.s. Allah Swt juga menurunkan kitab Zabur. Menurut Imam Qurtubi, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Quran Kemenag, kitab Zabur tidak berisi hukum-hukum perkara seperti Taurat. Namun kitab Zabur terdiri dari 150 surah yang berisi nasihat-nasihat, hikmah, pujian dan sanjungan kepada Allah Swt.

Kitab Injil

Kitab inijl adalah kitab yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Isa a.s. Seperti halnya Nabi Musa a.s. dan Nabi Daud a.s. Nabi Isa juga merupakan nabi dari Bani Israil (Yahudi). Menurut Q.S. al-maidah/5: 46, Allah Swt menurunkan Injil kepada Nabi Isa untuk menyempurnakan isi Taurat yang telah berakhir masa berlakunya. Dalam hal ini kitab Injil berfungsi untuk membenarkan kitab Taurat yang mengandung nilai-nilai yang dapat menyelamatkan umatnya dari kesesatan dalam akidah dan amal perbuatan, seperti tauhid, yakni memberantas syirik dan berhala yang menjadi sumber khurafat dan kebatilan.

Kitab Injil juga berisi petunjuk dan pengajaran baru. Salah satunya adalah ajaran yang memberitahukan bahwa akan muncul seorang nabi, yang mempunyai sifat-sifat mulia, syariatnya lebih sempurna dan bersifat universal (menyeluruh) tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Dia adalah nabi penutup dan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw.


Al-Qur’an

Kitab al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an merupakan wahyu Allah terakhir yang membawa kebenaran, mencakup isi dan membenarkan kitab sebelumnya, Yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Meskipun demikian al-Qur’an memiliki syariat tersendiri yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Syariat yang terdapat di dalam al-Qur’an berfungsi menggantikan syariat yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya. Namun walaupun masing-masing kitab Allah memiliki syariat yang berbeda, tetapi dasar dan landasan dasarnya sama, yaitu ajaran tentang tauhid atau mengesakan Allah Swt.

Adapun sebagai umat Islam, kita harus meyakini bahwa al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diwahyunakan kepada nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an memiliki sejarah yang berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an sudah ditulis sejak awal pewahyuan. Setelah Nabi Muhammad saw. meninggal, Al-Qur’an segeradibukukan dengan ketelitian yang sangat ketat. Karena itu, bagi umat Islam, keaslian Al-Qur’an tetap terjaga. Al-Qur’an yang dibaca sekarang ini sama persis dengan Al-Qur’an yang dibaca oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya pada 14 abad yang lalu.

Menjadi Generasi Pecinta Al-Qur’an

Bukti keimanan terhadap al-Qur’an dapat dilihat dari kecintaan seseorang terhadap al-Qur’an. Pada masa nabi Muhammad saw, sahabat-sahabat nabi adalah orang yang sangat mencintai al-Qur’an. Setiap mendapatkan ayat dari Nabi Muhammad saw, banyak sahabat yang meluangkan waktu untuk menghafal, memahami dan merenungi serta mengamalkan isi kandungannya.

Membaca adalah tangga pertama dalam mencintai al-Qur’an. Agar mampu menuju tangga cinta al-Qur’an berikutnya kalian harus bisa membaca al-Qur’an dengan baik. Karena itu kalian harus belajar ilmu tajwid. Pada bab I yang lalu kalian sudah belajar cara membaca lam jalālah dan ra. Pelajarilah kaidah-kaidah tajwid lainnya dengan penuh semangat! Dengan demikian kalian akan mampu membaca al-Qur’an dengan fasih dan tartil.

Setelah mampu membaca, tangga berikutnya adalah memahami arti al-Qur’an. Memahami arti dapat dilakukan dengan cara membaca terjemah al-Qur’an serta mengikuti majelis-majelis kajian al-Qur’an. Seperti yang kalian pelajari pada bab I, untuk mampu memahami al-Qur’an dengan baik, membaca terjemah al-Qur’an saja belum cukup. Pemahaman terhadap al-Qur’an harus dihubungkan dengan tantangan perkembangan zaman yang terus berubah sehingga al-Qur’an mampu memberi solusi terhadap persoalan yang sedang terjadi.

Setelah memahami artinya, tahapan berikutnya adalah menadaburinya, yaitu merenungkan maknanya dan membangun kesadaran dalam diri agar terdorong untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa diamalkan, al-Qur’an tidak akan bermakna secara maksimal. Oleh karena itu menadaburi al-Qur’an merupakan tangga yang penting yang menghubungkan antara pengetahuan dengan amal perbuatan.

Mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari merupakan tangga cinta tertinggi. Capaian kecintaan dan keimanan seseorang terhadap al-Qur’an dilihat dari perilakunya sehari-hari. Apakah perilakunya itu mencerminkan isi kandungan al-Qur’an ataukah bertentangan dengannya. Seseorang yang mencintai al-Qur’an pasti memiliki akhlak terpuji. Karena akhlak terpuji adalah buah kecintaan dan keimanan terhadap al-Qur’an.

Hubungan dengan Umat yang Beriman kepada Kitab Terdahulu

Hubungan yang harmonis ini dibangun atas dasar kesadaran untuk saling menghargai dan menghormati. Meskipun kitab sucinya berbeda-beda, Islam, Yahudi, dan Nasrani memiliki hubungan sejarah yang sama, yakni nabi-nabi yang sama dengan kitab-kitab suci yang sama. Namun perjalanan sejarah menyebabkan pemahaman dan praktik keagamaan yang berbeda sehingga menghasilkan agama yang berbeda-beda. Masing-masing agama memiliki ajaran, lembaga, pemimpin, umat, hari besarnya, tempat-tempat yang disucikan, serta banyak hal yang berbeda. Karenanya tidak ada agama yang sama, semua agama berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering kali menyebabkan munculnya ketegangan antar umat beragama.

Situasi dan kondisi ini harus disadari bersama. Agar terjadi hubungan yang harmonis, maka yang seharusnya dicari adalah titik temu persamaan. Bukan sebaliknya menonjolkan perbedaan di antara umat yang beriman kepada kitab-kitab Allah. Dengan menemukan persamaan, maka hubungan yang harmonis di antara umat beragama di masa lalu dapat dibangun kembali pada masa kini. Hubungan yang harmonis itu terwujud dalam perilaku yang saling menghargai perbedaan, saling menghormati antar sesama, serta saling bekerjasama dan berkolaborasi dalam membangun masyarakat, sebagaimana kerjasama yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw bersama para ahli kitab dan penduduk Madinah lainnya dalam Piagam Madinah.

Baca Kumpulan: Rangkuman PAI Kelas 8 SMP

Related posts