Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 3 SD Halaman 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84 | Kurikulum 2013 | K-13 Revisi | Cuaca | Perubahan Cuaca |
Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 3 SD Halaman 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84
Apakah kamu sedang mencari jawaban dari pertanyaan ada di dalam buku pelajaran Tema 5 Kelas 3 SD Halaman 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84? Kamu sekarang berada di tempat yang tepat.
Di bawah ini akan dihadirkan jawaban dari pertanyaan yang ada di Halaman 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84. Hal ini supaya kamu mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Upss… ini bukan anjuran untuk mencontek yah. Terlebih WISLAH sekarang sudah punya TANYA.WISLAH.COM yang menyajikan semua soal berserta jawaban dari berbagai tugas yang diberikan guru.
Model memberikan jawaban ini, kami niatkan untuk melatih kamu mengukur akurasi pemahaman kamu atas pertanyaan yang ada. Dan belajar konsep besar dari alur dari sebuah bahasan. Karena tidak mungkin kumpulan soal termasuk soal bahasan ini (Soal dalam Tema 5 Kelas 3 Halaman 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84) dibuat tidak berdasar struktur logika yang runut dan terstruktur.
Jawaban Tema 5 Kelas 3 Halaman 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84
Sejak pagi hingga siang hari, hujan turun. Sore ini hujan telah reda, cuaca terlihat mendung. Dayu, Lani, Beni, Edo, dan Udin pergi ke rumah Siti. Mereka akan belajar bersama.
Mereka membawa payung. Bersiap sedia jika sewaktu-waktu hujan turun kembali.
Siti telah menunggu kedatangan teman-temannya. Siti menyuguhkan dua kotak kue rasa cokelat dan vanila
Bacalah percakapan Siti dan teman-teman berikut!
Dayu : Kita mau belajar apa sore ini? Ada yang punya ide?
Beni : Wah, melihat kue suguhan Siti, saya punya ide. Bagaimana kalau kita belajar tentang pecahan?
Udin : Ide yang bagus. Saya belum mengerti tentang cara membandingkan pecahan.
Lani : Setuju. Bagaimana kalau Siti yang bertugas menjelaskan? Siti kan sudah mengerti.
Edo : Iya, Siti yang bertugas menjelaskan.
Dayu : Yuk, kita mulai belajar.
Ayo Mengamati
Siti mengambil dua kotak kue cokelat dan vanilla. Kue-kue tersebut diletakkan di atas meja.

Mula-mula Siti memotong kue cokelat menjadi 2 bagian sama besar seperti berikut.

Lalu, Siti memotong kue vanila menjadi 3 bagian sama besar seperti berikut.

Ayo Berlatih
Sekarang bandingkan potongan kue tersebut.
Manakah yang lebih besar? Manakah yang lebih kecil? Berilah tanda “>” (lebih besar dari) atau “<” (lebih kecil dari) di tempat yang telah tersedia.
Sekarang bandingkan 1/2 bagian kue cokelat dan 1/3 bagian kue vanila.

Jawaban:

Sekarang bandingkan 2/2 bagian kue cokelat dan 2/3 bagian kue vanila.

Jawaban

Apakah kamu sudah dapat membandingkan potongan bagian kue cokelat dan vanila?

Siti memotong setiap 1/2 bagian kue cokelat tadi.
Setiap potongan kue cokelat menjadi 2 bagian yang sama besar. Kuenya menjadi 4 bagian sama besar seperti berikut:

Sekarang bandingkan 1/4 bagian kue cokelat dan 1/3 bagian kue vanila.

Jawaban:

Lalu, bandingkan 2/4 bagian kue cokelat dan 2/3 bagian kue vanila.

Jawaban:

Lalu, bandingkan 3/4 bagian kue cokelat dan 3/3 bagian kue vanila.

Jawaban:

Siti memotong setiap 1/3 bagian kue vanila. Setiap bagian tersebut dipotong menjadi 2 bagian yang sama besar. Kue vanila menjadi 6 bagian seperti berikut.

Sekali lagi, bandingkan potongan-potongan kue tersebut. Manakah yang lebih besar? Manakah yang lebih kecil?
Berilah tanda “>” (lebih besar dari) atau “<” (lebih kecil dari) di tempat yang telah tersedia.
Sekarang, bandingkan 1/4 bagian kue cokelat dengan 1/6 bagian kue vanila.

Jawaban:

Lalu, bandingkan 2/4 bagian kue cokelat dengan 2/6 bagian kue vanila.

Jawaban:

Lalu, bandingkan 3/4 bagian kue cokelat dengan 3/6 bagian kue vanila.

Jawaban:

Terakhir, bandingkan 4/4 bagian kue cokelat dengan 4/6 bagian kue vanila.

Jawaban:


Mari kita amati sekali lagi.

Perhatikan lambang bilangan pecahan beserta potongan kue cokelat dan kue vanila berikut.
Lambang bilangan pecahan di atas memiliki pembilang yang sama, yaitu 1. Namun, bilangan penyebutnya berbeda-beda.
Jadi untuk pecahan dengan angka pembilang sama:
“Makin besar angka penyebutnya, makin kecil nilai pecahan tersebut.”
Senangnya hati Udin telah belajar tentang membandingkan pecahan berpembilang sama. Mereka beristirahat sejenak sambil menyantap kue hidangan dari Siti. Setelah beristirahat, mereka kembali belajar bersama.
Mereka akan mencari berita di koran tentang perubahan cuaca di Indonesia. Di rumah Siti, banyak koran. Orang tua Siti berlangganan koran setiap hari.
Artikel berita di koran akan dibawa ke sekolah sebagai tugas per kelompok. Siti sekelompok dengan Lani dan Dayu. Udin sekelompok dengan Beni dan Edo. Setiap kelompok diminta membawa 2 buah artikel.

Ayo Membaca
Siti, Lani, dan Dayu sudah menemukan artikel berita yang pertama. Mereka diminta mencari kata atau istilah khusus tentang perubahan cuaca.
Kata khusus adalah kata yang menjelaskan kata umum. Misalnya “hijau” adalah kata khusus dari “warna.”.
Istilah khusus adalah istilah yang menjelaskan tema tertentu. Misalnya “cuaca ekstrem” adalah istilah khusus dari tema perubahan cuaca.
Berikut artikel yang mereka temukan.
Dampak Perubahan Cuaca
Akhir-akhir ini cuaca seakan-akan tak menentu. Suhu udara pada siang hari terasa sangat panas. Namun, pada malam hari, suhu udara terasa dingin. Keesokan harinya, hujan pun turun.
Perubahan cuaca yang sangat cepat disebut cuaca ekstrem. Cuaca ini dapat mengakibatkan tubuh mudah terserang penyakit.
Penyakit yang biasa muncul pada cuaca ekstrem, antara lain.
1. Flu. Jika kondisi tubuh lemah atau kurang sehat, orang dapat terserang flu.
2. Mimisan. Jika udara terlalu panas, orang akan mudah mimisan.
3. Sesak napas. Suhu udara yang berubah cepat dapat menyebabkan sesak napas.
Penyakit-penyakit seperti ini dapat mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Berikut cara-cara agar terhindar dari penyakit akibat cuaca yang ekstrem.
1. Menjaga Kebugaran Tubuh
Berolahraga yang cukup dapat menjaga kebugaran tubuh.
2. Hindari Kontak Langsung Sinar Matahari
Gunakan pakaian lengan panjang. Hal ini agar kulit terlindung dari sinar matahari langsung.
3. Gunakan Masker
Di sekitar kita banyak debu. Sebaiknya, kita menggunakan masker. Khususnya pengendara roda dua.
Nah, untuk itu kita harus selalu waspada. Macam-macam penyakit dapat muncul karena cuaca ekstrem.
Ayo Berdiskusi
Sudahkah kamu membaca artikel koran yang ditemukan oleh Siti, Lani, dan Dayu?
Temukan istilah khusus pada artikel tentang dampak perubahan cuaca. Perhatikan kata-kata yang dicetak tebal. Diskusikan bersama temanmu.
Tuliskan hasil diskusimu.
Kata atau Istilah Khusus tentang Perubahan Cuaca
1. Cuaca ekstrem
2. ………………………………………………………………………………………..
3. ………………………………………………………………………………………..
4. ………………………………………………………………………………………..
5. ………………………………………………………………………………………..
6. ………………………………………………………………………………………..
Jawaban:
1. Cuaca ekstrem
2. Flu
3. Mimisan
4. Masker
5. Suhu
6. Sesak napas
>>> Halaman 81
Ayo Bercerita
Bagaimana hasil diskusimu bersama teman? Sudahkah kamu menemukan istilah khusus tentang perubahan cuaca?
Sekarang saatnya menceritakan hasil diskusimu. Ceritakanlah dengan bahasamu sendiri. Ceritakan di depan teman-temanmu.
Jawaban:
Cuaca ekstrem adalah cuaca yang berubah dengan sangat berbeda. Misal pada pagi hari, cuaca cerah. Tiba-tiba, pada siang hari, cuaca berubah jadi mendung. Lalu hujan turun sangat deras.
Cuaca eksrem dapat menyebabkan beberapa penyakit. Penyakit yang biasa muncul pada cuaca ekstrem, antara lain flu, mimisan, dan sesak napas.
Penyakit-penyakit seperti ini dapat mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Kita dapat menghindari penyakit tersebut dengan menjaga kebugaran tubuh, menghindari kontak langsung sinar matahari, dan menggunakan masker.
Siti dan teman-teman telah menyelesaikan semua tugas dari sekolah. Tak terasa hari sudah makin sore. Meskipun masih mendung, Lani, Dayu, Beni, Udin, dan Edo pamit pulang. Tak lupa bersalaman dengan ibu Siti.
Mereka berjanji untuk bertemu kembali esok sore di balai desa. Siti, Lani, dan Dayu akan melanjutkan latihan menari. Mereka mengajak Beni, Udin, dan Edo untuk turut serta berlatih menari. Siapa pun boleh ikut latihan menari.
Ayo Menari
Masih ingatkah kamu dengan Tari Burung Kutilang yang sudah dipelajari sebelumnya?
Ikuti petunjuk berikut untuk berlatih Tarian Burung Kutilang.
Di pucuk pohon cempaka
Burung Kutilang berbunyi
Bersiul-siul sepanjang hari
Dengan tak jemu-jemu
1. Gerakan ini sesuai bait pertama teks lagu Burung Kutilang.
Gerakan miring kepala ke kiri, tengah, dan ke kanan secara bergantian. Ulangi sebanyak 8 hitungan sesuai irama lagu.
2. Gerakan ini sesuai bait kedua teks lagu Burung Kutilang.
Mengangguk-angguk
Sambil berseru Trilili..lili..lili..lili
Gerakan menganggukkan kepala:
3. Gerakan ini sesuai bait ketiga teks lagu Burung Kutilang.
Sambil berlompat-lompatan
Paruhnya selalu terbuka
Digeleng-gelengkan kepalanya
Menentang langit biru”
Kepala menoleh ke kiri, ke tengah, dan kanan secara bergantian. Ulangi sebanyak 8 hitungan sesuai irama lagu.
4. Gerakan ini mengulangi gerakan nomor 2. Gerakan ini sesuai bait 4 teks lagu Burung Kutilang.
Tandanya suka
Dia berseru Trilili..lili..lili..lili”
Apakah kamu dapat melakukan gerakan tari Burung Kutilang? Gerakan mana yang paling kamu senangi? Gerakan mana yang paling sulit kamu ikuti? Adakah gerakan yang ingin kamu ubah?
Kegiatan Bersama Orang Tua
Orang tua membimbing siswa untuk membandingkan pecahan dengan pembilang yang sama menggunakan benda-benda yang ada di rumah.
Bonus Cerita Anak SD: Anggrek Hitam Untuk Domia
Anggrek Hitam Untuk Domia
Terdengar suara gong dari rumah panjang menggelagar bertalu-talu. Penduduk kampung Tebelianmangkang sudah tahu. Jika gong ditabuh, berarti ada keadaan genting. Merekapun bergegas mendatangi rumah itu.
Rupanya, seorang wanita bernama Darahitam akan melahirkan bayi. Namun bayinya tak juga mau keluar. Darahitam sangat khawatir. Sebelumnya, sudah dua kali bayinya meninggal. Sambil kesakitan ia berdoa dan bernazar,
“Jubata, tolonglah agar anakku lahir dengan selamat. Lelaki atau perempuan, anak ini akan kupersembahkan menjadi pelayanmu!”
Jubata adalah dewa tertinggi suku Dayak. Jubata adalah perantara antara manusia dan Tuhan. Darahitam yakin Jubata akan menolongnya. Lalu terdengarlah..…
“Hoaaa, hooaaaa, hoooaaaaaa …” suara tangis bayi memecah kekhawatiran.
Seluruh penduduk desa menyambut gembira. “Ia lahir dengan selamat! Bayi yang cantik! Kulitnya bersih. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Bulu matanya lentik,” seru para wanita. Karena sangat cantik, bayi perempuan itu dinamakan Domia. Dalam bahasa Dayak, Domia berarti dewi.
Seperti ramalan banyak orang, Domia tumbuh menjadi gadis jelita. Banyak pria yang melamarnya. Namun Domia menolaknya. Sebab ia terikat nazar ibunya pada Jubata. Domia ditakdirkan menjadi pelayan Tuhan, atau imam wanita. Seorang imam tak boleh menikah. Tak seorang pun bisa membatalkan nazarnya. Kecuali Jubata sendiri yang mencabutnya.
Meskipun demikian, Domia jatuh cinta pada pemuda bernama Ikot Rinding. Pemuda itupun mencintai Domia. Namun Ikot Rinding heran. Karena Domia tak mau menikah dengannya.
Suatu hari yang panas, pergilah Ikot Rinding memancing. Namun, karena tak ada seekor ikanpun yang didapatnya, ia lalu pergi ke hulu sungai. Di tengah jalan, Ikot Rinding terhenti! Ia melihat Domia sedang mencuci pakaian. Pemuda itu langsung menghampiri gadis pujaan hatinya.
“Domia, mengapa kau tak mau menjadi istriku?” tanya Ikot Rinding.
Mendengar pertanyaan itu, Domia terkejut. Gadis cantik itu akhirnya berterus terang. Ia bercerita tentang nazar ibunya pada Jubata ketika melahirkannya. Betapa sedih hati Ikot Rinding mendengar cerita itu. Ia tahu, nazar pada Jubata hanya bisa dibatalkan oleh Jubata sendiri. Tapi… kemana ia harus mencari Jubata?
Karena cintanya pada Domia, Ikot Rinding pun mengembara. Siang berganti malam. Malam menjelang pagi. Setelah enam hari mengembara, sampailah ia di Bukit Sungkung. Ikot Rinding beristirahat dan tertidur pulas di bawah pohon rindang. Begitu bangun, hari sudah pagi. Berarti ini hari ketujuh pengembaraanya mencari Jubata.
Ketika akan melangkah pergi, Ikot Rinding terkejut. Ia melihat sebuah sumpit tergeletak di tanah. Di hutan belantara tak berpenghuni ini ada sumpit? Dari mana asalnya? Ikot Rinding segera memungutnya. Di hutan belantara seperti ini, sumpit tentu sangat berguna, pikirnya.
Ikot Rinding meneruskan pengembaraanya. Ketika melintasi sebongkah batu, ia tiba-tiba teringat pada nasihat ibunya. Ketika masih kecil, saat menemani ibunya menyikat pakaian di atas batu, ibunya selalu berkata, “Jangan sekali-kali mengambil barang orang lain tanpa izin!”
Seketika Ikot Rinding berbalik, meletakkan sumpit itu ke tempat semula. Sumpit itu bukan miliknya. Mungkin milik pemburu yang lewat di daerah itu.
Maka Ikot Rinding pun meneruskan perjalanannya mencari Jubata. Badannya lelah. Ia merasa lapar dan dahaga. Tapi begitu ingat akan Domia, ia menjadi bersemangat kembali. Tiba-tiba ia mendengar suara desisan. Sekelebat melintas seekor ular tedung. Ia berhenti di depan Ikot Rinding. Lidahnya kecil panjang bercabang. Badannya yang tadi melingkar, ditegakkan.
Ikot Rinding sadar ia harus waspada. Tangan kanannya kini meraih ranting. Diputar-putarnya ranting itu. Lalu dengan cepat tangan kirinya menyambar leher si ular tedung. Ular itu rupanya terpedaya oleh gerak tipunya. Dilemparnya ular tedung itu jauh ke tepi jurang.
Usai pertistiwa itu, terdengarlah langkah kaki. Rupanya ada orang yang menonton perkelahian Ikot Rinding melawan ular tedung. Semula Ikot Rinding curiga. Namun wajah pemuda itu tampak ramah.
“Aku Salampandai, putra bungsu raja hutan di sini,” ujarnya. Salampandai bercerita, sudah dua hari ia berburu. Namun tak berhasil menangkap apapun. Ini gara-gara senjatanya hilang. Ia juga bercerita bahwa ayahnya menyuruhnya rajin berlatih menyumpit. Terutama menyumpit binatang liar yang bergerak cepat.
Sekarang Ikot Rinding tahu siapa pemilik sumpit yang ditemukannya tadi. Ia mengajak Salampandai ke tempat sumpit itu. Benda itu masih ada di sana.
Karena gembira, Salampandai mengundang Ikot Rinding bermalam di rumahnya. Ia ingin mengenalkan sahabat barunya kepada keluarganya. Bahkan, ia pun ingin menjadikan Ikot Rinding saudara angkat. Walau ia sudah mempunyai enam orang kakak.
Sejak itu, Ikot Rinding diizinkan tinggal di istana. Raja dan ratu sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Salam pandai dan Ikot Rinding-pun selalu bersama kemanapun mereka pergi.
Suatu hari, “Jaga Si Bungsu baik-baik,” pesan Raja pada Ikot Rinding dan keenam putranya saat mereka akan pergi berburu. Ikot Rinding mengangguk. Tapi enam saudara kandung Salampandai tak menjawab. Mereka tidak menyukai Ikot Rinding. Mereka merasa Ratu dan Raja hanya memperhatikan Si Bungsu dan Ikot Rinding. Mereka lalu membuat rencana mencelakakan salah satu dari Ikot Rinding atau Si Bungsu.
Setibanya di hutan, mereka harus berpencar. Salampandai mendapat tempat yang agak mendaki. Dan Ikot Rinding ke tempat yang menurun. Keenam kakak Salampandai sengaja memisahkan mereka berdua. Namun ketika keenam orang itu sudah pergi, diam-diam Ikot Rinding membuntuti Salampandai. Ia tahu, keenam orang itu sengaja menyuruh Salampandai ke tempat yang berbahaya.
“Berhenti! Jangan lewat gua itu!” teriak Ikot Rinding pada Si Bungsu.
Ikot Rinding tahu, di gua itu hidup sekawanan kalong. Gigi dan cakar hewan-hewan itu sangat tajam. “Salampandai, tiarap!” teriak Ikot Rinding saat melihat gumpalan-gumpalan hitam keluar dari mulut gua. Tetapi terlambat. Si Bungsu kini dalam kepungan kelelawar.
Dengan tangkas, Ikot Rinding mencabut mandau. Ia menebas ke segala arah. Satu persatu binatang gua itu dikalahkannya. Kini tinggal raja kelelawar yang bertubuh besar. Kali ini Ikot Rinding menggunakan sumpitnya. “FUUHH!” Hanya dengan sekali tiupan, robohlah si raja kelelawar. Si Bungsu pun selamat.
Keduanya lalu pulang. Salampandai menceritakan peristiwa itu pada ayahnya. Raja sangat takjub mendengarkan cerita ketangkasan Ikot Rinding. Ia sangat bahagia karena putra kesayangannya selamat.
“Mintalah apa saja yang kau inginkan,” ujarnya pada Ikot Rinding. “Hari ini juga akan segera kupenuhi.”
Pada saat itu Ikot Rinding baru sadar. Ayah Salampandai ternyata adalah Jubata itu sendiri. Inilah saat yang diimpikan Ikot Rinding. Meski agak ragu, Ikot Rinding pun berkata, “Aku memohon bukan untuk diriku tetapi untuk orang lain. Sudilah kiranya Raja membebaskan Domia, dari nazar ibunya, Darahitam.”
Jubata ingat. Tujuh belas tahun lalu, seorang ibu bernama Darahitam kesulitan bersalin. Karena putus asa, Darahitam bernazar. Dan kini Ikot Rinding meminta agar nazar itu dilepaskan. Jubata yang bijaksana mengerti. Berbuat baik jauh lebih penting daripada memegang teguh sebuah sumpah.
“Permohonanmu kukabulkan,” ujarnya.
“Apakah tandanya?” tanya Ikot Rinding.
Melihat keraguan putra angkatnya, Raja masuk ke kamarnya. Begitu keluar, tangannya memegang setangkai anggrek hitam. Yang hanya tumbuh di halaman istana Jubata.
“Inilah tandanya,” sabda Jubata. Anggrek itu lalu diserahkannya pada Ikot Rinding. “Begitu Domia menerima sendiri dari uluran tanganmu, bunga ini segera berubah warna. Itulah pertanda. Bahwa nazar ibunya telah kulepaskan.” Usai menerima anggrek hitam itu, Ikot Rinding bergegas meninggalkan istana. Ia telah sangat rindu pada Domia. Perjalanan panjang ditempuhnya tanpa rasa lelah. Tak terasa, tibalah ia di kampung Tebelianmangkang.
Anggrek hitam ia serahkan pada Domia. “Pejamkan matamu…” pinta Ikot Rinding. Tanpa banyak bertanya, Domia menurut. “Nazar ibumu akan dilepaskan Jubata. Sebagai tanda, anggrek hitam di genggamanmu akan berubah warna.”
Ketika membuka kelopak matanya kembali, Domia melihat anggrek hitam telah berubah warna. Jadi butih bersih. Indah berseri bagai anggrek bulan. Domia telah terlepas dari nazar. Sepasang kekasih itu tak hentinya mengucap syukur pada Jubata. Dan keduanya hidup bahagia sampai masa tua mereka.