Wislah.com: Agar dapat menjalankan tugas kehidupan dengan baik maka kita harus menjadi manusia yang baik. Untuk menjadi manusia yang baik, meneladani manusia-manusia teladan adalah cara yang terbaik. Di antara orang baik yang dapat dijadikan teladan yang baik adalah Fatimah az-Zahrah.
Bagi Nabi Muhammad Saw Fatimah az-Zahrah adalah putri kesayangan yang kehadirannya dapat menghibur hati di kala sedih. Beliaulah yang melahirkan dua pemimpin penghuni surga dari kalangan pemuda, yaitu Hasan dan Husain. Di mata sang suami, adalah seorang istri yang selalu setia dan tulus mendampinginya. Kasih dan sayangnya kepada keluarga tak tertandingi oleh siapa saja. Ilmunya luas bagaikan samudra, dalam dan tak bertepi. Kehidupannya adalah inspirasi bagi umat Islam yang hakiki.
Simak ulasan tentang: Kisah Fatimah az-Zahra, Keutamaan Fatimah az-Zahra dan Keteladanan Fatimah az-Zahra.
Kisah Fatimah az-Zahra
Fatimah binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutalib. Ia puteri Nabi Muhammad Saw. Ibunya adalah Khadijah binti Khuwailid. Mengenai kelahirannya, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Fatimah lahir ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa semua putera-puteri Nabi Muhammad selain Ibrahim lahir sebelum kenabian. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir 5 tahun sebelum kenabian, yaitu ketika Baitullah direnovasi, saat itu Nabi Muhammad Saw berusia 35 tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa ia lahir 1 tahun sebelum kenabian dan ia lebih tua dari Aisyah sekitar 5 tahun. Ia diberi julukan dengan nama ibu ayahnya, yaitu Ummu Aminah.
Fatimah merupakan perempuan yang terlahir dengan kecantikan serta kecerdasan mengesankan. Juga mempunyai kepribadian yang penuh dengan kesabaran, taat kepada orang tua dan mandiri. Sejak usianya yang masih belia, ia harus menggantikan peran ibunya mengurus kebutuhan Rasulullah.
Pada saat dakwah periode Makkah, Fatimah sering melihat sang ayah ditentang oleh kaum kafir Quraisy. Meskipun demikian, tidak membuatnya kecil hati dan patah semangat apalagi membenci sang ayah. Ia menjadi penyejuk hati dan pendukung untuk dakwah sang ayah. Fatimah terus tumbuh menjadi perempuan yang kuat, tegar dan penuh kesabaran. Ia juga tumbuh menjadi perempuan mulia yang sangat menjaga harga dirinya.
Keistimewaan Fatimah ditandai dengan julukan-julukan yang diberikan kepadanya. Julukannya yang utama adalah az-Zahra (yang cemerlang), Batul (perawan), Kaniz (terpelihara), at-Thahirah (yang suci), umm al-A’immah (ibu para imam), Sayyidah (pemuka yang mulia, penghulu), Nisa’ al-‘Alamin (wanita sejagat) dan banyak lagi julukan.
Menurut Kitab Nur adh-Dhalam (syarah ‘aqidatul awam) karangan Syaikh Nawawi al-Bantani, pada usia 15 tahun lebih 5 bulan Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Ṭalib yang berusia 21 tahun lebih 5 bulan setelah perang Badar. Dalam pernikahannya dengan Ali bin Abi Ṭalib lahirlah tiga putra; Hasan, Husain dan Muhassin (meninggal masih kecil). Adapun putri yang lahir dari pernikahannya dengan Ali bin Abi Ṭalib adalah Zaynab dan Ummi Kultsum. Menurut al-Laits bin Sa’ad, anak putrinya ada tiga, yaitu ditambah Ruqayyah.
Fatimah sangat terkenal di dunia Islam, karena hidupnya paling dekat dan paling lama dengan Rasulullah Saw. Rasulullah sendiri sangat menyayanginya. Dari dialah keturunan Nabi Muhammad Saw berkembang dan tersebar di hampir seluruh negeri.
Mengenai wafatnya juga terjadi perbedaan pendapat, ada yang mengatakan pada 3 Jumadil Akhir 11 H pada usia yang masih sangat muda, 18 tahun 2 bulan, tetapi pendapat mayoritas mengatakan bahwa ia meninggal pada malam Selasa, 3 Ramadan tahun 11 H dalam usia 28 tahun setelah sakit keras selama 40 malam. Merasa ajal sudah dekat, ia membersihkan dirinya, memakai wewangian dibantu oleh iparnya, yaitu Asma bin Abi Ṭalib. Ia meninggal dengan satu pesan bahwa hanya Ali bin Abi Talib yang boleh menyentuh tubuhnya. Untuk itu yang memandikan dan mengkafani Fatimah sewaktu meninggal dunia adalah Ali bin Abi Ṭalib, dan Ali pula yang mengkuburkannya bersama Hasan dan Husain pada tengah malam dan dimakamkan di pemakaman al-Baqi’.
Keutamaan Fatimah az-Zahrah
- Rasulullah Saw bersabda: “Fatimah adalah sebagian dari padaku, barang siapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan membohonginya adalah membohongiku”. (HR. Bukhari).
- Rasulullah Saw bersabda kepada Fatimah : “Tidakkah engkau senang jika engkau menjadi penghulu bagi wanita seluruh alam”. (HR. Bukhari).
- Rasulullah bersabda: “Wahai Fatimah, tidakkah anda puas menjadi sayyidah dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita umat ini atau wanita mukmin”. (HR. Bukhari-Muslim).
- Rasulullah bersabda: “Tokoh penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Fir’aun”. (HR. Ahmad).
Keteladanan Fatimah az-Zahrah
Kehidupan rumah tangga Fatimah sangatlah sederhana, bahkan sering mengalami kekurangan, sehingga beberapa kali harus menggadaikan barang-barang rumah tangga untuk membeli makanan. Suatu saat kerudung Fatimah pernah digadaikan kepada orang Yahudi Madinah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun demikian, keluarganya tetap bahagia, lestari sebagai suami istri sampai akhir hayat.
Nabi Muhammad Saw sangat sayang kepada Fatimah. Sewaktu Nabi Muhammad Saw sakit keras menjelang wafatnya, Fatimah tiada henti menangis. Nabi Muhammad Saw memanggilnya dan berbisik kepadanya sehingga tangisannya semakin bertambah. Kemudian Nabi Saw berbisik lagi, dan ia pun tersenyum. Kemudian hal tersebut ditanyakan kepada Fatimah. Dia manjawab bahwa dia menangis karena ayahnya memberitahu kepadanya bahwa tak lama lagi ayahnya akan meninggal, tetapi kemudian ia tersenyum karena dialah keluarga Nabi yang pertama akan menjumpainya di surga nanti.
Fatimah adalah seorang wanita yang agung, seorang ahli hukum Islam. Dari Fatimah inilah banyak diriwayatkan hadis. Dialah tokoh perempuan dalam bidang kemasyarakatan. Orangnya sangat sabar dan bersahaja, akhlaknya sangat mulia.
Fatimah az-Zahrah adalah seorang wanita yang selalu mendukung perjuangan ayahnya dan suaminya. Walaupun anak seorang yang sangat disegani namun, Fatimah tidak pernah sombong. Ia adalah seorang istri yang sangat sederhana hidupnya tanpa banyak menuntut pada suaminya.
Sumber: Buku Akidah Akhlak Kelas XI MA