Oleh: Wasid Mansyur, Wakil Ketua LTN NU Jatim, Alumni LP Al-Khoziny Sidoarjo
Lupa adalah salah satu sifat manusia. Yang jadi masalah bila kita menjadi pelupa, apalagi melupakan istri/suami. Masih ingat cerita tukang marah-marah kepada anaknya, akibat lupa. Diceritakan bapak tukang kayu biasa mengukur kayu dengan menggunakan pensil. Tanpa terasa, pensil ditaruh di telinganya biar simpel, sambil menggergaji kayu yang sudah digaris dengan pensil.
Karena anaknya bermain dekat bapak tukang tadi. Tak berpikir panjang, pak tukang marah-marah menanyakan di mana pensilnya. Bahkan, menuduh pensil dibawa anaknya. Dengan keadaan tertekan si anak mengatakan: “piye pak kok emosi ngoten mulai wau”. Bukannya pensil itu ada di telinga bapak “nyantol”. Sambil tersenyum menahan malu, bapaknya masih berkilah: jangan bermain di sini nak.
Kisah pak tukang dengan anaknya adalah contoh bagaimana lupa bisa menjadi masalah dalam hidup. Bisa jadi kisah remeh temeh ini terjadi pada kita. Apalagi, jika yang kita lupakan adalah ilmu pengetahuan yang sudah lama dihafadkan. Karenanya, penulis teringat salah satu karya al-Sayyid Muhammad ibn Alawi Al-Idrus berjudul Fath al-Rahman fi ‘Ilaji al-Nisyan (Pembuka al-Rahman tentang Penyembuan Lupa).
Manarik kitab ini, walau sangat tipis, sebab membahas soal terapi spiritual (spiritual healing) agar kita tidak mudah lupa. Kitab ini ditulis oleh ulama besar dari Tarim Yaman_dan penulis handal yang melahirkan ratusan karya, yang wafat pada 1432 H dan dimakamkan di Zanbal Tarim. Untuk lebih dekat dengan sosok beliau lihat link ini: https://ar.m.wikipedia.org/…/%D9%85%D8%AD%D9%85%D8%AF…
Mengutip perkataan al-Sayyid Muhammad Al-Idrus diawal kitab tersebut yang artinya sebagai berikut:
“Orang sulit hafal dan cenderung lupa terhadap pengetahuan yang telah lama dihafal sejak kecil disebabkan karena mudah gelisah dan gampang tegang mengadapi carut marut urusan duniawi, termasuk disebabkan problem ekonomi yang melilit sembari terus jauh dari Tuhannya”.
Berpijak pada kalimat di atas, jika tidak berlebihan penulis ingin katakan: bahwa problem lupa muncul -salah satunya- disebabkan oleh terlalu panik menyikapi kehidupan. Kepanikan berlebihan menjadikan pikiran tertekan dan sulit fokus sehingga ingatanpun kurang berfungsi dengan baik. Bukan hanya itu, kepanikan muncul disebabkan juga karena orang terus menjauh dari penggerak Sejati (baca: gusti Allah Swt). Ia terlalu mengandalkan ego dan penyembah rasionalitas sehingga ia gampang gelisah, bahkan bisa mudah stres ketika yang dipikirkan dengan serius tidak sama dengan kenyataannya.
Untuk itu agar kita tidak gampang lupa atau menjadi pelupa, dengan mengutip al-Sayyid Muhammad al-Idrus, maka perbanyak kita mengingatNya dengan perbanyak do’a penenang pikiran dan hati. Ini penting dilakukan agar gampang fokus pada Allah sebagai sumber energi, sekaligus mudah fokus pada hafalan yang dimiliki.
Memang faktor usia secara medis disebut-sebut menjadi faktor orang mudah lupa. Tapi, analisis medis tidak bisa bersifat generalisir berlaku pada semua orang. Bukannya, kiai atau bu nyai pesantren banyak ditemukan dalam usinya yang sepuh, tapi daya ingatnya tidak mengalami perubahan. Dapat dipastikan, karena beliau-beliau mudah fokus dan mampu menjaga hafalan, yang diakibatkan olah rasa batinya tidak mengenal lelah.
Salah satunya resep agar tidak mudah lupa, menurut al-Sayyid Muhammad al-Idrus, memperbanyak doa berikut ini:
اللهم افتح علي فتوح العارفين بحكمتك وانشر علي رحمتك وذكرني ما نسيت ياذا الجلال والإكرام
“Ya Allah, bukakan diriku sebagaimana terbukanya orang-orang yang Arif (ma’rifat billah) dengan hikmahMu. Sebarkanlah rahmatMu kepadaku, dan ingatkanlah apa yang aku lupakan. Wahai dzat yang maha Agung nan maha Mulia”.
Disamping itu, masih banyak do’a-do’a anti lupa yang ditawarkan Sayyid Muhammad al-Idrus, termasuk membaca sholawat penolak lupa. Pastinya, do’a-do’a itu mengajarkan permohonan, ketenangan batin dan kepasrahan padaNya.
Selain doa penolak lupa, ada beberapa makanan/minuman yang disinyalir menambah daya ingat kita. Sayyid Muhammad al-Idrus menyebutkan madu, temun, teh, susu sapi, air zam zam, dan lain-lain. Kaitan penolak lupa jenis ini, memang perlu pendekatan medis agar semakin yakin kaitan kegunaannya untuk penguat agar tidak lupa.
Akhirnya, itulah spiritualisme melawan lupa ala Sayyid Muhammad al-Idrus. Pastinya, mudah lupa dapat disembuhkan, sepanjang ada kemauan berubah. Asal tidak macak lupa atau bergaya pelupa di depan ruang persidangan. Yang disebutkan terakhir ini, bisa “angel-angel” obatnya sebab telah membunuh akal sehat.