WISLAH.COM – Tulisan berjudul “5 Posisi Kontrol Guru dalam Penerapan Disiplin di Sekolah” ini, memuat kajian mendalam tentang berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru dalam menegakkan disiplin di lingkungan sekolah. Disiplin merupakan aspek krusial dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendukung perkembangan siswa secara optimal. Namun, cara guru menerapkan disiplin dapat bervariasi, mulai dari pendekatan yang otoriter hingga pendekatan yang lebih humanis.
Artikel ini akan mengupas tuntas lima posisi kontrol yang umum digunakan oleh guru dalam menerapkan disiplin, yaitu penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Setiap posisi akan dijelaskan secara detail, disertai dengan contoh-contoh konkret dan analisis dampaknya terhadap siswa. Dengan memahami berbagai posisi kontrol ini, diharapkan para guru dapat merefleksikan praktik disiplin yang selama ini diterapkan dan memilih pendekatan yang paling efektif dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memberdayakan siswa.
A. Apa itu Posisi Kontrol Guru?
Posisi kontrol guru merujuk pada pendekatan atau strategi yang digunakan oleh guru dalam mengelola perilaku siswa dan menegakkan disiplin di dalam kelas atau lingkungan sekolah. Posisi kontrol ini mencerminkan keyakinan dan nilai-nilai guru tentang bagaimana seharusnya siswa berperilaku dan bagaimana guru seharusnya merespons perilaku tersebut.
Setiap posisi kontrol memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada satu posisi kontrol yang dianggap paling baik atau paling buruk. Pemilihan posisi kontrol yang tepat akan bergantung pada konteks, situasi, dan karakteristik siswa.
B. Penghukum
Guru yang menggunakan posisi penghukum cenderung menggunakan hukuman atau sanksi sebagai alat utama untuk mengendalikan perilaku siswa. Mereka percaya bahwa hukuman akan membuat siswa jera dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Contoh: Seorang guru memberi hukuman skorsing kepada siswa yang terlambat masuk sekolah atau tidak mengerjakan tugas.
Dampak: Posisi penghukum dapat menimbulkan rasa takut dan cemas pada siswa. Siswa mungkin akan patuh karena takut dihukum, tetapi tidak karena memahami pentingnya aturan. Dalam jangka panjang, posisi ini dapat merusak hubungan guru-siswa dan menghambat perkembangan moral siswa.
C. Pembuat Merasa Bersalah
Guru yang menggunakan posisi pembuat merasa bersalah mencoba mengendalikan perilaku siswa dengan membuat mereka merasa bersalah atau malu atas tindakan mereka. Mereka sering menggunakan kata-kata yang menyindir atau merendahkan.
Contoh: Seorang guru berkata kepada siswa, “Ibu sangat kecewa dengan kamu. Kamu seharusnya bisa lebih baik dari ini.”
Dampak: Posisi pembuat merasa bersalah dapat merusak harga diri siswa dan membuat mereka merasa tidak berharga. Siswa mungkin akan merasa bersalah, tetapi tidak belajar dari kesalahan mereka. Dalam jangka panjang, posisi ini dapat menyebabkan siswa menjadi penakut dan tidak percaya diri.
D. Teman
Guru yang menggunakan posisi teman berusaha membangun hubungan yang akrab dan bersahabat dengan siswa. Mereka berharap bahwa dengan menjadi teman, siswa akan lebih terbuka dan mau mendengarkan nasihat mereka.
Contoh: Seorang guru sering mengajak siswa mengobrol tentang kehidupan pribadi mereka atau memberikan hadiah kecil kepada siswa yang berprestasi.
Dampak: Posisi teman dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan positif. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, posisi ini dapat membuat guru kehilangan otoritas dan kesulitan menegakkan disiplin.
E. Pemantau
Guru yang menggunakan posisi pemantau cenderung mengawasi siswa secara ketat dan menerapkan aturan dengan tegas. Mereka percaya bahwa dengan pengawasan yang ketat, siswa akan terhindar dari perilaku yang tidak diinginkan.
Contoh: Seorang guru selalu memeriksa tugas siswa, memantau aktivitas siswa di dalam kelas, dan memberikan sanksi kepada siswa yang melanggar aturan.
Dampak: Posisi pemantau dapat menciptakan ketertiban dan disiplin di dalam kelas. Namun, jika terlalu ketat, posisi ini dapat membuat siswa merasa terkekang dan tidak bebas. Siswa mungkin akan patuh karena takut diawasi, tetapi tidak karena memahami alasan di balik aturan.
F. Manajer
Guru yang menggunakan posisi manajer berusaha memberdayakan siswa untuk mengatur diri sendiri dan bertanggung jawab atas perilaku mereka. Mereka percaya bahwa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil keputusan dan belajar dari kesalahan, siswa akan menjadi lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Contoh: Seorang guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang aturan kelas dan membuat kesepakatan bersama. Ketika ada siswa yang melanggar aturan, guru tidak langsung memberikan sanksi, tetapi mengajak siswa untuk merefleksikan tindakannya dan mencari solusi bersama.
Dampak: Posisi manajer dapat menciptakan lingkungan belajar yang demokratis dan memberdayakan siswa. Siswa akan merasa dihargai dan memiliki kontrol atas diri mereka sendiri. Dalam jangka panjang, posisi ini dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang penting.
Penutup:
Penerapan disiplin di sekolah merupakan tugas yang kompleks dan menuntut kepekaan dari guru. Tidak ada satu posisi kontrol yang cocok untuk semua situasi. Guru perlu memahami kelebihan dan kekurangan dari setiap posisi kontrol, serta mempertimbangkan konteks dan karakteristik siswa sebelum memilih pendekatan yang tepat.
Pendekatan disiplin yang efektif adalah pendekatan yang tidak hanya berfokus pada hukuman, tetapi juga pada pemahaman, pertobatan, dan pemulihan hubungan. Guru perlu membangun hubungan yang positif dengan siswa, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dari kesalahan mereka.
Dengan menerapkan disiplin yang tepat, guru dapat membantu siswa mengembangkan karakter yang baik, menjadi pribadi yang bertanggung jawab, dan mencapai potensi mereka secara optimal.