Toleransi (Tasamuḥ) : Pengertian, Dalil, Pandangan Islam, Faktor dan Pembiasaan Prilaku

Toleransi (Tasamuḥ) : Pengertian, Dalil, Pandangan Islam, Faktor dan Pembiasaan Prilaku

Wislahcom | Referensi | : Indonesia ini penuh dengan keberagaman baik dari suku, agama, ras, maupun antar golongan. Ada sekitar 1.340 suku bangsa yang ada di Indonesia, 6 agama besar dan berpuluh-puluh agama kepercayaan. Dengan keberagaman ini, agama Islam mengajarkan untuk saling mengenal antar bangsa dan suku dan tidak merasa paling hebat di antara yang lainnya. Oleh karena itu, kita harus membina dan menjaga kerukunan di Indonesia. Dalam membina dan menjaga kerukunan ini, agama Islam mengajarkan untuk bersikap toleransi (tasamuh) kepada orang ataupun golongan lain, meyakini persamaan derajat manusia (musawah), moderat atau bersikap wasathiyah dan memahami persaudaraan.

Simak penjelasan singkat tentang : Pengertian Toleransi (Tasamuḥ), Dalil Tentang Toleransi (Tasamuh), Toleransi (Tasamuh) dalam Pandangan Agama Islam, Faktor-Faktor Sikap Toleransi (Tasamuh) dan Membiasakan Berperilaku Toleransi (Tasamuh) dalam Kehidupan Sehari-hari.

Pengertian Toleransi (Tasamuḥ)

Kata tasamuḥ diambil dari kata samaḥa berarti tenggang rasa atau toleransi. Dalam bahasa Arab sendiri tasamuḥ berarti sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf. Dalam pengertian secara istilah, tasamuḥ adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh agama Islam.


Dalil Tentang Toleransi (Tasamuh)

  • Firman Allah

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui, Maha mengenal” (QS. al-Hujurāt (49): 13)

  • Hadis Nabi

Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab, “al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam”


Toleransi (Tasamuh) dalam Pandangan Agama Islam

Tasamuḥ ialah sikap yang mengarahkan pada keterbukaan dan menghargai perbedaan. Perbedaan merupakan fitrah yang sudah menjadi ketetapan Allah Swt. dan seluruh manusia tak bisa menolak-Nya.

Konsep tasamuḥ yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Yaitu dengan mengenali, menghargai, dan terbuka dengan perbedaan. Namun, apabila hubungannya dengan keyakinan dan ritual, agama Islam tidak mengenal kata kompromi. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain begitu pula dengan ritualnya.

Sebagai bukti bahwa tasamuḥ merupakan salah satu ajaran Islam adalah Allah melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Tanpa larangan tersebut, manusia akan saling memperolok jika berbeda keyakinan.

Faktor-Faktor Sikap Toleransi (Tasamuh)

Syaikh Yusuf Qardhawi menjelaskan adanya empat faktor yang mendorong sikap tasamuḥ, yaitu:

  1. Keyakinan bahwa manusia itu makhluk mulia.
  2. Perbedaan di dunia ialah realitas yang dikehendaki Allah.
  3. Allah Maha membuat perhitungan, jadi tiada kuasa mutlak manusia untuk mengadili kekafiran atau kesesatan seseorang.
  4. Keyakinan akan perintah Allah untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia.

Membiasakan Berperilaku Toleransi (Tasamuh) dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah mengetahui sikap tasamuḥ dalam Islam. Kita dituntut untuk bersikap tasamuḥ. Sebagai contoh sikap tasamuḥ dalam Islam yaitu:

  1. Di kota Madinah, Rasulullah Saw tidak sungkan berdampingan dengan pribumi Yahudi maupun Nasrani.
  2. Ketika menaklukkan Jerussalem, khalifah Umar Ra. tidak merusak tempat-tempat ibadah warga non-muslim dan pemeluknya tetap diberikan kebebasan untuk menjalankan ritual agamnya.
  3. Rasulullah Saw memberi makan seorang beragama Yahudi buta dan miskin.
  4. Ketika ada jenazah seorang Yahudi melintas di sebelah Rasulullah Saw dan para sahabat, Rasulullah Saw berhenti dan berdiri. Kemudian seorang sahabat berkata, “Kenapa engkau berhenti ya Rasulullah? Padahal itu adalah jenazah orang Yahudi?” Rasulullah Saw bersabda: “Bukankah dia juga manusia?”

Related posts