Struktur Kepribadian Psikologi Islam: Struktur Nafs

Struktur Kepribadian Psikologi Islam: Struktur Nafs

WISLAH.COM: Struktur Kepribadian Psikologi Islam memiliki konsep mengenai Struktur Nafs. Berikut ini pengertian nafs: 

Pengertian Nafs

Nafs adalah potensi jasad-rohani (psikofisik) manusia yang secara inherent telah ada sejak jasad manusia siap menerimanya, yaitu usia empat bulan dalam kandungan. Potensi ini terikat dengan hukum yang bersifat jasadi-rohani. Semua potensi yang terdapat pada daya ini bersifat potensial, tetapi ia dapat mengaktual jika manusia mengupayakan.

Setiap komponen yang ada memiliki daya-daya laten yang dapat menggerakkan tingkah laku manusia. Aktualisasi nafs ini merupakan citra kepribadian manusia, yang aktualisasi itu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya faktor usia, pengalaman, pendidikan, pengetahuan, lingkungan dan sebagainya.


Nafs memiliki natur gabungan antara natur jasad dan roh. Apabila ia berorientasi pada natur jasad maka tingkah lakunya menjadi buruk dan celaka, tetapi apabila mengacu pada natur roh maka kehidupannya menjadi baik dan selamat. Dalam hadis riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Ahmad ibn Hambal, sinergi komponen itu terjadi ketika janin usia empat bulan dalam kandungan sesungguhnya salah satu di antara kalian diciptakan dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah, lalu empat puluh hari lagi menjadi ‘alaqah, dan empat puluh hari menjadi mudhghah. Kemudian Allah menyuruh maqalikat untuk menulis empat perkara, yaitu amal, riski, ajar dan celaka-bahagianya, kemudian roh ditiupkan ke dalamnya.

Nafs dipahami sebagai jiwa (QS Al-Syams:7, AlFajr:27) yang memiliki potensi gharizah. Gharizah dalam arti etimologi berarti insting, naluri, tabiat, perangai, kejadian laten, ciptaan dan sifat bawaan. Gharizah adalah potensi laten (terpendam) yang ada pada psikofisik manusia yang dibawahnya sejak lahir dan akan menjadi pendorong serta penentu bagi tingkah laku manusia, baik berupa perbuatan, sikap, ucapan, dan sebagainya.

Nafsani atau jiwa dapat dibagi ke dalam tiga komponen (Mudjib, 2017), yakni:

  1. Daya qolb yang berhubungan dengan emosi (rasa) yang berhubungan dengan aspek-aspek afektif.
  2. Daya ‘aqal yang berhubungan dengan kognisi (cipta atau kognitif) yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif.
  3. Daya hawa nafs yang berhubungan dengan konasi (karsa) yang berhubungan dengan aspek-aspek psikomotorik.

Masing-masing dari ketiga komponen dari jiwa di atas akan dijelaskan kemudian.

Pengertian Qalb (Kalbu)

Kalbu (al-qalb) merupakan salah satu daya nafsani. Setiap nafsani memiliki komponen fisik dan psikis. Komponen fisik tercermin di dalam kalbu jasmani, sedang komponen psikis tercermin di dalam qalbu rohani. Kalbu jasmani merupakan jantung (heart) yang menjadi pusat jasmani manusia. Ia berfungsi sebagai pusat peredaran dan pengaturan darah. Apabila fungsi ini berhenti maka ajal (batas) kehidupan manusia habis dan terjadilah apa yang disebut dengan kematian. Kalbu jasmani tidak hanya dimiliki manusia, tetapi dimiliki oleh semua makhluk bernyawa seperti binatang. Sedangkan kalbu rohani hanya dimiliki oleh manusia, yang menjadi pusat kepribadiannya.

Kendatipun jantung bersifat fisik, namun berkaitan erat dengan kondisi psikologisnya. Apabila kondisi psikologis seseorang normal maka ia berdenyut atau berdetak secara teratur, namun apabila kondisi psikologisnya terlalu senang atau terlalu resah maka frekuensi denyutnya lebih cepat atau bahkan lebih lambat dari batas normalitas.

Kalbu rohani ini merupakan bagian esensi dari nafsani. Kalbu ini berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali semua tingkah laku manusia. Apabila qalbu rohani ini berfungsi secara normal maka kehidupan manusia menjadi baik dan sesuai dengan fitrah aslinya, sebab qalbu ini memiliki natur ilahiyyah atau rabbaniyyah. Natur ilahiyyah merupakan aspek supra-kesadaran manusia yang dipancarkan dari Tuhan. Dengan natur ini maka manusia tidak sekadar mengenal lingkungan fisik dan sosialnya, melainkan juga mampu mengenal lingkungan spiritual, ketuhanan, dan keagamaan.

Qalbu memiliki daya psikologis seperti kognisi, emosi, konasi, meskipun daya emosi yang lebih dominan. Daya emosi pada qalbu menimbulkan daya rasa. Perasaan merupakan pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmani. Emosi kadang-kadang dibangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif.

Daya emosi qalbu ada yang positif dan ada pula yang negatif. Emosi positif misalnya cinta, senang, riang, percaya (iman), tulus (ikhlas) dan sebagainya. Sedangkan emosi negatif seperti benci, sedih, ingkar (kafir), mendua (nifaq) dan sebagainya. Daya-daya emosi qalbu dapat teraktualisasi melalui rasa intelektual, rasa indrawi, rasa etika, rasa estetika, rasa sosial, rasa ekonomi, rasa religious, dan rasa lainnya.

Pengertian Akal (Aqal)

Secara etimologi, aqal memiliki arti al-imsak (menahan), al-ribath (ikatan), al-hajr (menahan), alnahi (melarang), dan man’u (mencegah). Berdasarkan makna bahasa ini maka yang disebut orang yang beraqal adalah orang yang mampu menahan dan mengikat hawa nafsunya. Jika hawa nafsunya terikat maka jiwa rasionalitasnya mampu bereksistensi.

Akal merupakan bagian dari daya nafsani manusia memiliki dua makna (Mudjib, 2017):


  1. Akal jasmani, yaitu satu organ tubuh yang terletak di kepala. Aqal ini sering disebut dengan otak yang bertempat di dalam kepala manusia.
  2. Akal rohani, yaitu cahaya rohani dan daya nafsani yang dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dan kognisi.

Akal diartikan sebagai energi yang mampu memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan. Akal mampu menghantarkan manusia pada esensi kemanusiaan. Akal merupakan sesuatu yang fitrah memiliki daya-daya pembeda antara hal-hal baik dan buruk, yang berguna dan yang membahayakan. Akal merupakan daya berpikir manusia untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat rasional dan dapat menentukan hakikatnya. Hal ini menunjukkan bahwa akal memiliki fungsi kognisi (daya cipta). Kognisi adalah suatu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang mencakup mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan pendapat, mengasumsikan, berimajinasi, memprediksi, berpikir, mempertimbangkan, menduga dan menilai.

Akal memiliki kesamaan dengan kalbu dalam memperoleh daya kognisi, tetapi cara dan hasilnya berbeda. Akal bukanlah aktivitas kalbu, meskipun sebagian aktivitas kalbu itu berakal. Akal mampu mencapai pengetahuan rasional, tetapi tidak mampu mencapai pengetahuan suprarasional. Akal mampu menangkap hal- hal yang abstrak, tetapi belum mampu merasakan hakikatnya. Akal mampu menghantarkan eksistensi manusia pada tingkat kesadaran, tetapi tidak mampu menghantarkan pada tingkat supra-kesadaran.

Akal mampu mencapai kebenaran, tetapi belum mampu melakukan pekerjaan dalam bentuk ibadah, sebab sebagian ibadah ada yang bersifat supra-rasional. Akal mampu berpikir dengan logika formal di dunia sadar, tetapi tidak mampu menahan atau menolak mimpi yang irasional di dunia bawah (dari jin) atau mimpi supra sadar di dunia atas sadar (dari malaikat atau Tuhan).

Akal mampu menangkap pengetahuan melalui bantuan indra seperti untuk melihat dan memperhatikan. Apabila mencapai puncaknya, akal tidak lagi membutuhkan indra, sebab indra membatasi ruang lingkup pengetahuan akliah.  Olehnya itu maka pengetahuan yang dihasilkan oleh akal dibagi menjadi dua bagian; pertama, pengetahuan rasional-empiris yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran akal dan hasilnya dapat diverifikasi secara indrawi, sebab perolehannya juga dengan bantuan indra. Hasil dari aqal ini adalah ilmu pengetahuan; kedua, pengetahuan rasional-idealis yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran akal, namun hasilnya bentu tentu dapat diverifikasi dengan indra. Hasil dari proses akal ini adalah filsafat.

Pengertian Hawa Nafsu

Hawa nafsu adalah bagian dari daya nafsani yang memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan alghadhabiyyah dan al-syahwaniyyah. Al-Ghadhab adalah suatu daya yang berpotensi untuk menghindar diri dari segala yang membahayakan. Ghadhab  erupakan potensi hawa nafsu yang memiliki natur seperti binatang buas yang memiliki naluri dasar menyerang, membunuh, merusak, menyakiti, dan membuat yang lain menderita. Namun apabila potensi ini dikelola dengan baik atas bimbingan kalbu maka ia menjadi kekuatan atau kemampuan.

Al-shahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang menyenangkan. Syahwat merupakan potensi hawa nafsu yang memiliki natur binatang jinak yang memiliki naluri dasar seks bebas, erotisme, narsisme, dan segala tindakan untuk pemuasan birahi. Syahwat ini bisa dipahami sebagai desire, yaitu satu keinginan dan harapan yang disadari dari suatu perangsang atau situasi yang tidak menyenangkan atau yang mengakibatkan penolakan. Atau appetite, yaitu suatu hasrat (keinginan, birahi, hawa nafsu), motif atau impuls berdasarkan perubahan keadaan fisiologi.

Prinsip kerja hawa nafsu mengikuti prinsip kenikmatan dan berusaha mengumbar impulsimpuls agresif dan seksualitasnya. Apabila impulsimpuls ini tidak terpenuhi maka terjadi ketegangan diri. Prinsip kerja hawa nafsu ini memiliki kesamaan dengan prinsip kerja jiwa kebinataan. Hawa nafsu ini memiliki daya konasi (daya karsa). Konasi (kemauan) adalah bereaksi, berbuat, berusaha, berkemauan, dan berkehendak. Aspek konasi kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan impuls untuk berbuat (Chaplin, 1989). Apabila manusia mengumbar dominasi hawa nafsunya maka kepribadiannya tidak akan mampu bereksistensi secara baik. Jika kalbu lebih berorientasi pada roh, maka hawa nafsu berorientasi pada jasa. Dalam kaitannya dengan psikologi, kekuatan jasa yang utama adalah indra. Karena itulah maka potensi hawa nafsu bersifat indrawi.

Menurut Ibn Sina (lih. Kartanegara, 2000), daya indrawi hawa nafsu terbagi atas dua bagian yakni pertama, indra lahir (esternal senses) yang dapat dimiliki hewan dan manusia. Indra ini berupa pancaraindra seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa dan sentuhan; kedua, indra batin (internal senses) yang hanya dimiliki manusia, kalau hewan memiliki itupun hanya sedikit. Indra ini terdiri atas lima daya yaitu; pertama, indra bersama yang berfungsi menerima, mengatur dan mengkoordinir bentuk-bentuk dari semua benda-benda empiris yang diserap oleh pancaindra lahir; kedua, imaninasi retentive yang berfungsi representasi yaitu melestarikan informasi yang diterima oleh indra bersama-sama disalurkan pada daya yang lain sehingga membentuk gambar suatu benda dalam pikiran; ketiga, imajinasi kompositif yang berfungsi memisahkan atau menggabungkan kembali gambar yang telah diterima oleh imajinasi retentive dengan beberapa cara, seperti mengkhayalkan manusia terbang; keempat, estimasi (waham) yang dapat menangkap makna dan tujuan yang ada pada benda-benda indrawi, sehingga mampu mengarahkan hawa nafsu hewani untuk bertindak. Pada manusia, daya ini dapat digunakan untuk menilai mana yang dipercaya dan mana yang fantasi; kelima, memori dan rekoleksi yang berfungsi sebagai gudang penyimpanan untuk melestarikan makna dan tujuan daya-daya sebelumnya.

Related posts