WISLAH.COM: Metode Socrates, atau metode maieutics, yaitu menggali informasi tentang diri seseorang dari orang itu sendiri, ternyata oleh Rogers dikembangkan menjadi teknik psikoterapi Carl R. Rogers yang sangat popular sejak tahun 1943 sampai sekarang yaitu yang dikenal dengan nama client centered therapy atau person centered therapy (terapi yang berpusat pada klien atau orang itu sendiri).
Biografi Carl R. Rogers
Rogers dilahirikan dalam keluarga besar tradisional yang harmonis di daerah pertanian di Illinois, Amerika Serikat. Ia tertarik pada psikologi pendidikan dan psikologi klinis. Ia selesai di Columbia University dan mendapat gelar doktornya pada tahun 1931.
Ketika ia sedang bekerja praktik sebagai panitera siswa psikoterapis di Institute for child guidance di Colombia (yang kental dengan metode psioanalisis Freudian), ia mendengar ceramah tamu dari Alfred Adler yang mengejutkannya karena Adler melontarkan gagasan bahwa penjelajahan sejarah hidup masa lalu diri klien tidak diperlukan dalam psikoterapi (padahal metode Freduian sangat mengandalkan Teknik sejarah hidup atau case history).
Pertemuan dengan Alder tersebut telah mengubah orientasi Rogers dalam metode psikoterapi dan mendorongnya untuk mencetuskan teknik client atau Person centered therapy yang dikembangkan terus di berbagai tempat kerjanya: Rochester Guidance Center (pusat bimbingan untuk anak terlantar) di New York (1928-1940), Ohio State Universitay (1940-1945), Universitas of Chicango Western Behavioral Science Institute di La Jolla, California, dimana ia mendirikkan pusat kajian pribadi (the Center for Studies of the Person). Rogers juga pernah menjadi presiden American Psycological Association (1946-1947).
Teknik Psikoterapi Carl R. Rogers
Teknik psikoterapi Rogers juga dikenal sebagai psikoterapi nondirektif, karena memang dalam proses psikoterapinya Rogers selalu menghindari pengarahan (direktif). Istilah klien (client) digunakan untuk menggantikan istilah pasien untuk menunjukkann adanya hubungan sejajar antara hubungan terapis dengan yang diterapi (bukan yang satu lebih tinggi dari yang lain) dan yang diterapi itu adalah orang sehat, orang yang punya wawasan, bukan orang sakit.
Selanjutnya, dalam psikoterapi nondirektif terapis harus berusaha menerima klien sebagaimana adanya, sementara iapun harus terbuka pada kliennya. Melalui hubungan yang saling menerima, dan melalui upaya bersama antara klien dan terapis, diusahan menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk tercapainya keseimbangan (congruence) antara berbagai pengalaman dan perasaan yang sesungguhnya terjadi dengan konsep diri klien.
Menurut Rogers, kesenjangan antara konsep diri dan realitas inilah yang menyebabkan gangguan kejiwaan pada diri klien, sehingga untuk menyembuhkannya diperlukan upaya penyeimbangan. Yang menarik pada metode Rogers ini, selain teknik dan prosedurnya itu sendiri, adalah juga keberanian Rogers untuk mereka (dengan tape recorder) proses wawancara dalam psikoterapi untuk kemudian membahasnya bersama teman-teman sejawat atau mahasisiwanya. Di masa itu, keterbukaan semacam ini masih langkah dan langkah Rogers dianggap sebagai perintis untuk kemajuan pengembangan metode psikoterapi.