WISLAH.COM: Di dalam beberapa literatur, psikologi kognitif dikatakan sebagai perpaduan antara psikologi Gestalt dan psikologi behaviorisme. Tulisan ini akan membahas secara ringkas Psikologi Kognitif; Pengertian, Sejarah, dan Perbedaanya dengan Behaviorisme.
Sejarah Psikologi Kognitif
Sejarah Psikologi Kognitif berawal dari berpindahnya Kurt Lewin ke Amerika Serikat karena kejaran Nazi Jerman menjelang perang dunia II. Di Amerika Serikat, dari universitas-universitas tempatnya bekerja di Lowa dan Massachussets, Lewin menyebarkan teori-teori psikologi Gestalt yang telah dikembangkannya menjadi teori lapangan.
Teori lapangan ini, seperti telah diketahui, teori yang membahas proses psikologik yang terjadi dalam diri seseorang. Dengan perkataan lain, teori perkembangan mempelajari unsur O (organisme) yang dalam teorinya Tolman dinyatakan bahwa mempelajari O harus dilaksanakan dengan mencari hubungan antara B (behavior atau tingkah laku) dengan S (situasi) dan A (antecendent atau peristiwa-peristiwa
yang mendahului). Hubungan S-R dalam teori thorndike, menurut Tolman perlu dijadikan hubungan S-O-R. Dalam hubungan S-O-R inilah teori-teori psikologi lapangan mendapat tempatnya dalam dunia psikologi di Amerka Serikat yang pada waktu itu di dominasi oleh behaviorisme, untuk kemudian berkembang menjadi teori kognitif.
Pengertian Psikologi Kognitif
Pengertian Psikologi Kognitif berasal dari kata kognisi (cognition) itu sendiri sebetulnya tidak ada kesepakatan tertentu. Secara umum kognisi berarti kesadaran, tetapi yang dipelajari dalam psikologi kognitif adalah berbagai hal seperti sikap, ide, harapan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, psikologi kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh indera diproses dalam jiwa seseorang seblum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
Reaksi terhadap rangsang, demikian menurut teori ini, tidak selalu keluar berupa tingkah laku yang nyata (respons yang overt) akan tetap juga bisa mengendap berupa ingatan atau diproses menjadi gejolak perasaan (gelisah, keputusan, kekecewaan dan sebagainya), atau sikap (suka tidak suka). Teori kognitif ini tidak menyelidiki hal-hal yang lebih mendalam dari yang ada pada kesadaran. Ia tidak mempelajari proses yang terjadi dalam alam bawah sadar dan ketidaksadaran. Karena itu teori ini dengan mudah dapat dibedakan dari teori-teori psikoanalisis.
Sebaliknya, dengan behaviorisme dan strukturalisme, psikologi kognitif agak sulit dibedakan, terutama dalam aspek metodologinya. Behaviorisme tidak tidak menyetujui metode introspksi, tetapi untuk mendapatkan data, psikologi behavioris dalam eksperimennya tetap bertanya kepada orang percobaan (‘op’) dan jawaban ‘op’ dicatat sebagai data. Misalnya, ‘op’ diminta membaca sesuatu dan pemimpin percobaan (‘pp’) bertanya: “apa yang anda baca?”, ‘op’ menjawab misalnya: “tulisan ini berbunyi ZRT”. Jawaban ‘op’ oleh kaum behavioris dinamakan respons verbal, akan tetapi oleh penganut psikologi kognitif tetap dinamakan introspeksi. Hanya saja apa yang dinamakan introspeksi dalam psikologi kognitif terbatas dari apa yang diinderakan atau dirasakan oleh ‘op’ secara langsung dan spontan, sedangkan introspeksi dalam strukturalisme mengandung pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara lebih mendalam dan untuk menjawabnya ‘op’ perlu memiliki pengalaman dan kemampuan tertentu. Di sinilah letak subjektivitas introspeksi model strukturalisme.
Perbedaan Psikologi Kognitif dengan Behaviorisme
Perbedaan Psikologi Kognitif dengan Behavirosme antara lain adalah:
- Behaviorisme berkaitan dengan kondisioning dan proses belajar, sedangkan psikologi kognitif lebih banyak mempelajari pembentukan konsep, proses berfikir dan membangun pengetahuan.
- Behaviorisme mempelajari perilaku yang nyata (overt), sedangkan psikologi kognitif membicarakan konsepkonsep mentalistik, yaitu proses kejiwaan yang tidak selalu nampak nyata dari luar.
- Behaviorisme lebih mementingkan tingkah laku molekular (refleksi) daripada tingka laku molar.
- Behaviorisme mementingkan faktor kebutuhan dan pemuasan kebutuhan (reinforcement), sedangkan psikologi kognitif berpendapat bahwa tanpa adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu, proses belajar dapat terjadi.