Behaviorisme B.F. Skinner: Kritik dan Penemuan

Skinner

WISLAH.COM: Buuhus Frederich Skinner (1904 – 1990) adalah psikolog kenamaan yang berada di barisan behaviorisme. Behaviorisme B.F. Skinner berpengaruh besar terhadap berbagai disiplin psikologi, termasuk psikologi pendidikan.

Kritik B.F. Skinner

B.F. skinner kurang sependapat dengan seorang tokoh sebelumnya yakni Edward Chance Tolman (1886 – 1959) yang memberikan perumusan tingkah laku sebagai B = f (S,A), dimana B adalah behavior (tingkah laku); f berarti fungsi; s berarti situasi; dan A berarti antecedent, yaitu hal-hal yang mendahului suatu situasi. Jadi menurut Tolman, tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului situasi tersebut.

Hal ini kemudian yang dikritik oleh Skinner, dikatakannya bahwa faktor A (antecedent) adalah faktor yang sangat bervariasi dan sukar ditetapkan secara pasti. Faktor A ini sering dijadikan alasan bagi peneliti-peneliti yang tidak dapat menerangkan suatu tingkah laku. Jadi faktor A sering dijadikan tempat pelarian kalau peneliti itu menemui jalan buntu dalam penelitiannya. Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh stimulus saja, tidak ada faktor perantara lainnya. Jadi rumus Skinner untuk tingkah laku adalah B = f (S). Suatu tingkah laku atau respon (R) tertentu akan timbul sebagai reaksi terhadap suatu stimulus tertentu (S). Teori ini dikenal dengan nama Teori S-R.


Kondisioning Operant (Operant Conditioning)

Untuk menjelaskan teori S-R itu Skinner mengadakan sebuah percobaan yang disebut proses kondisioning operant. Proses kondisioning operant (operant conditioning) sesungguhnya tidak jauh berbeda dari proses konsioning klasik dari Pavlov. Dalam proses kondisioning operant terdapat juga stimulus tak berkondisi dan respon tak berkondisi (disebut tingkah laku responden) serta stimulus berkondisi dan respon berkondisi. Tetapi kalau dalam percobaan Pavlov, anjing percobaan mengeluarkan air liurnya secara pasif, maka dalam proses kondisioningnya Skinner, binatang percobaan (dalam hal ini tikus) aktif. Dengan sengaja tikus itu melakukan sesuatu untuk mengubah situasi, untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk memuaskan dirinya. Karena itu respon berkondisi dalam percobaan Skinner disebut sebagai respon operant atau tingkah laku operant (operant behavior), sedangkan stimulus berkondisinya disebut stimulus operant.


Penemuan B.F. Skinner

Adapun jalan percobaannya adalah sebagai berikut. Skinner memasukkan seekor tikus ke dalam sebuah kotak yang khusus dibuat untuk percobaan ini. Tikus itu akan bergerak ke sana kemari dan sekali-sekali secara kebetulan ia akan menginjak sebuah alat penekan yang terdapat dalam kotak itu. Kemudian Skinner memasukkan makanan (stimulus tak berkondisi). Setiap kali tikus menginjak alat penekan, tikus akan melihat maknana dan makan makanan itu (respon tak berkondisi).

Kemudian setelah beberapa kali percobaan ini diulang, tikus akan tahu bahwa dengan menekan alat ia akan bisa memperoleh makanan. Maka ia akan dengan sengaja menekan alat tiap kali ia membutuhkan makanan. Perbuatan menekan alat ini disebut tingkah laku operant, karena tikus itu sengaja melakukannya untuk mengubah situasi (dari tidak ada makanan kepada ada makanan) untuk kepuasan dirinya sendiri. Adapun makanan merupakan imbalan (reward) dari perbuatan menekan alat itu.

Pada tingkat yang lebih lanjut,Skinner hanya memberikan makanan kalau tikut menekan alat penekan pada saat lampu dalam kotak menyala. Kalau lampu sedang tidak menyala, maka walaupun alat ditekan, makanan tidak akan keluar. Maka tikus hanya akan menekan alat kalau lampu sedang menyala. Tikus sekarang dapat membedakan bila ia boleh menekan alat dan bila ia tidak perlu menekan alat. Lampu sekarang menjadi stimulus diskriminasi.

Dalam kehidupan sehari-hari ia mendapati banyak sekali tingkah laku operant. Sebuah pesawat telepon misalnya, adalah sebuah stimulus operant. Orang tahu bahwa dengan mengangkat telepon ia bisa berhubungan dengan tempat lain. Kalau ia tidak membutuhkan berhubungan dengan baik, maka ia tidak akan menelepon, tetapi kalau ia perlu berhubungan dengan orang lain maka ia akan mengangkat telepon dan terjadilah tingkah laku operant. Kalau bel telepon berbunyi, maka ini merupakan tanda bahwa ada orang yang akan bicara, maka ia perlu mengangkat telepon. Bel ini adalah stimulus diskriminasi, karena ia membedakan kapan telepon itu harus diangkat.

Related posts