Pelesir Keliling Dunia | Rangkuman Materi IPAS Kelas 6 | Bab 3 | SD | Kurikulum Merdeka | Wislah Indonesia |
Pelesir Keliling Dunia
Enam Benua di Dunia
Terdapat enam benua di dunia yang memiliki ciri khas dan karakteristiknya masing-masing, yaitu Benua Asia, Eropa, Amerika, Afrika, Australia, dan Antartika (Kutub Selatan).
1. Benua Asia merupakan benua terbesar di dunia dengan luas daratan mencapai 30% dari total luas daratan dunia. Benua Asia dibagi menjadi beberapa bagian dengan ciri khas geografis dan budaya yang berbeda.
2. Benua Amerika terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Wilayah ini memiliki perbedaan dalam hal sosial budaya dan perekonomian.
3. Benua Afrika adalah benua dengan jumlah penduduk kedua terbanyak setelah Benua Asia. Karakteristik geografisnya meliputi banyak gurun dan wilayah cenderung kering. Benua ini dibagi menjadi lima wilayah dengan masalah kesejahteraan dan bencana kekeringan.
4. Benua Antartika adalah zona bebas yang tidak terikat kepemilikan oleh negara manapun. Kondisi geografisnya sangat ekstrem dan wilayah ini tidak dihuni manusia, kecuali beberapa stasiun penelitian.
5. Benua Eropa berada di daratan yang sama dengan Benua Asia dan terbagi menjadi empat wilayah, yaitu Eropa Timur, Eropa Utara, Eropa Barat, dan Eropa Selatan. Eropa merupakan satu-satunya benua tanpa gurun dan banyak negara yang menjadi anggota Uni Eropa.
6. Benua Australia merupakan benua terkecil dengan luas wilayah sekitar 7 juta kilometer persegi. Pembagian wilayah Benua Australia dilakukan berdasarkan negara bagian, karena merupakan satu negara persemakmuran dengan enam negara bagian dan dua teritorial. Benua Australia berbatasan dengan Indonesia dan terpisahkan oleh Samudra Hindia.
Setiap benua memiliki keunikan dan peranannya dalam sejarah dan perkembangan dunia. Pemahaman mengenai karakteristik dan perbedaan antar benua dapat membantu dalam memahami keragaman global dan pentingnya kerjasama internasional.
Perbedaan Geografis Negara-Negara di Dunia
Terusan Panama dan Terusan Suez, Penyambung Perdagangan
Pada masa lalu, kapal dagang dari Laut Tengah harus melalui rute yang memakan waktu lama untuk mencapai Samudra Hindia, karena kapal harus mengitari Tanjung Harapan di Afrika Selatan terlebih dahulu. Dalam rangka mempercepat waktu tempuh dan menguntungkan para pedagang, Perancis di bawah komando Napoleon Bonaparte memutuskan untuk membangun Terusan Suez. Terusan ini direncanakan untuk menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah dan merupakan ide dari Ferdinand de Lesseps.
Pembangunan Terusan Suez dimulai pada akhir tahun 1861 dengan penggunaan tenaga kerja besar. Sayangnya, pemerintah menerapkan sistem kerja paksa dengan upah minim dan ancaman kekerasan. Para petani harus bekerja keras menggali kanal awal dengan tangan dan peralatan sederhana. Namun, karena prosesnya sangat lambat dan berbahaya, pembangunan dilanjutkan dengan menggunakan kapal keruk bertenaga uap dan batubara.
Selanjutnya, tulisan juga membahas tentang Terusan Panama. Terusan ini berlokasi di Tanah Panama, menghubungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan antara Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Ide untuk membangun terusan ini telah ada sejak tahun 1513, tetapi baru terwujud setelah berabad-abad. Keberhasilan Ferdinand de Lesseps dalam membangun Terusan Suez di tahun 1869 menginspirasi pembangunan Terusan Panama yang direncanakan sebelas tahun setelahnya.
Namun, pembangunan Terusan Panama tidak seberuntung Terusan Suez. Para pekerja terjangkit penyakit kuning dan malaria, sementara keuangan proyek mengalami kebocoran. Proyek ini terhenti pada tahun 1888, dan Ferdinand de Lesseps dijatuhi hukuman penjara karena tuduhan penggelapan. Meskipun proyek tersebut hanya selesai sekitar 40%, pembangunan Terusan Panama dilanjutkan dengan campur tangan pemerintah Amerika Serikat. Akhirnya, terusan selesai pada tahun 1914 di bawah pimpinan Kolonel George W. Goethals dan dianggap sebagai kejayaan besar dunia engineering. Terusan Panama berhasil dilewati oleh 12 ribu kapal dalam setahun.
Kedua terusan ini membuktikan kemajuan teknologi dan kemanusiaan dalam menaklukkan tantangan geografis yang berat. Meskipun prosesnya penuh dengan rintangan dan perjuangan, hasil akhir dari pembangunan Terusan Suez dan Terusan Panama memberikan dampak besar bagi dunia perdagangan dan konektivitas global.
Tradisi Unik Berbagai Negara
Tradisi Tulip Time adalah acara tahunan di Belanda yang dimulai sejak tahun 1929. Acara ini berlangsung dari akhir Maret hingga pertengahan Mei setiap tahunnya. Selain menikmati keindahan bunga tulip yang sedang mekar, festival ini juga menyajikan pertunjukan tradisional khas Belanda seperti tari klompen dan festival berbagai kuliner khas negeri tersebut.
Sementara itu, pada bagian berikutnya, tulisan membahas tentang masyarakat nomaden di kawasan gurun. Terdapat sekitar 30-40 juta orang yang menjalani hidup secara nomaden, dan sebagian di antaranya tinggal di wilayah gurun di Benua Afrika. Salah satunya adalah suku Pokot yang hidup di Kenya dan Uganda. Suku Pokot hidup berpindah sambil memelihara hewan ternak seperti sapi, domba, dan kambing. Mereka memiliki ciri khas mengenakan pakaian dan aksesoris dari manik-manik. Cerita rakyat, pepatah, dan teka-teki menjadi bagian penting dalam pendidikan anak-anak mereka.
Di samping suku Pokot, ada juga suku Tuareg yang tinggal di Gurun Sahara. Suku Tuareg tersebar di Nigeria, Mali, [Name redacted]ina Faso. Salah satu keahlian khas suku Tuareg adalah dalam bidang astronomi, karena langit yang sangat bersih di daerah gurun memungkinkan mereka untuk melakukan pengamatan astronomi dengan baik.
Kedua topik tersebut menggambarkan keberagaman budaya dan tradisi di berbagai belahan dunia, dari tradisi festival bunga di Belanda hingga gaya hidup masyarakat nomaden di kawasan gurun di Afrika. Meskipun berbeda dalam konteks dan lingkungan, kedua topik ini menunjukkan kekayaan dan keragaman dunia yang perlu diapresiasi dan dihargai.
Pemanfaatan Kondisi Geografis demi Optimalisasi Potensi
Selandia Baru dan Amerika Serikat memiliki perbedaan dalam sektor pertanian dan peternakan mereka. Selandia Baru terkenal dengan produk pertanian dan peternakannya yang berkualitas, dengan 95% hasilnya diekspor untuk memenuhi kebutuhan dunia. Pemerintah Selandia Baru secara aktif mengalokasikan anggaran untuk membangun kapasitas dan kemampuan para petani, serta berinvestasi dalam penelitian, pengembangan, dan inovasi teknologi di sektor agrikultur. Para petani di Selandia Baru fokus mengembangkan komoditas yang dapat mereka produksi secara optimal berdasarkan kondisi geografis, iklim, wawasan, dan sumber daya yang dimiliki. Hal ini membuat sektor agraria di Selandia Baru menjadi sangat efektif dan efisien dalam menghadapi persaingan global.
Di sisi lain, Amerika Serikat menghadapi tantangan dalam sektor pertanian dan peternakannya. Pemerintah Amerika Serikat cenderung memberikan subsidi kepada petani dan peternaknya tanpa mendorong adanya inovasi untuk bertahan di pasar global. Para petani dan peternak di Amerika Serikat menjadi sangat bergantung pada bantuan pemerintah, dan bantuan dana sering kali jatuh ke tangan perusahaan distributor besar yang sebenarnya tidak terlalu membutuhkan bantuan. Akibatnya, kualitas komoditi agraria di Amerika Serikat kalah bersaing dengan produk serupa dari Eropa dan Australia.
Perbedaan pendekatan antara Selandia Baru dan Amerika Serikat dalam sektor agraria ini mempengaruhi daya saing produk pertanian dan peternakan mereka di pasar global. Selandia Baru yang fokus pada inovasi dan efisiensi telah berhasil mengakui dunia dengan produk berkualitas tinggi, sementara Amerika Serikat menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas produknya dan bersaing dengan negara-negara lain. Peningkatan investasi dan dorongan inovasi menjadi kunci bagi Amerika Serikat untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk agraria mereka di pasar global.