Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 4 SD Halaman 152, 153, 154, 155, 156, 157 | Kurikulum 2013 | K-13 Revisi | Cita-Citaku | Giat Berusaha Meraih Cita-Cita |
Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 4 SD Halaman 152, 153, 154, 155, 156, 157
Apakah kamu sedang mencari jawaban dari pertanyaan ada di dalam buku pelajaran Tema 6 Kelas 4 SD Halaman 152, 153, 154, 155, 156, 157? Kamu sekarang berada di tempat yang tepat.
Di bawah ini akan dihadirkan jawaban dari pertanyaan yang ada di Halaman 152, 153, 154, 155, 156, 157. Hal ini supaya kamu mudah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Upss… ini bukan anjuran untuk mencontek yah. Terlebih WISLAH sekarang sudah punya TANYA.WISLAH.COM yang menyajikan semua soal berserta jawaban dari berbagai tugas yang diberikan guru.
Model memberikan jawaban ini, kami niatkan untuk melatih kamu mengukur akurasi pemahaman kamu atas pertanyaan yang ada. Dan belajar konsep besar dari alur dari sebuah bahasan. Karena tidak mungkin kumpulan soal termasuk soal bahasan ini (Soal dalam Tema 6 Kelas 4 Halaman 152, 153, 154, 155, 156, 157) dibuat tidak berdasar struktur logika yang runut dan terstruktur.
Jawaban Tema 6 Kelas 4 Halaman 152, 153, 154, 155, 156, 157
Ayo Membaca
Canho Pasirua, Kisah Pianis Cilik Indonesia untuk Ajang Internasional
Seorang bocah yang belum genap berumur tiga tahun menangis sambil mengguling-gulingkan badannya di tengah pasar karena permintaannya tidak dipenuhi ibunya. Sang anak sangat ingin memiliki harmonika mainan. Sang ibunda akhirnya memenuhi permintaan anaknya hanya agar dia segera berhenti menangis.
Harmonika mainan itu menjadi sahabat akrab anak balita tersebut di rumah setiap hari. Tidak hanya itu, anak tersebut akan sangat serius menyaksikan acara musik yang sedang ditayangkan di televisi.
Bahkan matanya tampak melotot dan berdiri sangat dekat dengan layar televisi bila melihat pemain piano atau keyboard sedang beraksi. Belakangan anak ini harus menempuh ke sebuah kota lain, yang berjarak 140 kilometer dari kota kelahirannya, agar bisa bermain piano. Hal itu karena di kotanya, tidak ada piano. Itulah sepenggal kisah Canho Pasirua, pianis cilik asal Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang akan mewakili Indonesia ke ajang kompetisi internasional di Amerika Serikat.
Canho sebentar lagi akan berlaga di Kejuaraan Dunia Seni Pertunjukan atau “World Championship Perfoming Arts (WCOPA) 2016” di Long Beach, California, AS, 7-19 Juli 2016. Pada Rabu (29/6/2016), bocah bernama lengkap Yohanes De Capestrano Jambru Pasirua itu menggebrak Jakarta. Cancho mempertontonkan kebolehannya dalam memainkan komposisi karya para pemusik klasik dunia di Musro, Hotel Borobudur, Jakarta.
Sumber : www.nasional.kompas.com
Berdasarkan bacaan di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Bakat apakah yang dimiliki Canho?
Jawaban:
Bakat bermain piano.
2. Bagaimana usahanya untuk mencapai cita-citanya?
Jawaban:
Usaha Canho muntuk mewudjkan cita citanya adalah menempuh jarak 140 kilometer agar bisa bermain piano
3. Prestasi apa saja yang telah diraih Canho?
Jawaban:
Cancho mempertontonkan kebolehannya memainkan komposisi karya para pemusik klasik dunia di Musro, Hotel Borobudur, Jakarta.
4. Deskripsikan sosok Canho dengan menggunakan kata-katamu sendiri!
Jawaban:
Canho ingin menjadi pemain piano dengan kegigiannya canho bisa mewujudkan impiannya. Canho pianis cilik asal Ende akan berlaga di Kejuaraan Dunia Seni Pertunjukan 2016 di Long Beach, California. Sebelum mengikuti kejuaraan Cancho mempertontonkan kebolehannya di Hotel Borobudur, Jakarta.
Ayo Membaca
Pilihlah satu puisi yang dapat kamu ambil dari mana saja untuk dideklamasikan. Ayo, lakukan langkah-langkah berikut!
1. Pastikan puisimu terdiri atas paling sedikit dua bait.
2. Pelajari puisi tersebut dengan saksama untuk memahami isi puisi. Tuliskan isi puisi tersebut dalam bentuk paragraf.
3. Tentukan ekspresi wajah yang akan mewakili isi puisi.
4. Pelajari rima dan irama puisi untuk menentukan jeda, dan tekanan. Gunakan tanda jeda dan tekanan pada beberapa kata untuk menguatkan makna.
5. Hafalkan puisi baris per baris.
6. Deklamasikan beberapa kali untuk memastikan pelafalan, jeda dan tekanannya tepat.
7. Pastikan ekspresi wajahmu tepat pada saat mendeklamasikan puisi.
8. Deklamasikan puisimu di depan kelas dengan percaya diri.
Jawaban:
Bundaku Selalu Kurindu
Saat kutemukan/ foto lama,//
Foto kenangan/ penuh makna,//
Timbul rindu/ dalam dada,//
Mengenangkan dirimu, // Ibunda.//
Senyumanmu/ begitu damai,//
Kasih sayangmu/ tak pernah usai,//
Memandang wajahmu/ nampak permai,//
Rindu padamu tak pernah selesai.
Hanya doa/ yang kupanjatkan,//
Untuk Ibunda/ yang berpulang,//
Semoga/ dosa diampunkan,//
Mendapatkan rahmat/ kasih sayang.///
Sumber : https://pantuncinta2000.blogspot.com/2019/05/puisi-ibu-untuk-anak-sd.html
Isi Puisi :
Saat menemukan foto kenangan lama, aku merinfukan bunda. Senyuman dan kasih sayangnya selalu kuingat. Ketika memandang wajahmu rinduku semakin dalam. Aku hanya dapat berdoa untuk ibuku yang sudah tiada. Semoga segala dosanya diampuni, dan mendapatkan rahmat dari yang Maha Kuasa.
Ayo Berkreasi
Melakukan kegiatan seni memang menyenangkan. Kegiatan berkesenian membantu kita untuk mengekspresikan perasaan terhadap peristiwa di sekitar kita. Selain seni sastra, seni rupa merupakan salah satu seni yang membantu kita untuk menuangkan gagasan ke dalam bentuk dan bahan yang berbeda.
Sebelumnya kamu telah mempelajari seni rupa berupa montase dan kolase. Kini, kamu akan lebih banyak mengetahui tentang mozaik. Mozaik adalah pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang menggunakan bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat dengan cara dipotong-potong atau sudah dibentuk potongan. Potongan-potongan tersebut kemudian disusun dengan cara ditempelkan pada bidang datar menggunakan lem. Kepingan benda-benda itu, antara lain kepingan pecahan keramik, potongan kaca, potongan kertas, potongan daun, dan potongan kayu. Untuk membuat garis yang membatasi ruangan atau bidang digunakan tempelan-tempelan yang berbeda warna. Mozaik dibuat dari bahan-bahan yang sifatnya lembaran atau kepingan yang kemudian ditempel pada bidang datar sehingga membentuk sebuah gambar.
Langkah-langkah membuat mozaik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam membuat mozaik.
– Kertas origami, kertas koran/majalah bekas, dan biji-bijian
– Lem
– Pensil
– Penghapus
– Kertas gambar A4
– Gunting/pelubang kertas
2. Buatlah sketsa atau gambar pola pada buku gambar sesuai dengan keinginan kita, misalnya seperti gambar di bawah ini.
3. Potonglah kertas tersebut menjadi potongan kecil-kecil.
4. Kemudian tempelkan satu persatu potongan kertas yang sudah disiapkan pada sketsa atau gambar pola yang telah dibuat. Untuk menempelkan potongan kertas tersebut, kamu dapat menggunakan alat bantu, seperti jarum atau benda runcing lainnya
5. Tutupi pola secara menyeluruh dengan kertas warna-warni sesuai dengan keinginanmu
Ayo Renungkan
Semangat apa yang kamu pelajari dari Canho?
Jawaban:
Semangat berlatih piano Canho perlu kita pelajari!
Sebutkan paling sedikit dua hal baru yang kamu dapatkan pada pembelajaran hari ini.
Jawaban:
Dua hal baru yang saya dapatkan adalah deklamasi puisi dan membuat mozaik.
Keterampilan apa sajakah yang kamu kembangkan pada pembelajaran hari ini?
Jawaban:
Keterampilan yang saya kembangkan hari ini adalah mendeklamasikan puisi dengan pelafalan dan intonasi yang tepat dan membuat karya seni aplikasi dengan teknik yang benar sesuai contoh
Kegiatan Bersama Orang Tua
Bersama orang tuamu, buatlah sebuah karya mozaik dengan memanfaatkan biji-bijian atau potongan-potongan barang bekas yang ada di rumah. Warnai bahan-bahan tersebut dengan pewarna, lalu keringkan. Buatlah pola gambar bersama dengan keluargamu, lalu susunlah biji-bijian tersebut bersama-sama.
Bonus Cerita Anak SD: Pangeran Kodok
Pangeran Kodok
Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar. Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur; dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali, hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu.
Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya bisa memandangi bola tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu dalamnya hingga dasar sumur tidak kelihatan lagi. Putri raja tersebut mulai menangis, dan terus menangis seolah-olah tidak ada yang bisa menghiburnya lagi. Di tengah-tengah tangisannya dia mendengarkan satu suara yang berkata kepadanya,
“Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu.”
Dan ketika putri raja tersebut melihat darimana sumber suara tersebut berasal, tidak ada seseorangpun yang kelihatan, hanya seekor kodok yang menjulurkan kepala besarnya yang jelek keluar dari air.
“Oh, kamukah yang berbicara?” kata sang putri; “Saya menangis karena bola emas saya tergelincir dan jatuh kedalam sumur.”
“Jangan kuatir, jangan menangis,” jawab sang kodok, “Saya bisa menolong kamu; tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?”
“Apapun yang kamu inginkan,” katanya; “pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini.”
“Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya,” jawab sang kodok; “Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu, – jika kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu.”
“Ya tentu,” jawab sang putri raja; “Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu minta jika kamu mau mengambilkan bola emas ku.”
Tetapi putri raja tersebut berpikir, “Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain berkoak-koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping seseorang.”
Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk kembali ke dalam air dan mulai menyelam turun, setelah beberapa saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.
Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.
“Berhenti, berhenti!” teriak sang kodok; “bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!”
Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.
Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata “Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!”
Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut, ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut berkata,
“Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?”
“Oh.. tidak,” jawabnya; “tidak ada raksasa, hanya kodok jelek.”
“Dan apa yang kodok itu minta?” tanya sang Raja.
“Oh papa,” jawabnya, “ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku.”
Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan berkata,
“Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!, Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!”
“Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi,” kata sang Raja; “sekarang biarkanlah dia masuk.”
Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan memohon, “Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu.”
Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,
“Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan bersama.”
Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.
“Saya merasa cukup sekarang,” kata sang kodok pada akhirnya, “dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu.”
Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah berkata kepada putrinya,
“Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi.”
Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, “Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu.”
Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut keatas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,
“Diamlah kamu kodok jelek!”
Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.
Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat itu datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan sang Pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang Pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, “Henry, roda kereta mungkin patah!”, tetapi Henry menjawab, “Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini”.
Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.