Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2) | Sanad & Matan Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2) | Arti Kosa Kata Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2) | Terjemahan Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2) | Isi Kandungan Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2) |
Sanad & Matan Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2)
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها. رواه أبو داود
Arti Kosa Kata Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2)
Dari dunia | من الدنيا | Barangsiapa mempelajari suatu ilmu | من تعلم |
Maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga | لم يجد عرف الجنة | Yang seharusnya | مما يبتغى |
Hari Kiamat | القيامة | Namun ia tidak mempelajarinya | لا يتعلمه |
Terjemahan Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2)
Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah SAW. bersabda: “Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Swt. namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat.” ( HR. Abu Daud No.3179)
Isi Kandungan Hadis Tentang Ikhlas dalam Beramal (2)
Hadis di atas berbicara tentang pentingnya niat mencari ilmu. Dalam mencari ilmu hendaknya seseorang harus benar-benar menjaga niatnya, karena jika ia salah dalam niatnya, Maka Allah Swt. telah menyiapkan tempat duduk bagi dia di neraka. Pada hakikatnya niat ikhlas karna Allah Swt tidak hanya terbatas untuk menuntut ilmu saja, melainkan segala amal baik seoarang muslim hendaknya karena Allah Swt.
Sebagai motivasi para penuntut ilmu adalah mendapatkan ridha Allah Swt. dalam bentuk konkretnya adalah surga, karena seseorang yang pergi untuk mencari ilmu, maka Allah Swt akan memudahkan ia untuk masuk surga. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.
Tidak dipungkiri selama perjalanan mencari ilmu, niat seorang pelajar kemungkinan besar bisa berubah. Maka langkah untuk mengantisipasinya adalah sebagai berikut :
- Selalu melakukan “ tajdidun niat “ (memperbahurui niat). Hal ini untuk mengantisipasi agar orientasi penuntut ilmu tidak berubah, yaitu tetap karena Allah Swt.
- Sebagai sunatullah, manusia akan selalu mencari popularitas yang tinggi yang memungkinkan munculnya potensi riya’ akan besar. Dengan demikian pada awalnya terpengaruh riya’ apabila perbuatan itu terus menerus terpaksa dilakukan, riya’ itu akan berangsur-angsur menghilang.
Keikhlasan dalam menuntut ilmu ini telah tergambar dari ulama’-ulama terdahulu. Mereka tidak pernah mengharapkan imbalan dari hasil belajar mereka kecuali ridha Allah Swt. Hal ini tergambar jelas bagaimana Ibnu Sina, Ibnu Rusdy, Ibnu Khaldun, Imam Ghazali, dan para imam madzhab, beliau-beliau mampu menjadi pionir dalam bidangnya masing-masing disebabkan karena beliau-beliau mempunyai wacana besar terhadap keilmuan. Bagaimana ilmu yang beliau pelajari dapat beliau transfer ke generasi lain bukan untuk populitas beliau sendiri.