Al-Qur’an Menginspirasi : Meraih Kesuksesan dengan Semangat Mencari Ilmu (Rangkuman Materi PAI Kelas 9 SMP Kurikulum Merdeka)

Perkalian dan Pembagian Bilangan Desimal, Contoh dan Cara Menghitungnya (Rangkuman Materi Matematika SD/MI Kelas 4 Bab 16) Kurikulum Merdeka

Al-Qur’an Menginspirasi : Meraih Kesuksesan dengan Semangat Mencari Ilmu | Rangkuman Materi PAI Kelas 9 | Bab 1 | SMP | Kurikulum Merdeka | Wislah Indonesia |

Al-Qur’an Menginspirasi : Meraih Kesuksesan dengan Semangat Mencari Ilmu

Membaca Q.S. al-Mujadilah [58]: 11 dan Q.S az-Zumar[39]: 9 dan Hadits tentang mencari ilmu tentang mencari ilmu

Membaca Q.S. al-Mujadilah [58]: 11

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.


Membaca Q.S az-Zumar[39]: 9

اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ ࣖ

Artinya: (Apakah orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dalam keadaan bersujud, berdiri, takut pada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hakhak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. az-Zumar[39]: 9)

Membaca Hadis tentang Keutamaan Mencari Ilmu

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Memahami Hukum Bacaan Tanda Waqaf

Dalam perjalanan menjalankan kewajiban membaca al-Qur’an, generasi muslim dihimbau untuk menerapkan ilmu tajwid dengan cermat. Ilmu tajwid memiliki peran sentral dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam melafalkan ayat-ayat, yang pada gilirannya dapat menghasilkan arti yang salah. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap ilmu tajwid menjadi suatu keharusan yang tak terbantahkan bagi setiap muslim. Salah satu aspek penting yang dibahas dalam ilmu tajwid adalah hukum bacaan tanda waqaf.

Secara etimologi, “waqaf” merujuk pada tindakan “menahan” atau “berhenti”. Dalam konteks ilmu tajwid, waqaf memiliki makna berhenti sejenak saat membaca lafal yang ditandai dengan tanda waqaf. Tujuan dari berhenti sejenak ini adalah untuk mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan bacaan pada bagian berikutnya. Dalam Al-Qur’an, tanda-tanda waqaf umumnya terletak di tengah-tengah ayat, meskipun ada pula yang ditempatkan di akhir ayat. Untuk memperjelasnya, berikut adalah beberapa contoh tanda-tanda waqaf yang perlu diperhatikan:

a. Waqaf lazim (م) Harus berhenti

b. Waqaf mutlak (ط) Harus berhenti

c. Waqaf Jaiz (ج) Boleh berhenti, boleh disambung

d. La waqafu fih ((لا)) Bukan tempat berhenti

e. Washal Aula (صلى) Lebih baik berhenti

f. Waqaful Aula (قلى) Lebih baik berhenti

g. Saktah Banda berhenti sejenak tanpa mengambil nafas

h. Waqaf Muanaqoh (؞ ؞) Berhenti pada salah satu tanda

Mari Memahami Kandungan Q.S. al-Mujadilah [58]: 11, Q.S. azZumar [39]: 9 dan Hadis Muslim tentang Keutamaan Orang yang Mencari Ilmu

Q.S. al-Mujadilah [58]: 11 Tentang Keutamaan Orang Berilmu

Dalam Q.S. al-Mujadilah [58]: 11, dijelaskan bahwa Allah Swt. akan memberi kelapangan bagi orang yang memberi kemudahan atau kelapangan kepada orang lain. Ketika ada teman yang datang maka hendaknya diberikan tempat untuk duduk, bahkan Allah Swt. juga memerintahkan berdiri untuk mempersilakan yang baru datang ke tempat tersebut. Melalui ayat ini Allah Swt. mendidik hamba-hamba-Nya yang beriman untuk berbuat baik kepada sesama, baik di dalam maupun di luar majelis. Kelapangan yang diberikan bisa dalam bentuk memberi ruang tempat duduk bagi yang baru datang agar merasa nyaman, bisa juga berupa memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengeluarkan pendapatnya, didengarkan pendapatnya, diakui keberadaannya, dihargai kelebihan dan kekurangannya, bahkan memberi kesempatan dan lain sebagainya.

Sebagian Ulama’, di antaranya Qatadah, Dawud bin Hind, dan Hasan, kata “dilapangkan atau diluaskan” oleh Allah Swt. pada ayat tersebut adalah dalam bentuk keluasan di alam kubur, kelapangan hati, dan keluasan di dunia dan di akhirat.

Pada bagian akhir ayat, Allah Swt. menyatakan akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman yang senantiasa mengikuti perintah-perintahNya, dan orang-orang yang berilmu pengetahuan pada beberapa derajat.

Q.S. az-Zumar [39]: 9 tentang Semangat Mencari Ilmu

Generasi muslim, pada awal ayat Q.S. az-Zumar ayat 9 ini, Allah Swt. menyampaikan kepada Rasululullah saw. agar menanyakan kepada orangorang kafir Makkah tentang beberapa hal, yakni:

1) Apakah sama antara orang-orang yang tekun beribadah kepada Allah Swt. di waktu malam dan berdiri seraya hatinya penuh rasa takut dari azab akhirat dengan orang-orang yang musyrik kepada Allah Swt.? 2) Apakah sama antara orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan?


Dalam tafsir al Jalalain dijelaskan, makna ulul albab pada akhir ayat tersebut berarti orang-orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.Makna menerima pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan melalukan refleksi dan aksi.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka sikap yang terbaik adalah: sesuatu yang pernah terjadi pada diri seseorang hendaknya kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran darinya sebagai pijakan untuk melangkah ke depan dan memperbaiki diri menuju kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.

Perlu kita ketahui, bahwa terdapat karakteristik berbeda yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, karakteristik orang-orang yang beriman, konsisten dalam beribadah di waktu malam, selalu taat kepada Allah Swt., takut berhadap siksa akhirat, dan mengharap kasih sayang dari Allah Swt., maka di akhirat kelak akan mendapatkan balasan pahala yang setimpal; dibandingkan dengan karakteristik orang-orang kafir yang tidak konsisten dalam beragama. Kedua, Allah Swt. membandingkan antara karakteristik orang-orang yang berilmu pengetahuan dan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan.

Dari kedua perbandingan tersebut, maka kita sebagai muslim yang berilmu hendaknya kita lebih meyakini bahwa apapun yang kita lakukan di dunia ini, akan ada balasannya di akhirat kelak. Kita tinggal menentukan sendiri apakah kita akan memilih menjadi orang mukmin yang senantiasa konsisten dalam beribadah, atau menjadi orang musyrik yang tidak konsisten dalam beribadah? Untuk bisa menjadi orang yang konsisten dalam beribadah itu tentu diperlukan ilmu yang mendukungnya. Maka sebagai pelajar muslim, hendaknya semangat dalam menuntut ilmu, agar bisa memahami ajaran Allah Swt serta bisa mengamalkannya dengan penuh keikhlasan. Ketika kita bisa melakukan semua itu insya Allah kalian sudah termasuk ke dalam katagori orang yang berilmu dan beriman, yang konsisten dalam menjalankan ajaran agama.

HR. Muslim tentang keutamaan orang yang mencari ilmu

Rasulullah saw. sebagai figur manusia yang berakhlak mulia, memberikan motivasi kepada kita semua agarsemangat dalam mencari ilmu. Banyak hadis yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu, salah satunya HR. Muslim, yang terdapat dalam kitab Shoheh Muslim, dengan nomor hadis 2699. Hadis ini menjelaskan bahwa Allah telah menjanjikan akan memberikan kemudahan jalan menuju surga bagi orang yang menempuh jalan untuk mencari ilmu.

Generasi muslim, kalimat menempuh jalan untuk mencari ilmu memiliki dua makna. Pertama, menempuh jalan dalam arti berjalan kaki secara fisik untuk mencari ilmu, berpindah dari tempat tinggalnya menuju tempat lain untuk belajar. Kedua, menempuh jalan dalam arti menempuh cara yang dilakukan oleh seseorang dalam mendapatkan ilmu, seperti membaca, menulis, menghafal, belajar dengan giat, mengkaji bukubuku agama, mengkaji buku pengetahuan, antusias terhadap ilmu yang disampaikan guru, berusaha untuk memahaminya, mengembangkannya serta mengamalkannya, atau cara lain yang dapat mengantarkan seseorang mendapatkan ilmu. Bagi orang-orang yang menempuh jalan tersebut, maka Allah Swt. akan memudahkan baginya masuk surga.

Upaya Meraih Kesuksesan dengan Semangat Mencari Ilmu

Generasi muslim, keberuntungan dan anugerah Allah Swt. tercurah pada kalian yang berdedikasi untuk terus mengejar ilmu. Ini sebanding dengan pahala yang diberikan kepada orang yang berjuang dalam jihad di jalan Allah Swt. Saat kita tekun dalam pencarian ilmu, malaikat rahmat akan selalu mendampingi dan membimbing kalian, serta menjadikan perjalanan menuju surga menjadi lebih mulus. Oleh karena itu, memiliki keyakinan bahwa dengan ilmu yang kalian peroleh, Allah Swt. akan meninggikan derajat kalian bersama para orang beriman. Dengan ilmu, kalian akan lebih mudah mengatasi tantangan hidup. Namun, ingatlah bahwa semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati dan bijak perilaku kalian seharusnya.

Anak-anakku, setelah kalian memiliki ilmu, teruslah mengamalkan dan berbagi ilmu tersebut, karena ilmu yang diamalkan akan memberikan kemahiran yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang menyimpan ilmu hanya untuk diri mereka sendiri. Jangan henti-hentinya mengajarkan ilmu kepada orang lain, karena ini merupakan bentuk sedekah yang paling utama. Ilmu yang diajarkan akan terus mengalir pahalanya, bahkan setelah kita meninggal dunia. Dalam hal ini, kita bisa mengambil pelajaran dari ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi yang menyatakan bahwa ilmu memiliki banyak keutamaan, di antaranya meningkatkan derajat, ketakutan kepada Allah Swt., mendatangkan kebaikan di dunia dan akhirat, mempermudah jalan menuju surga, dan mendapatkan pahala abadi.

Tidak dapat disangkal bahwa sejarah Islam telah dihiasi oleh banyak cendekiawan muslim yang memberikan kontribusi besar bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia. Ilmuwan seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Ibnu al-Nafis, Jabir Ibn Hayyan, Ibnu Khaldun, Al Zahrawi, dan lainnya, telah menunjukkan semangat dan cinta mereka terhadap ilmu yang mereka geluti, serta menjadikannya bermanfaat bagi banyak orang.

Sebagai generasi muslim, kalian diharapkan menunjukkan dedikasi dan semangat dalam mengejar ilmu, serta menjauhi sikap malas belajar yang dapat merugikan masa depan kalian. Kalian juga diajak untuk meraih kesuksesan melalui semangat mencari ilmu. Upaya ini dapat dimulai dari langkah-langkah sederhana seperti berniat ikhlas, berdoa memohon ilmu yang bermanfaat, bersungguh-sungguh mencapai cita-cita, antusias mengikuti pelajaran, menghormati guru, menghindari dosa, dan menjaga sikap rendah hati.

Selain itu, kalian harus menghindari rasa malu dalam mencari ilmu dan selalu bersikap lapang dada saat terdapat perbedaan pendapat. Ingatlah bahwa ilmu yang dimiliki manusia hanyalah sebagian kecil dari luasnya ilmu Allah Swt. Oleh karena itu, semakin tinggi ilmu yang dimiliki, semakin rendah hati dan bijaklah perilaku kalian. Jangan pernah cepat menyerah dalam mengatasi kesulitan yang muncul saat belajar. Tuntaskanlah permasalahan dan tantangan tersebut dengan tekad yang kuat, selalu didukung oleh niat ikhlas.

Generasi muslim yang saleh juga diajak untuk senantiasa merendahkan diri, menerima ilmu dari siapapun dengan hati terbuka, dan mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt. dan berusaha menyebarkan ilmu kepada orang lain, maka ilmu tersebut akan terus memberikan manfaat, bahkan setelah kita tiada.

Related posts