Pemikiran Aristoteles Tentang Logika | Makalah Pemikiran Aristoteles Tentang Logika | Penelitian Pemikiran Aristoteles Tentang Logika |
Pemikiran Aristoteles Tentang Logika
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica (Logika Formal), yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Logika pertama-tama disusun oleh Aristoteles (384- 322 SM), sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Logika sebagai ilmu baru pada waktu itu, disebut dengan nama “analitika” dan “dialektika ”. Kumpulan karya tulis Aristoteles mengenai logika diberi nama Organon, terdiri atas enam bagian.
Karya Aristoteles tentang logika dalam buku Organon dikenal di dunia barat selengkapnya ialah sesudah berlangsung penyalinan-penyalinan yang sangat luas dari sekian banyak ahli pikir Islam ke dalam bahasa Latin. Penyalinan-penyalinan yang luas itu membukakan masa dunia barat kembali akan alam pikiran grik tua.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal (formal logic). Analytic adalah ilmu logika yang berdasarkan pada premis-premis yang diasumsikan benar. Salah satu konsep dasar dari logika Aristoteles adalah silogisme. “A discourse in which, certain things being stated, something other than what is stated follows of necessity from their being so.”
Logika formal adalah sebuah ilmu-pengetahuan besar tentang sistim proses berfikir. Logika formal merupakan hasil karya filasat zaman yunani kuno. Pemikirpemikir Yunani kuno awal lah yang menemukan metode berpikir. Pemikir Yunani kuno, seperti Aristoteles, mengumpulkan, mengkelasifikasikan, mengkritik dan mensistimasikan hasil-hasil positif dari berbagai pemikiran dan membangun sebuah sistim berfikir yang disebut logika formal. Euklides melakukan hal yang sama untuk dasardasar geoemetri; Archimides untuk dasar-dasar mekanika; Ptolomeus dan Alexandria kemudian menemukan astronomi dan geografi; dan Galen untuk anatomi.
Logika Aristoteles mempengaruhi cara berfikir umat manusia selama dua ribu tahun. Logika jenis ini merupakan empat jenis aturan penalaran atau yang disebut juga penalaran silogistik. Dia juga mengembangkan aturan untuk pembuatan alasan berantai yang jika diikuti tidak akan pernah menghasilkan simpulan yang salah bila premis–premisnya benar. Yang masuk akal, rangkaian– rangkaian dasar adalah silogisme. Silogisme adalah pasangan dalil yang digabungkan akan memberikan suatu simpulan yang baru. Contohnya, “Semua manusia akan mati” dan “Semua orang Yunani adalah manusia” menghasilkan simpulan yang logis yaitu “Semua orang Yunani akan mati”
Cara pikir tersebut tidak memiliki lawan sampai kemudian ditantang, dijatuhkan dan menjadi ketinggalan zaman oleh dan karena dialektika, sebuah sistim besar kedua dalam ilmu cara berfikir. Dialektika merupakan hasil dari gerakan ilmu-pengetahuan revolusioner selama seabad, yang dilakukan oleh pekerja-pekerja intelektual. Berbeda dengan logika klasik atau yang juga dikenal dengan istilah analitika, dialektika berawal dari proposisiproposisi yang masih diragukan kebenarannya. Ide dasar dialektika sudah dicetuskan oleh Aristoteles dalam Organon-nya. Ia menyebutkan sepuluh kategori yang membangun penalaran atau logika dialektika, yaitu : substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, posisi, keadaan, aksi, dan keinginan. Sebagaimana Heraclitus mengatakan “everything flows”.
Beberapa Penelitian Pemikiran Aristoteles Tentang Logika
Berikut adalah beberapa penelitian “Pemikiran Aristoteles Tentang Logika” :
Pemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah Pembuktian Rasional secara Klasik, oleh Bunyamin
Berikut adalah kesimpulan dari penelitian yang ditulis oleh Bunyamin dengan judulPemikiran Filsafat al-Farabi dan Logika Aristoteles: Sebuah Pembuktian Rasional secara Klasik dalam Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah (JAS) Volume 05 Edisi 1 Tahun 2020
Setelah dikemukakan berbagai informasi historik tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Usaha penerjemahan Filsafat Yunani maupun Logika Aristoteles kedalam bahasa Arab merupakan usaha awal. Selanjutnya difahami, diulas, dikritik, diluruskan dan ditambahi hal-hal yang baru, terutama oleh logisi muslim al Farabi pada abad ke-X. Jadi al Farabi tidak menerima logika Aristoteles begitu saja, melainkan menolak sebagian, merevisi, melengkapi, dan menambahinya dengan yang baru serta mengklasifikasikannya ke dalam susunan yang lebih logik.
Aristoteles; Biografi dan Pemikiran, oleh Dini Anggraeni Saputri
Berikut adalah kesimpulan dari penelitian yang ditulis oleh Dini Anggraeni Saputri dengan judulAristoteles; Biografi dan Pemikiran dalam jurnal.
Filsafat Aristoteles bersifat naturalistis karena sifat empirisnya. Pengertian naturalistis selanjutnya adalah ia percaya bahwa alam semesta terdiri dari sebuah herarki, masing-masing dengan sebuah kodart atau hakikat. Pendangan naturalistisnya mengenai alam semesta tidak tergantung pada kepercayaan-kepercayaan theologis. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berfikir deduktif (deductive reasioning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya obseevasi, experimen dan berfikir induktif (inductive thinking). Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal. Banyak teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut slah total karena asumsi yang keliru. Sebagai contoh ketika Aristoteles menyetujui adanya perbudakan karena menurutnya hal ini sejalan dengan hukum alam dimana yang lemah akan kalah oleh yang kuat.