Nenek moyang kita memiliki kebudayaan yang tinggi. Pada zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia, telah dibuat berbagai bentuk bangunan. Pada masa Hindu–Buddha dibangun candi-candi, sedangkan pada masa Islam banyak dibangun masjid. Bangunan-bangunan tersebut dinamakan peninggalan sejarah.
Mari simak ulasan tentang: Proses Masuknya Agama Hindu ke Indonesia, Kerajaan-Kerajaan Hindu di Indonesia, Candi-Candi Peninggalan Hindu dan Upaya Pelestarian Peninggalan Sejarah.
Proses Masuknya Agama Hindu ke Indonesia
Bukti tertulis atau prasasti tentang kedatangan agama Hindu di Indonesia ditemukan di Kalimantan Timur (Kerajaan Kutai) dan di Bogor (Kerajaan Tarumanegara). Prasasti itu dibuat pada batu dan ditulis dengan huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.
Agama Hindu masuk ke Indonesia pada tahun 78 Masehi. Sebelum kedatangan agama Hindu, nenek moyang kita telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Sedangkan, dinamisme adalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Dalam masyarakat Hindu kita mengenal adanya empat tingkatan masyarakat menurut kasta, yaitu sebagai berikut:
- Kasta Brahmana : Para pendeta dan pemimpin upacara.
- Kasta Ksatria : Para raja dan bangsawan.
- Kasta Weisya : Para pedagang dan pekerja menengah.
- Kasta Sudra : Para petani, buruh kecil, dan budak.
Ada anggapan bahwa masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui perdagangan dengan bangsa India. Para pedagang India menjual barang-barang yang bernilai tinggi, seperti logam mulia, perhiasan, kain, wangi-wangian, dan obat-obatan. Sedangkan, pedagang Indonesia menjual berbagai jenis kayu dan rempah-rempah. Pembeli barang-barang yang diperdagangkan itu adalah kaum bangsawan. Anggapan masuknya agama Hindu melalui pedagang India didukung dengan adanya perkampungan kaum saudagar India yang dinamakan ”Kampung Keling”. Salah satu ”Kampung Keling” yang tersisa ada di kota Medan.
Di dalam Agama Hindu dikenal dewa-dewa yang memiliki kekuatan luar biasa, antara lain Dewa Agni (api), Dewa Bayu (angin), Dewa Candra (bulan), Dewa Indera (perang), Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemelihara), dan Dewa Siwa (perusak). Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa adalah Dewa tertinggi yang disebut “Tri Murti”.
Raja dianggap sebagai titisan dewa, maka raja juga sering dibuat patungnya. Bangunan batu tempat menyimpan patung dan dijadikan tempat pemujaan disebut candi. Fungsi candi juga sebagai tempat penyimpanan barang-barang milik raja.
Kitab suci agama Hindu adalah Weda. Weda merupakan kitab yang berisi filsafat dan ajaran agama. Keseluruhan alam pikiran dalam kitab Weda disebut ”Vedisme”. Semua isi kitab Weda bersangkutan dengan upacara agama, terutama kurban. Kitab Weda terdiri dari empat bagian yang disebut ”Catur Weda”, yaitu Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda.
Selain memiliki candi dan pura, masyarakat Bali yang beragama Hindu mengenal ritual tertentu, misalnya upacara ngaben (pembakaran jenazah) dilakukan dengan tujuan agar roh dan jasad orang yang meninggal dapat kembali ke asalnya (Maha Atman).
Kerajaan-Kerajaan Hindu di Indonesia
No | Kerajaan | Berdiri | Tempat | Raja Terkenal |
1 | Kutai | 400 M | Kalimantan Timur | Mulawarman |
2 | Tarumanegara | 400 M | Jawa Barat | Purnawarman |
3 | Mataram Kuno | 732 M | Jawa Tengah | Sanjaya, Balitung |
4 | Kediri | 1100 M | Jawa Timur | Jayabaya |
5 | Singasari | 1222 M | Jawa Tengah | Ken Arok, Kertanegara |
6 | Majapahit | 1292 M | Jawa Timur | Hayam Wuruk |
Candi-Candi Peninggalan Hindu
Agama Hindu banyak meninggalkan candi-candi, di antaranya adalah sebagai berikut
No | Nama | Tempat/Lokasi |
1 | Candi Gunung Wukir | Daerah Magelang, Jawa Tengah |
2 | Candi Dieng | Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah |
3 | Candi Gedongsongo | Ungaran, Jawa Tengah |
4 | Candi Penataran | Jawa Timur |
5 | Candi Muara Takus | Jambi |
Candi-candi Hindu biasanya berfungsi sebagai tempat untuk pemujaan terhadap Dewa Tri Murti. Dalam candi ada arca dan ruang khusus untuk pemujaan. Kecuali bentuk candi, ada pula peninggalan Hindu yang berbentuk upacara tradisional yang dilakukan pada waktuwaktu tertentu. Di Gunung Bromo, suku Tengger biasa melaksanakan upacara Kasadha yang dilaksanakan setiap tahun. Upacara ini merupakan budaya peninggalan Hindu Syiwa yang masih dilestarikan masyarakat suku Tengger sampai sekarang.
Upaya Pelestarian Peninggalan Sejarah
-
Menjaga Keutuhan
Peninggalan sejarah yang bernilai sangat tinggi, perlu dijaga keutuhannya. Jika peninggalan sejarah itu hilang atau punah, generasi muda dan pelajar tidak akan mengenal dan memahami peninggalan hasil budaya para nenek moyang kita zaman dahulu. Kita wajib menjaga keutuhan bukti peninggalan yang merupakan wujud kelestarian bangsa.
Meskipun pemerintah telah membuat peraturan yang mengatur perlindungan peninggalan sejarah, kita tetap wajib ikut menjaga keutuhan peninggalan sejarah tersebut.
Upaya-upaya yang dapat kita lakukan di antaranya sebagai berikut.
- Turut menjaga keutuhan dan keamanan peninggalan sejarah.
- Tidak mencoret-coret atau melakukan tindakan yang tidak terpuji di lokasi peninggalan sejarah.
- Turut menjaga kebersihan di lokasi peninggalan sejarah.
- Menaati peraturan/tata tertib yang berlaku di lokasi peninggalan sejarah.
-
Tanggung Jawab Bersama
Agar peninggalan sejarah tetap utuh, semua warga masyarakat wajib melindungi dan mempertahankan benda-benda tersebut dari kerusakan dan pencurian. Benda sejarah yang utuh, aman, dan lestari dapat memberikan manfaat untuk kemajuan pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata. Para pelajar dan generasi muda dapat mempelajari sejarah bangsa kita.
Sumber: Buku Paket IPS Kelas V SD/MI