WISLAH.COM: Berbeda dengan teori Freud tentang kepribadian yang lebih bersifat mekanistik dan berdasar ilmu alam, konsepsi analitis teori psikoanalisa Carl Gustav Jung mengenai keperibadian menunjukkan usahanya untuk menginterpretasikan tingkah laku manusia dari sudut filsafat, agama dan mistik.
Teori psikoanalisa Carl Gustav Jung menekankan pada tujuan tingkah laku (teleologi), sedangkan oleh Freud lebih menekankan faktor kausalitas sebagai penentu tingkah laku. Jung juga menekankan adanya dasar-dasar rasial dan filogenetis dari kepribadian dan sangat kurang mementingkan arti dorongan-dorongan seksual dalam perkembangan kepribadian.
Biografi Carl Gustav Jung
Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht, Swiss. Ia lulus di fakultas kedokteran Universitas Basle pada tahun 1900. Pada tahun 1939 ia berhenti menjadi dosen untuk lebih fokus pada penelitian.
Antara tahun 1933 – 1942, Jung menjadi guru besar di Politeknik Zurich dan pada tahun 1944, Jung diangkat sebagai guru besar dalam psikologi kedokteran di Universitas Basle. Antara tahun 1921 – 1926, jung mengadakan ekspedisi-ekspedisi ke masyarakat-masyarakat yang masih berkebudayaan primitive di Arizona, Mexico, Afrika Utara, dan Kenya untuk mendalami soal-soal mitologi, alkimia (alchemy) atau kimia kuno, agama dan ilmu gaib.
Kepribadian Menurut Carl Gustav Jung
Dalam menerangkan kepribadian, Jung sebagaimana juga Freud, menggunakan konsep libido. Tetapi berbeda dengan Freud, Jung tidak melihat libido sebagai dorongan-dorongan seksual melainkan ia melihatnya sebagai energi yang mendasari bermacam-macam proses mental seperti berpikir, merasa, berhasrat, mengindera, dan sebagainya. Aktivtias psikis tidak ditentukan oleh prinsip kesenangan (pleasure principle), melainkan muncul otonom melalui libido dan ditentukan terutama oleh prinsip pelepasan energi.
Keseluruhan kepribadian menurut Jung terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran, ketidaksadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness). Pusat dari kesadaran adalah ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan. Ego inilah yang memungkinkan seorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman pribadi, harapan-harapan dan dorongandorongan yang pernah disadari tetapi tidak dikehendaki oleh ego sehingga terpaksa didorong masuk ke ketidaksadaran.
Pada saat-saat tertentu, ketidaksadaran pribadi ini bisa muncul kembali ke kesadaran dan mempengaruhi tingkah laku.
Struktur Kepribadian menurut Jung:
Dunia luar | : Lingkungan |
Dunia dalam | : Keadaan dalam diri pribadi |
Persona | : Kepribadian yang ditempatkan ke dunia luar |
Ego | : Pusat dari kesadaran yang punya kontak dengan dunia luar |
Self | : Pusat dari ketidaksadaran pribadi |
Shadow (bayangan) | : Pusat dari ketidaksadaran kolektif yang berisi jejak ingatan dari sejak nenek moyang yang menimbulkan arkhetip |
Animus dan Anima | : Salah saru arkhetip, yaitu naluri jantan pada wanita (animus) atau naluri perempuan pada pria (anima) |
Ketidaksadaran kolektif adalah sistem yang paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang bersangkutan. Sistem ini merupakan pembawaan rasial yang mendasari kepribadian dan merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman dari generasi-generasi terlebih dahulu, bahkan dari nenek moyang manusia waktu masih berupa hewan.
Komponen-komponen ketidaksadaran kolektif ini disebut arkhetip yaitu kecenderungan-kecenderungan yang universal dan merupakan pembawaan pada manusia yang menyebabkan manusia bertingkah laku dan mengalami hal-hal yang selamanya berulang, serupa dengan yang telah dilakukan dan dialami oleh nenek moyang yang menurunkannya (misalnya kelahiran, kematian, menghadapi bahaya dan lain-lain).
Ego sebagai pusat dari kesadaran dan merupakan tempat kontak dengan dunia luar mempunyai tugas untuk mengadakan keseimbangan antara tuntutan dari luar dengan dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran pribadi maupun ketidaksadaran kolektif. Dalam tugasnya ini, ego sampai batas-batas tertentu pula dapat mempengaruhi atau mengubah dunia luar, dan sampai batas tertentu pula dapat mengontrol ketidaksadaran pribadi.
Tetapi ego tidak mempunyai kekuatan apapun untuk mempengaruhi oleh dorongan-dorongan dari ketidaksadaran kolektif itu. Kalau ego tidak berhasil menjaga keseimbangan antara tuntutan dari dunia luar, dorongan ketidaksadaran pribadi dan dorongan ketidaksadaran kolektif, maka ego akan menderita dan orang yang bersangkutan akan menderita neurose.