Surat Al A’raf Ayat 54, Bacaan, Arti Perkata (Mufrodat), Terjemahan, Kandungan dan Tafsir

Surat Al A’raf Ayat 199, Bacaan, Arti Perkata (Mufrodat), Terjemahan, Kandungan dan Tafsir

Bacaan Surat Al A’raf Ayat 54 | Arti Perkata (Mufrodat) Surat Al A’raf Ayat 54 | Terjemahan Surat Al A’raf Ayat 54 | Isi Kandungan Surat Al A’raf Ayat 54 | Tafsir Surat Al A’raf Ayat 54 |

Bacaan Surat Al A’raf Ayat 54

اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

Arti Perkata (Mufrodat) Surat Al A’raf Ayat 54

mengikutinyaيَطۡلُبُهُtelah menciptakanخَلَقَ
dengan cepatحَثِيثٗاlangit(jamak)ٱلسَّمَٰوَٰتِ
dan matahariوَٱلشَّمۡسَdan bumiوَٱلۡأَرۡضَ
dan bulanوَٱلۡقَمَرَenamسِتَّةِ
dan bintangوَٱلنُّجُومَhari/masaأَيَّامٖ
tunduk (menjalani kewajiban)مُسَخَّرَٰتِDia menujuٱسۡتَوَىٰ
penciptaanٱلۡخَلۡقُArasyٱلۡعَرۡشِۖ
dan perintah/pengurusanوَٱلۡأَمۡرُۗDia menutupيُغۡشِي
Maha Suci/Berkahتَبَارَكَmalamٱلَّيۡلَ
semesta alamٱلۡعَٰلَمِينَsiangٱلنَّهَارَ

Terjemahan Surat Al A’raf Ayat 54

Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.



Isi Kandungan Surat Al A’raf Ayat 54

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Penciptaan bumi yang berasal dari gumpalan-gumpalan yang kelihatan seperti asap adalah dua masa dan penciptaan tanah, bukit-bukit, gunung-gunung serta bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dan bintang dalam dua masa pula. Dengan demikian sempurnalah penciptaan bumi dan segala isinya dalam empat masa.
  • Penciptaan langit yang berasal dari gumpalan-gumpalan kabut itu dengan segala isinya dalam dua masa pula. Adapun bagaimana prosesnya kejadian langit dan bumi. Al-Qur’an tidak menjelaskannya secara terperinci dan kewajiban para ahli untuk menyelidikinya dan mengetahui waktu atau masa yang diperlukan untuk masing-masing tahap dari tahap-tahap kejadiannya.

Kemudian setelah selesai penciptaan langit dan bumi, Allah bersemayam di atas Arsy mengurus dan mengatur semua urusan yang berhubungan dengan langit dan bumi sesuai dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Tentang bagaimana Allah bersemayam di atas Arsy-Nya dan bagaimana Dia mengatur semesta alam ini tidaklah dapat disamakan atau digambarkan seperti bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya karena Allah tidak boleh dimisalkan atau disamakan dengan makhluk-Nya.

Namun hal ini harus dipercayai dan diimani dan hanya Allah sendiri Yang Mengetahui bagaimana hakikatnya. Para sahabat Nabi tidak ada yang merasa ragu dalam hatinya mengenai bersemayam-Nya Allah di atas Arsy. Mereka meyakini hal itu dan beriman kepada-Nya tanpa mengetahui bagaimana gambarannya. Demikianlah Imam Malik berkata ketika ditanyakan kepadanya masalah bersemayamnya Allah di atas Arsy sebagai berikut, “Bersemayamnya Allah adalah suatu hal yang tidak asing lagi, tetapi bagaimana caranya tidak dapat dipikirkan.”

Kerasulan itu adalah dari Allah dan kewajiban Rasul ialah menyampaikan, maka kewajiban manusia ialah membenarkannya. Demikianlah pendapat dan pendirian ulama-ulama dari dahulu sampai sekarang, maka tidak wajar manusia memberanikan diri untuk menggambarkan bersemayam-Nya Allah di atas Arsy-Nya. Na’im bin Ahmad guru Imam al-Bukhari berkata tantang hal itu, “Orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya adalah kafir, orang yang mengingkari sifat Allah sebagaimana diterangkan-Nya (dalam kitab-Nya) adalah kafir, dan tiadalah dalam sifat Allah yang diterangkan-Nya atau diterangkan Rasul-Nya sesuatu penyerupaan.

Maka barang siapa yang menetapkan hal-hal yang diterima dari hadis yang sahih sesuai dengan keagungan Allah dan meniadakan sifat-sifat kekurangan bagi-Nya, maka sesungguhnya dia telah menempuh jalan yang benar. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dialah yang menutupi siang dan malam sehingga hilanglah cahaya matahari di permukaan bumi dan hal ini berlaku sangat cepat. Maksudnya malam itu selalu mengejar cahaya matahari telah tertutup terjadilah malam dan di tempat yang belum terkejar oleh malam, matahari tetap meneranginya dan di sana tetaplah siang. Demikianlah seterusnya pergantian siang dengan malam atau pergantian malam dengan siang.

Tafsir Surat Al A’raf Ayat 54

(Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa) menurut ukuran hari dunia atau yang sepadan dengannya, sebab pada zaman itu masih belum ada matahari. Akan tetapi jika Allah menghendakinya niscaya Ia dapat menciptakannya dalam sekejap mata, adapun penyebutan hal ini dimaksud guna mengajari makhluk-Nya agar tekun dan sabar dalam mengerjakan sesuatu (lalu Dia bersemayam di atas Arsy) Arsy menurut istilah bahasa artinya singgasana raja, yang dimaksud dengan bersemayam ialah yang sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya (Dia menutupkan malam kepada siang) bisa dibaca takhfif yakni yughsyii dan dibaca tasydid, yakni yughasysyii, artinya: keduanya itu saling menutupi yang lain silih-berganti (yang mengikutinya) masing-masing di antara keduanya itu mengikuti yang lainnya (dengan cepat) secara cepat (dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang) dengan dibaca nashab diathafkan kepada as-samaawaat, dan dibaca rafa` sebagai mubtada sedangkan khabarnya ialah (masing-masing tunduk) patuh (kepada perintah-Nya) kepada kekuasaan-Nya (ingatlah, menciptakan itu hanya hak Allah) semuanya (dan memerintah) kesemuanya adalah hak-Nya pula (Maha Suci) Maha Besar (Allah, Tuhan) Pemelihara (semesta alam).

Related posts