Surah Al-Bayyinah Ayat 5 | Bacaan Surah Al-Bayyinah Ayat 5 | Terjemah Surah Al-Bayyinah Ayat 5 | Mufradat Surah Al-Bayyinah Ayat 5 | Isi Kandungan Surah Al-Bayyinah Ayat 5 | Wislahcom | Referensi |
Bacaan Surah Al-Bayyinah Ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Terjemah Surah Al-Bayyinah Ayat 5
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Mufradat Surah Al-Bayyinah Ayat 5
padahal mereka tidak disuruh | وَمَآ اُمِرُوْٓا |
supaya menyembah Allah | لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ |
mendirikan salat | وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ |
dan menunaikan zakat | وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ |
agama yang lurus | دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ |
Isi Kandungan Surah Al-Bayyinah Ayat 5
Kandungan ayat tersebut berupa peringatan Allah Swt kepada kaum Yahudi dan Nasrani supaya menyembah Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Keterangan tersebut telah Allah sebutkan di dalam Kitab Taurat dan Injil. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh ajaran yang dibawa oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw mengajarkan hal yang sama yakni mengesakan Allah dan wajib menyembahnya dengan ikhlas.
Perintah memurnikan ketaatan kepada Allah ialah dengan membersihkan semua ajarannya dari kemusyrikan. Ajaran tauhid ini harus dipegang dengan teguh (kuat) sebagaimana ajarannya (millah) Nabi Ibrahim As dan pokok ajaran Nabi Muhammad Saw. Iman yang murni ini menjadi dasar utama dalam menjalankan segala rutinitas, meskipun terkadang diuji dengan musibah yang memicu keimanan tersebut goyah.
Seorang mukmin yang ditimpa kesulitan tidak akan meminta pertolongan kepada selain Allah, seperti mendatangi dukun, percaya dengan jimat atau benda-benda keramat dan sejenisnya. Jika hal demikian dilakukan, maka orang tersebut sudah dikatakan musyrik.
Di bagian akhir ayatnya, Allah mengikutkan perintah mendirikan salat dan menunaikan zakat setelah mentauhidkan-Nya. Kedua perintah tersebut menjadi tolok ukur tingkat keimanan seseorang. Mendirikan salat lima waktu wajib hukumnya tanpa tawaran sedikit pun, bahkan bagi orang yang sedang sakit parah sekalipun. Membayar zakat juga wajib hukumnya, sebagai ungkapan syukur atas kepercayaan dari Allah yang telah menitipkan sebagian rezeki kepadanya dan harus dikembalikan kepada Allah pula melalui perantara para mustahiq zakatnya.
Baik perintah mendirikan salat maupun menunaikan zakat, keduanya menghendaki seorang mukmin untuk ikhlas menjalankannya. Namun, keduanya pula berpeluang menyeret pelakunya menuju kesyirikan seperti memamerkan ibadah salatnya kepada orang lain, memberi zakatnya jika disanjung atau lainnya.