Sembilan Mekanisme Pertahanan Freud

Sembilan Pertahanan Freud

WISLAH.COM: Selain memperkenalkan Psikoanalisa, Freud juga mempopulerkan Sembilan mekanisme pertahanan Freud, yakni:

Represi (Repression)

Suatu hal yang pernah dialami dan menimbulkan ancaman bagi ego ditekan masuk ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak mengganggu ego lagi. Hal ini berbeda pada proses lupa, karena hal yang dilupakan itu hanya disimpan dalam bawah sadar dan sewaktu-waktu dapat muncul kembali, sedangkan represi ini, hal yang direpres tidak dapat dikeluarkan ke kesadaran dan disimpannya dalam ketidaksadaran.

Contoh represi: Seorang Bapak berjalan-jalan dengan anaknya. Di tengah jalan mereka bertemu dengan Bapak lain yang mengaku pernah bertetangga. Mereka mengobrol lama, tetapi Bapak pertama tidak bisa mengingat siapakah Bapak kedua, dan seolah-olah lupa ia tidak memperkenalkan anaknya pada Bapak kedua. Dari pemeriksaan yang dilakukan kemudian, ternyata bahwa beberapa tahun yang lalu Bapak kedua pernah berkonflik dengan dan peristiwa ini dianggap sangat menyakitkan hati Bapak pertama dan untuk melepaskan egonya dari kesakitan hati itu, maka Bapak pertama menekan pengalaman ini ke dalam ketidaksadarannya. Bahwa pengalaman yang sudah disimpan dalam ketidaksadaran itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkah laku, Nampak dalam peristiwa perjumpaan dengan Bapak tersebut di atas.


Pembentukan Reaksi (reaction formation)

Seseorang bereaksi justru sebaliknya dari yang dikehendakinya demi tidak melanggar ketentuan dari superego. Misalnya seorang ibu membenci anaknya, karena anak ini hampir merenggut nyawanya waktu ibu itu melahirkan. Ibu ini ingin sekali membunuh anaknya (dorongan agresif), tetapi superego tidak membenarkan perbuatan itu. Karena itu, ibu ini bertindak sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebih-lebihan terhadap anak. Sebagai akibat dari kasih sayang yang berlebih-lebihan tersebut, maka anak juga menderita, karena ia serba terkekang dan serba dilarang.

Proyeksi (projection)

Karena superego seseorang melarang ia mempunyai suatu perasaan atau sikap tertentu terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain itulah yang punya sikap atau perasaan tertentu itu terhadap dirinya. Misalnya A membenci B. Tetapi superegonya melarang A membenci B (karena misalnya B atasannya), maka A mengatakan bahwa B-lah yang membenci dia.

Penempatan yang keliru (displacement)

Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan tertentu terhadap orang lain karena hambatan dari superego, maka ia akan melampiaskan tersebut kepada pihak ketiga. Misalnya, A tidak senang karena dimarahi B, tetapi A tidak dapat marah kembali kepada B karena B adalah atasannya, maka kemarahannya ini dilampiaskannya kepada C yang bawahan dari A.

Rasionalisasi (rationalization)

Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh superego dicarikan penalaran sedemikian rupa, sehingga seolah-olah dapat dibenarkan. Misalnya menurut  Superego A sebenarnya tidak boleh memukul B, tetapi A tetap memukul B dan memberi alasan bahwa hal itu dilakukannya untuk mendidik B atau agar B di waktu yang akan datang bisa bertingkah laku lebih baik.

Supresi (supression)

Supresi adalah juga menekan sesuatu yang dianggap membahayakan ego ke dalam ketidaksadaran. Tetapi berbeda dengan represi, maka hal yang tidak ditekan dalam supresi adalah hal-hal yang datang dari ketidaksadaran sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. Misalnya dorongan Oedipoes Complex, yaitu dorongan seksual dari anak laki-laki terhadap ibunya yang menurut Freud terdapat pada setiap anak, biasanya tidak pernah dimunculkan dalam kesadaran karena bertentangan dengan superego atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Karena itu orang umumnya mensupresi Oedipoes Complex itu dalam ketidaksadaran.

Sublimasi (sublimation)

Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh Superego tetap dilakukan juga dalam bentuk yang lebih sesuai denga tuntutan masyarakat. Misalnya dorongan agresi untuk membunuh orang lain yang sebenarnya tidak dibenarkan oleh superego tetap dilakukan dengan alasan peperangan; berdansa adalah sublimasi dari dorongan seksual; bertinju adalah olahraga yang merupakan sublimasi dorongan-dorongan agresi.

Kompensasi (compensation)

Usaha untuk menutupi kelemahan di salah satu bidang atau organ dengan membuat prestasi yang tinggi di organ lain atau bidang lain. Dengan demikian, maka ego terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Misalnya, seorang gadis yang kurang cantik tidak berhasil menarik perhatian orang, tetapi dia belajar tekun sekali sehingga walaupun ia gagal menarik perhatian orang dengan kecantikannya ia tetap memperoleh kepuasan karena mengagumi kepandaiannya.


Regresi (regression)

Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap ego, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah, misalnya ia menjadi kekanak-kanakan kembali. Misalnya, orang yang sudah memasuki usia tua, takut menghadapi ketuaan, maka ia menjadi kekanak-kanakan kembali, dalam teori psikoanalisa sebagai teori kepribadian, Freud mengatakan bahwa pada setiap orang terdapat seksualitas kanak-kanak (infantile sexuality), yaitu dorongan seksual yang sudah terdapat sejak bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksual pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat perkembangan, yakni

Fase oral (mulut)

Pada fase ini kepuasaan seksual terutama terdapat di sekitar mulut. Perbuatan bayi menyusui pada ibunya atau memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya adalah dalam rangka mencapai kepuasaan seksual fase oral ini.

Fase anal (anus)

Pada usia kira-kira dua tahun, daerah kepuasan seksual berpindah ke anus dan anak mendapat kepuasan dengan menikmati duduk di pispot sampai lama.

Fase phallic

Terdapat pada anak berusia 6-7 tahun. Kenikmatan seksnya terdapat pada alat kelamin, tetapi berbeda dengan kepuasaan seks pada orang dewasa, pada fase ini kepuasan yang diperoleh dari aktivitas seksual belum dihubungkan dengan tujuan pengembangan keturunan.

Fase laten

Mulai anak berusia 7 atau 8 tahun sampai ia menginjak awal masa remaja, seolah-olah tidak aktivitas seksual. Karena masa ini disebut fase latent (tersembunyi).

Fase genital

Dimulai sejak masa remaja, segala kepuasaan seks terutama berpusat pada alat-alat kelamin.

 

Psikoanalisa di samping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi sebagai teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala psikoneurose misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan, maka perlu dianalisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan.

Dalam analisa ini umumnya dipergunakan dua cara pendekatan, yaitu; pertama, melihat dinamika dari dorongan-dorongan primitive (khususnya libido) terhadap ego dan bagaimana superego menahan dorongan-dorongan primitif itu. Selanjutnya perlu dilihat apakah ego bisa mempertahankan keseimbagan antara kedua dorongan yang saling menekan itu. Kalau ego tidak bisa memperoleh keseimbangan, maka perlu diteliti apa yang menyebabkan lemahnya ego itu.

Pendekatan kedua adalahpendekatan sejarah kasus (case history), terutama untuk melihat fase-fase perkembangan dorongan seksual apakah berjalan wajar, apakah ada hambatan-hambatan dan kalua ada di fase mana mulai terjadi hambatan itu.

Teknik-teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kepribadian selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi, karena pada prinsipnya psikoanalisa mengakui bahwa kalau faktor penyebab yang tersembunyi di dalam ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawa ke kesadaran, maka penderita dengan sendirinya akan sembuh. Psikoneurose umumnya dapat disembuhkan setelah factor penyebab dalam ketidaksadaran dapat diketahui.

Teknik untuk menganalisa kepribadian adalah dengan teknik hipnose, yaitu menurunkan ambang kesadaran sehingga sampai pada tingkat ketidaksadaran dan selanjutnya mengeksplorasi ketidaksadaran selama klien dalam keadaan dihipnose ini.

Menurut Freud, teknik hipnose ini hasilnya tidak bisa bertahan lama, karena bila penderita sudah sadar kembali dari hipnose, maka kesadarannya akan menutupi kembali ketidaksadarannya dan dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu akan tetap berada dalam ketidaksadaran dan akan terus mengganggu dalam bentuk neurose.

Selain itu, teknik yang lain adalah teknis psikoanalisa, yaitu klien secara sadar sepenuhnya diajak untuk mengeksplorasi ketidaksadarannya. Salah satu teknikya adalah analisa mimpi (traumdeutung). Penderita disuruh menceritakan mimpi-mimpinya dan mimpimimpi itu kemudian dicoba dianalisa. Freud percaya bahwa dorongan-doronga primitive, maupun hal-hal yang direpresi, yang tidak muncul dalam kesadaran dapat memunculkan dirinya dalam bentuk simbol-simbol dalam mimpi. Karena itu dengan menganalisa mimpi Freud mengharapkan bisa mengetahui dinamika kepribadian penderita yang bersangkutan.

Teknik yang lain adalah membiarkan klien bicara sendiri sebebasnya dengan menggunakan asosiasi bebas (free association). Dalam teknik ini, klien yang disuruh berbaring, serileks mungkin diminta untuk mengasosiasikan kata-kata yang diucapkannya sendiri atau kata-kata yang dilontarkan oleh terapis, dengan kata-kata yang pertama kali muncul di ingatannya. Dengan teknik ini, Freud  mengharapkan dapat menjajaki isi ketidaksadarannya dari klien yang bersangkutan.  

 

Related posts