Sejarah (Manusia, Ruang dan Waktu) : Pengantar Ilmu Sejarah, Pengertian, Manfaat, Aspek Penting dan Kajian

Perkalian dan Pembagian Bilangan Desimal, Contoh dan Cara Menghitungnya (Rangkuman Materi Matematika SD/MI Kelas 4 Bab 16) Kurikulum Merdeka

Sejarah (Manusia, Ruang dan Waktu) : Pengantar Ilmu Sejarah | Pengertian Sejarah | Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli | Manfaat Ilmu Sejarah | Aspek Penting dalam Ilmu Sejarah | Kajian Ilmu Sejarah |

Pengertian Sejarah

Sejarah dalam bahasa Indonesia menurut beberapa ahli berasal dari bahasa Arab yaitu “ شجر “ dibaca: šajaratun, yang berarti “pohon kayu“. Menurut Yamin (1958), pohon melambangkan pertumbuhan dan perkembangan yang berkesinambungan. Dalam hal ini pertumbuhan pohon yang terus-menerus dimaknai sebagai asal-usul, riwayat, silsilah, dan hikayat.

Dalam KBBI, istilah sejarah mengandung tiga penjelasan yaitu: 1. Asal-usul (keturunan) silsilah; 2. Kejadian dan peristiwa yang benarbenar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo: cerita; 3. Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau.


Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah sejarah dinyatakan dalam kata history. Berdasarkan Kamus Cambridge, history adalah kajian atau catatan tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau berupa peristiwa dalam kurun waktu tertentu suatu negara atau subjek lain. Dalam bahasa Yunani, sejarah berasal dari kata “historia” yang memiliki arti “orang pandai”.

Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli

  • Menurut E.H Carr (1982) berpendapat, “Sejarah adalah suatu proses interaksi yang berkelanjutan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya; Sejarah adalah suatu dialog yang abadi antara masa sekarang dan masa lampau.”
  • Menurut Jackson J Spielvogel (2005), sejarah adalah “Catatan tentang masa lalu.” Secara sederhana, pengertian sejarah sebagai ilmu adalah ilmu yang mempelajari peristiwa, orang, negara, atau kehidupan yang terjadi pada masa lalu.
  • Menurut Kuntowijoyo (2013) sejarah adalah “ilmu yang mengkaji tentang manusia, waktu, sesuatu yang memiliki makna sosial, tentang sesuatu yang tertentu (partikular) dan teperinci.

Manfaat Ilmu Sejarah

  • Menjelaskan bagaimana manusia dan tindakan mereka mungkin dipengaruhi oleh situasi politik atau masalah ekonomi atau kondisi geografi. Melalui sejarah, kita akan memahami perilaku manusia dan nilai-nilai suatu masyarakat.
  • Memberikan pemahaman bahwa orang-orang pada masa lalu mungkin tidak memiliki nilai yang sama seperti yang kita miliki saat ini. Pemahaman tentang masa lampau akan membantu kita untuk menghindari kesalahan agar tidak terulang pada masa kini dan mendatang.
  • Mengenal siapa diri kita sebagai pribadi dan mengenal siapa kita secara kolektif (sebagai bagian dari suatu kelompok masyarakat dan bangsa). Pemahaman tentang identitas akan menumbuhkan ikatan sosial (contohnya ketika kita mengetahui tentang sejarah keluarga maka akan menumbuhkan jiwa saling membantu karena menjadi bagian dari suatu keluarga).
  • Memahami memori dan tradisi yang diwariskan oleh generasi sebelumnya ke generasi mendatang hingga bagaimana sejarah membentuk kondisi kita saat ini.
  • Menumbuh kembangkan kecakapan berpikir kritis, kreatif, imajinatif, dan reflektif
  • Menumbuhkembangkan kecakapan ilmiah seperti mencari sumber (heuristik), memilah sumber (verifikasi), dan menganalisis sumber sejarah (interpretasi).

Aspek Penting dalam Ilmu Sejarah

Manusia sebagai penggerak, pelaku, dan saksi sejarah

Manusia dalam kajian ilmu sejarah adalah subjek dan objek, yaitu manusia dengan segenap gagasan dan tindakannya adalah penggerak sejarah yang membawa perubahan di masyarakat. Di samping itu, dalam memahami manusia dalam rentang sejarah, Kartodirjo (2017) memaparkan bahwa ketika biografi dan individu menjadi unit sejarah, maka individu sebagai manusia harus dipahami secara utuh mengenai latar belakangnya, lingkungan sosial-budaya, watak, dan pandangan hidupnya.

Ketika belajar tentang manusia sebagai penggerak, pelaku, saksi sejarah, kalian mengetahui manusia memiliki suasana kebatinan dan pemikiran. Kalian dapat belajar dari berbagai biografi termasuk biografi tentang orang-orang biasa yang berkontribusi bagi sejarah umat manusia. Selain itu manusia juga dipahami dari ruang atau tempat peristiwa di mana mereka berada. Ruang atau tempat yang dimaksud adalah kondisi lingkungan, baik secara sosial, budaya, geografis, maupun ekonomi. Manusia dalam waktu adalah bagaimana sejarah manusia dipelajari baik perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangannya.

Sejarah dalam Dimensi Ruang dan Waktu

Dalam ilmu sejarah, dimensi ruang atau spasial merujuk pada tempat suatu peristiwa terjadi. Dimensi ruang menjelaskan tentang kondisi dan situasi suatu peristiwa terjadi. Dimensi ruang sejarah dapat berdasarkan skala lokal, nasional, maupun global. Lokasi atau wilayah kalian tinggal, selalu memiliki sejarah lokal. Walaupun terjadi pada tingkat lokal, peristiwa tersebut seringkali berkaitan dengan berbagai kejadian di tingkat nasional maupun global. Sebagai contoh, tumbuhnya kesadaran nasionalisme dalam pergerakan nasionalisme Indonesia pada masa 1908-1945 di suatu daerah dipengaruhi atau terinspirasi dari berbagai perjuangan melawan kolonialisme dan imperalisme di dunia.

Dimensi waktu merujuk pada kapan suatu peristiwa terjadi. Dimensi waktu dapat berupa detik, jam, hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad pada masa lampau yang menunjukkan kapan suatu peristiwa terjadi. Waktu juga ditandai oleh peristiwa lain yang terjadi bersamaan dengan peristiwa itu sendiri. Misalnya, ada orang menandai waktu kelahirannya dengan peristiwa lain yang bersamaan terjadinya seperti peristiwa bencana, misalnya gunung meletus. Ringkasnya, ilmu sejarah mengkaji berbagai peristiwa dan manusia berdasarkan aspek waktu.


Berdasarkan Kuntowijoyo (2013), terdapat empat hal yang dipelajari dalam sejarah dari segi waktu yaitu 1. Perkembangan; 2. Kesinambungan; 3. Pengulangan; dan 4. Perubahan. Ilmu sejarah mempelajari bagaimana suatu peristiwa berkembang dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan terdapat pengulangan kejadian/peristiwa, serta peristiwa bersejarah yang menimbulkan perubahan di suatu masyarakat atau pun negara. Dalam ilmu sejarah terdapat periodisasi atau pembabakan waktu dengan tujuan untuk menjelaskan ciriciri tertentu yang terdapat dalam suatu periode sejarah. Sebagai contoh, berdasarkan periodisasi, sejarah Indonesia dibagi dalam empat periode, yaitu Indonesia pada masa prasejarah, pada zaman kuno, pada zaman Islam, dan pada zaman modern.

Diakronis (Kronologi) dan Sinkronis dalam Sejarah

Ilmuwan sosial bernama John Galtung, dalam bukunya yang berjudul Theory and Method of Social Research tahun 1966, berpendapat bahwa sejarah adalah ilmu diakronis (diachronic) dan ilmu sosial lainnya adalah ilmu sinkronis. Sebagai ilmu yang diakronis, Kuntowijoyo (2008) menjelaskan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sebagai contoh penelitian sejarah yang diakronis adalah Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura: 1850-1940 karya Dr. Kuntowijoyo, Sejarah Industri Minyak di Sumatera Utara: 1896-1940 karya Dr. Bambang Purwanto, serta masih banyak contoh karya-karya lainnya dari ahli sejarah Indonesia.

Ilmu sejarah itu diakronis, yang menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu dalam rentang waktu yang panjang. Sebagai ilmu yang diakronis, , ilmu sejarah menekankan proses dan dinamika suatu peristiwa di masa lampau, berdasarkan perkembangan, perubahan, kesinambungan dan pengulangan.

Kronologi

Sebagai ilmu diakronis, menurut Zed (2018), ilmu sejarah menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampaikan secara berurutan dari waktu yang paling awal hingga yang paling akhir. Artinya, ilmu sejarah diakronis disampaikan secara kronologis. Kronologi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani yaitu “chronos” yang berarti waktu. Merujuk pada kamus Merriam-webster, kronologi adalah pengaturan atau pengorganisasian setiap peristiwa dalam urutan kejadian.

Periodisasi

Periodisasi adalah pembabakan waktu dalam sejarah dengan cara menghubungkan berbagai peristiwa sesuai dengan masanya dalam satu periode. Periodisasi dalam sejarah berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh sejarawan. Sebagai contoh periodisasi berdasarkan waktu adalah masa praaksara dan masa aksara. Pembeda dari kedua periodisasi ini adalah waktu ketika manusia telah mengenal tulisan atau belum. Menurut Kuntowijoyo (2008), sejarawan membuat waktu yang terus bergerak agar mudah dipahami dengan membaginya dalam babak-babak, periode-periode tertentu. Pengklasifikasikan atas waktu pada contoh di atas adalah periodisasi.

Tujuan dari periodisasi adalah untuk memudahkan memahami suatu peristiwa bersejarah dalam rentang waktu dan klasifikasi tertentu. Salah satu contoh periodisasi sejarah Indonesia yang dilakukan oleh sejarawan Taufik Abdullah pada karyanya Indonesia dalam Arus Sejarah adalah:

  • Prasejarah
  • Kerajaan Hindu-Buddha
  • Kedatangan dan Peradaban Islam
  • Kolonialisasi dan Perlawanan
  • Masa Pergerakan Kebangsaan
  • Perang dan Revolusi
  • Pasca-Revolusi
  • Orde Baru dan Reformasi

Berpikir Sinkronis

Sinkronis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “synchronous” yang berarti terjadi secara bersamaan. Seperti yang sudah dijelaskan pada materi sebelumnya, ilmu sejarah memanjang dalam waktu sekaligus juga melebar dalam ruang. Sinkronis dalam ilmu sejarah merujuk pada ruang tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang menjelaskan tentang situasi dan kondisi (konteks) suatu masyarakat, sebab-akibat, dan korelasi (pola hubungan) atas suatu peristiwa. Situasi dan kondisi yang dimaksud dapat berupa kondisi ekonomi, seperti kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat; atau mengacu pada profesinya, misalnya sebagai pedagang, petani, dan lain-lain. Kondisi atau konteksnya juga dapat berupa kondisi geografis, misalnya keadaan alam dan sumber daya alamnya, situasi dan kondisi budaya, suku dan tradisi suatu masyarakat, atau situasi dan kondisi sosial tentang keragaman sosial masyarakat yang dapat dilihat dari pelapisan sosial maupun diferensiasi sosialnya.

Meskipun ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya sama-sama bersifat sinkronis dan diakronis, keduanya memiliki kecenderungan berbeda. Ilmu sejarah cenderung bersifat ilmu diakronis sementara ilmu sosial lainnya seperti ilmu sosial dan humaniora cenderung sebagai ilmu sinkronis. Berpikir sinkronis dalam belajar sejarah mendorong kalian untuk menjelaskan secara terperinci mengenai konteks (situasi dan kondisi) suatu masyarakat, hubungan sebab-akibat, hubungan (korelasi) antarfaktor. Adapun maksud dari penjelasan, situasi dan kondisi (konteks) dapat kalian jelaskan berdasarkan kondisi ekonomi, adat-istiadat, struktur sosial, komposisi penduduk, kondisi politik, dan aspek-aspek lainnya. Perhatikan gambar bagan di bawah ini untuk melihat hubungan diakronis dan sinkronis antara ilmu sejarah dan ilmu sosial.

Kajian Ilmu Sejarah

Menurut sejarawan Kuntowijoyo, kajian ilmu sejarah bukan mitos belaka karena ilmu sejarah mempelajari peristiwa yang sungguh terjadi dan nyata. Keberadaan ilmu sejarah bisa dilacak sampai abad ke-5 SM melalui kehadiran karya Herodotus (484 SM-425 SM ) yang berjudul Historie tentang sejarah Perang Yunani-Persia. Ketika menulis tentang perang tersebut, Herodotus sudah menggunakan berbagai sumber sejarah baik melalui pengamatan, prasasti, dan cerita lisan sehingga karyanya sudah memenuhi prosedur ilmiah. Boleh dikatakan, Herodotus adalah pelopor penulisan sejarah sesuai kaidah ilmu pengetahuan. Atas jasanya, Herodotus dijuluki sebagai “Bapak Sejarah”. Selanjutnya tradisi itu diteruskan oleh Thucydides ( 456- 396 SM) yang menuliskan tentang Perang Peloponesia antara Athena dan Sparta (Syukur, 2008:1).

Seseorang yang mempelajari dan menyampaikan sejarah dengan menggunakan sumber informasi dari masa lalu disebut sebagai sejarawan.

Related posts