Wislahcom | Referensi | : Sayyid Usman bin Abdallah bin Aqil bin Yahya lahir 12 Rabiul Awal 1822M di Pekojan, Batavia. Setelah bertahun-tahun belajar di Hadramaut dan Mekkah, ia kembali ke Batavia dan menjadi salah seorang tokoh agama terkemuka. Muridnya yang kemudian menjadi ulama besar diantaranya adalah Guru Mughni Kuningan dan Habib Ali al-Habsyi Kwitang.
Sayid Usman sangat berjasa dalam peningkatan pemahaman masyarakat Betawi khususnya terhadap ilmu syariah melalui karya tulisnya yang berbahasa Arab Melayu dan bahasa Arab. Tidak kurang dari 120 karyanya dicetak dan disebarluaskan, diantara karyanya yang populer antara lain: Sifat Dua Puluh, Babul Minan, Maslakul Akhyar, Irsyadul Anam dan Zuhral Basim.
Karyanya menyentuh berbagai isu yang berkembang di masyarakat mulai dari kisah Rasul, aqidah, fiqih haji, fiqih sembahyang, adab di rumah tangga, kumpulan doa keseharian, tajwid, gramatika, Falak, kamus, geografi, silsilah para nabi, hukum perkawinan, silsilah Alawiyah, tarekat-tarekat muktabarah, dan isu lainnya.
Pada 1862 M, setibanya Sayid Usman di Batavia, pemerintah Hindia Belanda mengangkatnya sebagai mufti di Batavia, menggantikan Syekh Abdul Ghani yang usianya semakin lanjut. Sejak tahun 1899 ia diangkat menjadi Adviseur Honorair urusan Arab di kantor Voor Inlandsche Zaken hingga wafatnya ditahun 1914. Di sini ia bekerja sebagai penasihat pemerintah Kolonial untuk urusan agama, bergaul dengan Snouck Hurgronje, KF Holle, dan LWC Van den Berg. Pada 5 Desember 1899, ia memperoleh bintang salib singa Kerajaan Belanda, atas pengabdian dan kesetiaannya kepada pemerintah kolonial Belanda.
Meskipun dikenal sebagai seorang alim yang berilmu tinggi, Sayid Usman juga tersohor karena kontroversinya. Kontroversi-kontroversinya inilah yang menyebabkan dirinya begitu dihargai oleh Belanda sebagai suatu sikap akomodatif. Salah satu kontroversi yang menarik, adalah penolakannya dengan paham tarekat di Nusantara, karena dianggapnya masyarakat nusantara belum siap untuk bertarekat. Merujuk pada buah karyanya an-Nasihah al-Aniqah li al-Mutalabbisin bi al-Thariqah (Nasihat yang Elok kepada Orang-Orang yang Masuk Tarekat) hal ini dikarenakan seorang yang hendak bertarekat hendaknya menguasai tiga cabang ilmu Islam yakni ilmu tauhid, fiqih dan ilmu sifat hati (tasawuf) secara holistik.
Sayid Usman sendiri dikenal sebagai seorang faqih dan mutakallim yang memandang segala sesuatunya dari sudut disiplin Fiqih dan Ilmu Kalam. Untuk itu, sikapnya terhadap tarekat cenderung ketat. Ia hanya mengakui tarekat-tarekat muktabarah yang sesuai syariah saja seperti tarekat yang diajarkan Syekh Junaid Al-Baghdadi, Sadatul Alawiyin, Ghazaliyah, Qadiriyah, Naqshabandiyah, Khalwatiyah, juga Rifa’iyah.
Dalam kedudukannya sebagai Adviseur Honorair, Sayyid Usman harus berdiri diantara dua kepentingan yakni kepentingan kolonial dan kepentingan masyarakat Arab. Sayyid Fadhil Pasya, seorang yang dihormati Sultan Ottoman, pernah menegur keras Sayyid Usman yang dianggap terlalu akrab bergaul dengan orang-orang kafir yang menaklukkan Hindia-Belanda (Surat Snouck Hurgronje kepada Gubernur Jenderal Roosebom 25 Desember 1902).
Sulitnya berada di atas dua kepentingan, terkadang membuat Sayyid Usman dalam keadaan serba salah. Suatu kali ia tidak mau menghadiri walimah dengan alasan adanya musik yang dianggap bertentangan terhadap syariat Islam, tetapi ia menghadiri pesta perpisahan Gubernur Jenderal Van der Wijk walaupun terdapat permainan musik. Ketika menghadiri pesta perkawinan di kediaman Kapitan Arab Umar Aidid, Sayyid Usman menolak membacakan riwayat maulid sebelum gambar Ratu Wilhelmina ditanggalkan. Padahal sebelumnya, pada 2 September 1897, ia mencetak doa bagi Ratu Wilhelmina untuk dibacakan dalam masjid, tidak lama sebelum ia menerima bintang kehormatan dari sang ratu (Harian Sinar Hindia, 25 Agustus 1923). Hingga muncullah tudingan khutbah penjilat dan istilah “sandiwara Qadhi dalam rangka promosi” (Medan Muslimin, 1 dan 10 Oktober 1923).
Manusia itu unik, tidak hitam putih, dan karena itulah yang membuatnya indah dan berwarna.
Untuk Sayyid Usman bin Yahya. Al Faatihah….