Sabar Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian | Rangkuman Materi PAI Kelas 12 | Bab 1 | SMA | Kurikulum Merdeka | Wislah Indonesia |
Sabar Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian
Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/ 14: 9
Membaca Q.S. al-Baqarah/2: 155-156
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Membaca Q.S. Ibrahim/ 14: 9
اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَؤُا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوْحٍ وَّعَادٍ وَّثَمُوْدَ ەۗ وَالَّذِيْنَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ ۗ لَا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا اللّٰهُ ۗجَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ فَرَدُّوْٓا اَيْدِيَهُمْ فِيْٓ اَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوْٓا اِنَّا كَفَرْنَا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ وَاِنَّا لَفِيْ شَكٍّ مِّمَّا تَدْعُوْنَنَآ اِلَيْهِ مُرِيْبٍ
Menerjemahkan Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9
Menerjemahkan Q.S. al-Baqarah/2: 155-156
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn”.* (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)”.
*Kalimat ini dinamakan kalimat istirjā’ (pernyataan kembali kepada Allah). Disunnahkan mlafalkannya pada waktu ditimpa musibah, baik besar atau kecil.
Menerjemahkan Q.S. Ibrahim/14: 9
“Apakah belum sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang setelah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Rasul-rasul telah datang kepada mereka membawa bukti-bukti (yang nyata), namun mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata, “Sesungguhnya kami tidak percaya akan (bukti bahwa) kamu diutus (kepada kami), dan kami benarbenar dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu serukan kepada kami.
Memahami Asbabun Nuzul Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9
Asbabun Nuzul Q.S. al-Baqarah/2: 155-156
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ummu Salamah yang bercerita: bahwa pada suatu hari Abu Salamah mendatangiku dari tempat Rasulullah Saw. lalu ia menceritakan, aku telah mendengar ucapan Rasulullah Saw. yang membuat aku mereka senang, yaitu sabda beliau yang artinya: “Tidaklah seseorang dari kaum muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un kemudian mengucapkan: (Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti padaku yang lebih baik darinya) melainkan akan dikabulkan doanya itu.” Ummu Salamah bertutur, kemudian aku menghafal doa dari beliau itu, dan ketika Abu Salamah meninggal dunia, maka aku pun mengucapkan, innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un, dan mengucapkan, ‘Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya.’ Kemudian mengintrospeksi diri, dengan bertanya, “Dari mana aku akan memperoleh yang lebih baik dari Abu Salamah?” Setelah masa iddahku berakhir, Rasulullah izin kepadaku. Ketika itu aku sedang menyamak kulit milikku, lalu aku mencuci tanganku dari qaradz (daun yang digunakan menyamak). Lalu kuizinkan beliau masuk dan ku-siapkan untuknya bantal tempat duduk yang isinya dari sabut, maka beliau pun duduk di atasnya. Lalu beliau menyampaikan lamaran kepada diriku.
Setelah selesai beliau berbicara, kukatakan, “Ya Rasulullah, kondisiku akan membuat Anda tak berminat. Aku ini seorang wanita yang sangat pecemburu, maka aku takut Anda mendapatkan diriku sesuatu yang karenanya Allah akan mengadzabku, dan aku sendiri sudah tua dan mempunyai banyak anak.” Maka beliau bersabda, “Mengenai kecemburuanmu yang engkau sebutkan maka semoga Allah melenyapkannya dari dirimu. Dan usia tua yang engkau sebutkan, maka aku pun juga mengalami apa yang engkau alami. Dan mengenai keluarga yang engkau sebutkan itu, maka sesungguhnya keluargamu adalah keluargaku juga.” (HR. Ahmad: 4/27)
Asbabun Nuzul Q.S. Ibrahim/14: 9
Dalam ayat ini, Allah Swt. bertanya kepada umat manusia apakah mereka pernah mendapatkan berita tentang umat-umat yang terdahulu, serta berita tentang peristiwa yang mereka alami, misalnya berita tentang kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad dan kaum Tsamud, serta umat yang datang sesudah mereka, yang hanya Allah sajalah yang benar-benar mengetahuinya?
Mereka mendustakan para rasul padahal telah membawa bukti-bukti yang nyata. Mereka menutupkan tangan ke mulut untuk menunjukkan kebencian kepada para rasul tersebut, seraya berkata, “Sesungguhnya kami mengingkari apa-apa yang diperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada kami.” Di samping itu, umat-umat tersebut juga mengatakan kepada para rasul bahwa mereka berada dalam keragu-raguan dan tidak yakin akan kebenaran yang diserukan para rasul kepada mereka.
Allah Swt. telah menceritakan kepada kita berita tentang kaum Nuh, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, dan umat-umat lainnya di masa silam yang mendustakan para rasul. Jumlah mereka tidak terhitung, hanya Allah Swt. yang mengetahuinya.
Menelaah Tafsir Q.S. al-Baqarah/2: 155-156 dan Q.S. Ibrahim/14: 9
Tafsir Q.S. al-Baqarah/2: 155-156
Menurut Tafsir Ibnu Katsir kata (ولنبلونكم), Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia akan menguji hamba-hamba-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Surah Muhammad ayat 31 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetabui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”
Kemudian kalimat (بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ), Allah Swt akan memberikan ujian berupa kebahagian dan juga berupa kesusahan seperti persaan takut dan rasa lapar. Disebutkan pula dalam surat an-Nahl/16:112 yang artinya: “Oleh karena itu, Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan.” Karena ketika orang yang dalam keadaan lapar dan takut, akan jelas terlihat jelas ujian yang mereka alami.
Kalimat (وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ) bermakna hilang sebagian harta dan jiwa. Misal meninggalnya sahabat dekat, karib kerabat dan orang-orang yang kita cintai. Kalimat (وَالثَّمَرٰتِۗ) yaitu kebun dan sawah tidak dapat diolah sebagaimana mestinya. Sebagaimana ulama salaf mengemukakan: “Di antara pohon kurma ada yang tidak berbuah kecuali hanta satu buah saja.” Semua hal di atas dan yang semisalnya adalah bagian dari ujian Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, maka Dia akan memberikan pahala baginya, dan barangsiapa berputus asa karenanya, maka Dia akan menimpakan siksaan terhadapnya.
Kalimat (وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ) yaitu Allah Swt. memberi kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar. Pada ayat berikutnya Q.S. al-Baqarah: 156 dijelaskan tentang orang yang bersabar yang dipuji oleh Allah Swt. Artinya, mereka menghibur diri dengan ucapan ini atas apa yang menimpa mereka dan mereka mengetahui bahwa diri mereka adalah milik-Nya, Allah Swt. menguji hambanya sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa Allah Swt. tidak akan menyia-nyiakan amalan para hamba-Nya walaupun seberat biji dharrah dan akan diperlihatkan dihadapannya kelak. Hal tersebut menjadikan diri manusia lemah dan tunduk dihadapan-Nya, menyadari bahwa manusia pasti akan kembali kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah Swt. memberitahukan mengenai apa yang diberikan kepada mereka itu dalam ayat setelahnya. Mengenai pahala mengucapkan do’a (اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ) ketika tertimpa musibah telah dimuat dalam banyak hadis.
Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan, ayat ini mengisyaratkan hakikat hidup di dunia, antara lain ditandai oleh keniscayaan adanya cobaan yang beraneka ragam. Ujian yang diberikan Allah Swt kadarnya sedikit bila dibandingkan dengan potensi yang telah dianugerahkan Allah Swt kepada manusia. Ia hanya sedikit, sehingga setiap yang diuji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah Swt.
Tafsir Q.S. Ibrahim/14: 9
Menurut buku tafsir yang diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia tentang ayat ini sebagai berikut. Janganlah kalian, wahai Bani Israil dan umat Nabi Muhammad Saw, mengingkari nikmat Allah Swt. Apakah belum sampai kepadamu berita tentang kebinasaan orang-orang sebelum kamu, yaitu kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, dan orangorang setelah mereka, seperti penduduk Madyan, kaum Tubba’, dan lainlain. Tidak ada yang mengetahui secara detail azab seperti apa yang mereka alami, selain Allah. Rasul-rasul telah datang kepada mereka membawa bukti-bukti yang nyata tentang kerasulan para utusan itu, berupa mukjizat dan penjelasan yang mudah dipahami oleh umat masing-masing, namun mereka menutupkan tangannya ke mulutnya dengan penuh kebencian dan penolakan, dan berkata, “Sesungguhnya kami tidak percaya sama sekali akan bukti bahwa kamu diutus kepada kami, dan kami benar-benar berada dalam keraguan yang sangat mendalam dan menggelisahkan hati kami terhadap apa yang kamu serukan kepada kami, berupa ajakan beriman dan bertauhid kepada Allah Swt.”
Ibnu Jarir mengatakan, ayat ini merupakan lanjutan dari perkataan Nabi Musa as. kepada kaumnya, yakni peringatannya kepada mereka terhadap nikmat-nikmat Allah, dengan siksaan Allah terhadap umat-umat terdahulu yang mendustakan para Rasul.
Hadis-hadis Tentang Sabar dalam Musibah
Di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, dari Ummu Salamah, ia bercerita, pada suatu hari Abu Salamah mendatangiku dari tempat Rasulullah Saw., lalu ia menceritakan, aku telah mendengar ucapan Rasulullah yang membuat aku merasa senang, yaitu sabdanya: “Tidaklah seseorang dari kaum Muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca -innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un- kemudian mengucapkan, (Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya) melainkan akan dikabulkan doanya itu.” Ummu Salamah bertutur, kemudian aku menghafal doa dari beliau itu, dan ketika Abu Salamah meninggal dunia, maka aku pun mengucapkan, innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un, dan mengucapkan, ‘Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad: 4/27)
Hadis yang diriwayatkan dari Ummu Salamah, ia bercerita pernah mendengar Rasulullah Saw. Bersabda: “Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan: innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un. Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya; melainkan Allah akan memberikan pahala kepadanya dalam musibah itu dan memberikan ganti kepadanya dengan yang lebih baik darinya.” Kata Ummu Salamah, ketika Abu Salamah meninggal, maka aku mengucapkan apa yang diperintahkan Rasulullah kepadaku, maka Allah Ta’ala memberikan ganti kepadaku yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah.” (HR. Muslim: 918).
Hadis yang diriwayatkan oleh Fatimah binti Husain, dari ayahnya, Husain bin Ali, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim, laki-laki maupun perempuan ditimpa suatu musibah, lalu ia mengingatnya, meski waktunya sudah lama berlalu, kemudian ia membaca kalimat istirja’ (innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un) untuknya, melainkan Allah akan memperbaharui pahala baginya pada saat itu, lalu Dia memberikan pahala seperti pahala yang diberikanNya pada hari musibah itu menimpa.” (HR. Ahmad: 1/20 dan An-Nasai).
Hadis yang diriwayatkan dari Abu Sinan, ia menceritakan, Aku sedang menguburkan anakku. Ketika itu aku masih berada di liang kubur, tiba-tiba tanganku ditarik oleh Abu Thalhah Al-Khaulani dan mengeluarkan diriku darinya seraya berucap, “Maukah aku sampaikan berita gembira untukmu?” “Mau,” jawabnya. Ia berkata, Adh-Dhahhak bin Abd Ar-Rahman bin Auzab telah mengabarkan kepadaku, dari Abu Musa, katanya Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Artinya: “Allah berfirman, ‘Hai malaikat maut, apakah engkau sudah mencabut nyawa anak hamba-Ku? Apakah engkau mencabut nyawa anak kesayangannya dan buah hatinya?’ ‘Ya, jawab malaikat. ‘Lalu apa yang ia ucapkan?’ tanya Allah. Malaikat pun menjawab, ‘Ia memuji-Mu dan mengucapkan kalimat istirja’. Maka Allah berfirman (kepada para malaikat): ‘Buatkan untuknya sebuah rumah di surga, dan namailah rumah itu dengan baitul hamdi (rumah pujian).’” (HR. Ahmad: 4/415 dan At-Tirmidzi: 1021, dari Suwaid bin Nashr, dari Ibnu Al-Mubarak. Menurutnya hadis ini hasan gharib. Nama Abu Sinan adalah Isa bin Sinan)
Makna Sabar Dalam Menghadapi Cobaan dan Ujian
Di antara perkara yang sangat dianjurkan dalam Islam adalah sifat sabar. Sabar secara bahasa artinya tertahan, sebagaimana perkataan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh binatang dengan cara ditahan.” (HR. Muslim).
Kata “shobaroh” dalam hadits di atas yang menjadi akar kata dari sabar. Adapun secara istilah, sabar adalah menahan diri dalam melaksanankan sesuatu dan menjauhi sesuatu. Sehingga definisi sabar akan tercakup dalam 3 macam yang akan kita bahas pada poin berikut ini.
a) Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Swt. sebagaimana firman-Nya berikut ini: “Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah dalam memerintahkannya.” (QS. Thaha: 132)
Ayat di atas menunjukkan perintah sabar dalam melaksanakan taat, seperti seorang suami yang harus sabar dalam mengajak istrinya untuk mengerjakan salat. Memang seperti itu tugas seorang suami, ia harus dapat memimpin bahtera rumah tangganya dan mengajak istri serta anggota keluarganya untuk melakukan kebaikan. Allah Swt. berfirman: “Dan bersabarlah kamu terhadap orang-orang yang senantiasa berdoa kepada Rabbnya di waktu pagi dan sore hari dengan mengharap wajahNya.” (QS. Al-Kahfi/18: 28).
Ayat tersebut berisi pesan perintah agar sabar terhadap orang-orang baik yang selalu berdoa dan mengajak di jalan Allah Swt. dalam berkawan tentunya ada hal yang tidak menyenangkan. Oleh karena itu kita wajib bersabar jika menemui hal yang tidak menyenangkan dari kawan kita.
b) Sabar dalam menjauhi kemaksiatan Saat ini masyarakat dengan adanya kemudahan berinternet harus bias menghindari maksiat seperti ghibah dalam bermedia social, menyakiti orang lain dengan membully, mencaci maki orang lain, dan menghindari membunuh orang lain.
c) Sabar dalam menerima takdir Allah Swt. Sabar jenis yang ketiga adalah dalam menerima takdir yang Allah berikan. sebagaimana firman-Nya: “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (QS. Al-Insan: 24).
Apabila seorang muslim mengalami takdir yang kurang baik seperti musibah sakit atau kematian, ingatlah bahwa para rasul pun mempunyai cobaan jauh lebih berat dibandingkan dengan kita semua. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada kita untuk mencontoh para rasul dalam hal bersabar, Allah Swt. berfirman: “Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran para rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar (adzab) disegerakan untuk mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 35).
Menerapkan Prinsip Sabar dalam Menghadapi Musibah dan Ujian
Banyak manusia yang berhasil menjalani ujian kesulitan dengan baik, meskipun mereka tidak beriman kepada Allah Swt. Tetapi sedikit sekali orang kafir yang mampu melewati ujian kesalahan disebabkan tidak mendapatkan petunjuk yang mereka dapat dari Allah Swt. Akibatnya mereka terus mengulangi kesalahan dan dosa yang sama dari waktu ke waktu.
Begitu juga halnya dengan ujian kesenangan, sebagian manusia yang terlena oleh berbagai kesenangan dunia yang mereka rasakan sehingga mereka lupa kepada Allah Swt. Dalam menghadapi berbagai ujian, ada beberapa sikap yang wajib dilakukan seorang mukmin. Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan datang pertolongan Allah kepada kita. Kedua, segera mengucapkan “innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun” setiap kali mendapat musibah. Ketiga, bertawakal kepada Allah. Tawakal menjadi salah satu syarat bagi seseorang mendapat pertolongan Allah. Untuk itu, ada empat hal yang wajib kita lakukan saat bertawakal:
a) Hindari menyandarkan hati kepada selain Allah. Jika kita menyandarkan hati kepada selain Allah saat menghadapi satu masalah atau musibah, pertolongan Allah akan semakin jauh dari kita.
b) Hindari melakukan ikhtiar dengan mudarat yang lebih besar dari pada manfaat. Misalnya, ketika kita sebagai anak memiliki masalah dengan saudara kita, dan padahal kita sudah berupaya berbuat baik kepadanya tapi ditolaknya, maka alangkah baiknya kita bermunajat kepada Allah agar dilunakkan hatinya. Bukan malah mencari pelarian dengan curhat persoalan keluarga kita di media sosial yang menyebabkan persoalan kita diketahui oleh masyarakat umum.
c) Saat bertawakal, kita wajib berserah diri sepenuh hati kepada Allah dari awal hingga berakhirnya urusan. Dengan berserah diri kepada Allah, kita akan menjadi tenang dan dapat menerima apa pun hasil ikhtiar dengan lapang dada.
Manfaat Menjaga Kesabaran Dalam Menghadapi Musibah dan Ujian
Sabar yang diartikan sebagai tahan menghadapi cobaan dan ujian, tidak mudah marah dan tidak lekas putus asa. Sabar juga berarti tenang dan dapat mengendalikan emosi dan diri saat diterpa banyak bencana, cobaan dan ujian. Keutamaan dan janji Allah untuk orang yang sabar banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Berikut keutamaan dan balasan bagi orang yang sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan:
a. Memperoleh kesudahan yang baik
Allah Swt. menjanjikan kepada orang-orang yang sabar bahwa mereka akan memperoleh kesudahan yang baik. Firman Allah dalam surat ar-Ra’d ayat 22 : “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),” (ar-Ra’d: 22)
b. Memperoleh Keberuntungan
Allah Swt. akan memberikan keberuntungan bagi orang-orang yang sabar, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 200. Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200).
c. Memperoleh cinta Allah Swt.
Allah Swt. sangat mencintai orang-orang yang sabar ketika mereka diuji sebagaimana firman-Nya: “Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari peng-ikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpa-nya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah Mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran:146)
d. Diberi petunjuk
Allah Swt. memberikan kabar gembira, petunjuk, berkah, dan rahmatNya kepada orang-orang yang sabar, seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah: 155 Artinya: “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn”.* (sesungguh-nya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)”.
e. Memperoleh martabat yang tinggi di surga Di akhirat
Allah menjanjikan martabat yang tinggi bagi setiap orang yang menjalani kehidupan di dunia dengan sabar. Arinya: “Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (Al-Furqan: 75)