Wislahcom | Referensi | : Wilayah administrasi Kepulauan Seribu memiliki banyak pulau yang bersejarah diantaranya adalah Pulau Onrust dan Pulau Bidadari. Kedua pulau ini terletak di kawasan teluk Jakarta dan jaraknya dengan wilayah daratan Jakarta Utara tidak begitu jauh dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Beranjak dari sejarahnya sendiri kedua pulau tersebut punya peranan penting sekaligus saksi bagi peristiwa di masa lampau khususnya pada masa penjajahan bangsa Eropa di Nusantara.
Pada saat wilayah Jakarta masih bernama Sunda Kalapa beberapa pulau di kawasan Teluk Jakarta digunakan sebagai tempat persinggahan dan makam para raja atau bangsawan Kerajaan Pajajaran. Pemanfaatan pulau-pulau tersebut sebagai tempat persinggahan dan makam diteruskan oleh Kesultanan Banten. Pada tahun 1527 wilayah Sunda Kalapa berhasil direbut oleh seorang pimpinan perang perwakilan Kesultanan Demak yang bernama Fatahillah dari tangan Kerajaan Pajajaran dan Portugis. Kota ini pun nantinya diganti dengan nama Jayakarta pada kisaran waktu tahun 1560-an.[1]
Ketika daerah tersebut dipimpin oleh Pangeran Jayawikarta ( bangsawan Kesultanan Banten ), beberapa lahan di kawasan utara Jayakarta disewakan kepada kongsi dagang Belanda ( VOC ) pada tahun 1610. Pihak VOC mulai membangun beberapa gudang dan rumah-rumah dari kayu di kawasan tepi timur mulut sungai Ciliwung. Banyak kesepakatan yang dilanggar oleh VOC nantinya dalam urusan pengelolaan lahan diantaranya membangun dengan material berat seperti besi dan batu besar, membangun benteng, dan memasangkan meriam pada bangunannya. Hal ini dianggap sebagai suatu ancaman lantaran posisi benteng dan meriam sangat memungkinkan untuk dapat menyerang Istana Pangeran Jayawikarta.
Ketika Pangeran Jayawikarta memutuskan untuk menindak pihak VOC dan mempererat hubungan dengan pihak kongsi dagang Inggris dalam rangka mendapatkan bantuan, pihak Kesultanan Banten menangkap Pangeran Jayawikarta karena dianggap terlalu dekat menjalin hubungan dengan Inggris serta tidak tegas dalam menjalankan kebijakan di wilayahnya. Kota Jayakarta akhirnya jatuh ke tangan VOC dibawah pimpinan J.P Coen pada tahun 1619 akibat celah kelemahan dari konflik antara Kesultanan Banten dan Pangeran Jayawikarta. Kota Jayakarta pun diubah namanya menjadi Batavia oleh J.P Coen yang mengingatkan nenek moyang bangsa Belanda yakni Bangsa “Bavaria ”.
Kota Batavia sendiri masih berupa wilayah kecil yang terletak di kawasan muara sungai Ciliwung. Jika di tepi timur merupakan wilayah kongsi Belanda maka di tepi barat merupakan wilayah kongsi Inggris. Pihak VOC berhasil mengembangkan kota Batavia menjadi kian luas ke selatan dan berhasil mengusir kongsi dagang Inggris. Beberapa pulau-pulau yang berdekatan jaraknya dengan pelabuhan turut diambil dan dialih fungsikan sebagai benteng dan tempat pergalangan maupun perbaikan kapal.
Pulau Onrust dan Pulau Bidadari menjadi contoh pulau yang digunakan oleh pihak Belanda. Pulau Onrust diyakini diambil dari seorang bangsawan Belanda yang bernama Baas Onrust Cornelis van Der Walck. Kata Onrust yang diambil dari bahasa Belanda yang jika diterjemahkan menjadi tidak pernah istirahat, sehingga bisa dikatakan bahwa Pulau Onrust saat itu sangat ramai dan sibuk dengan berbagai macam aktivitas khususnya yang berkaitan dengan pelayaran dan perniagaan. Pulau Onrust digunakan sebagai tempat pemukiman juga namun utamanya dipakai sebagai tempat perbaikan kapal berukuran besar. Kawasan muara sungai Ciliwung yang kian mendangkal menjadi sebab perbaikan atau pergalangan kapal dialihkan ke Pulau tersebut.
Menurut pengakuan dari salah satu Kapten kapal terkenal dari Inggris yakni James Cook setelah kunjungannya ke Pulau tersebut pada tahun 1770 Pulau Onrust merupakan salah satu tempat galangan kapal terbaik yang ada di Asia. Untuk Pulau Bidadari sendiri yang jaraknya berdekatan dengan Pulau Onrust digunakan sebagai benteng pertahanan serta gudang untuk keperluan pasukan Armada Laut Belanda. Kita bisa melihat bangunan benteng berbentuk persegi yang hampir mirip dengan Colloseum di Italia. Benteng tersebut disertai dengan berbagai macam senjata seperti meriam dan bom.
Di kawasan Onrust juga terdapat benteng dan gudang namun tidak sebesar yang ada di Pulau Bidadari. Benteng tersebut dibangun untuk melindungi kota Batavia serta pertahanan utama dari serangan armada laut baik oleh Inggris, Portugis maupun Kesultanan lainnya. Salah satu Kesultanan yang berusaha menaklukan seluruh kesultanan lainnya di Pulau Jawa serta mengusir bangsa Eropa dari Pulau Jawa adalah Kesultanan Mataram Islam dibawah pimpinan Sultan Agung pada tahun 1628.

Sumber Gambar : Google Images
Sultan Agung melancarkan serangan hingga dua kali yakni pada tahun 1628 dan 1629 dengan melalui jalur darat serta laut. Namun kedua penyerangan tersebut gagal dikarenakan masalah distribusi pasokan makanan, jarak yang jauh ( mengingat pasukan diberangkatkan dari Jawa Tengah sedangkan transportasi cepat belum ada saat itu ), serta adanya upaya Belanda menghancurkan lumbung makanan di wilayah Cirebon dan Tegal. Pihak Belanda ( VOC ) diduga mendapatkan informasi lumbung pangan tersebut dari pihak Kesultanan Cirebon yang turut terancam akibat ekspansi besar-besaran yang dilakukan oleh Kesultanan Mataram Islam.
Pasukan armada laut Mataram Islam sendiri juga kalah dalam melawan pasukan armada laut VOC di Laut Jawa bahkan pasukan armada laut tidak dapat mengepung Kota Batavia dari arah laut sebagaimana pasukan darat yang sempat mengepung kota Batavia dari luar. Meskipun begitu pasukan armada laut Inggris sempat berhasil merebut Pulau Onrust dan Pulau Bidadari dari tangan Belanda pada tahun 1800 dan 1810. Penyerangan tersebut amat diperhitungkan dan dapat dibilang sukses lantaran pasukan Belanda masih dalam kondisi reorganisasi akibat transisi hak kekuasaan wilayah koloni dari VOC menjadi kuasa Pemerintahan Kerajaan Belanda seutuhnya.
Kedua pulau tersebut menjadi saksi bisu pertempuran dan perebutan wilayah antar berbagai pihak baik Kerajaan lokal hingga antar bangsa Eropa. Meskipun hanya berupa pulau kecil yang luasnya tidak sampai 5 Ha ( Hektar are ) posisi strategisnya membuat berbagai macam pihak turut memperebutkan keduanya.
[1] Didasarkan pada catatan orang Portugis yang menyantumkan daerah Sunda Kalapa dengan nama lain yakni “Xacatara”. Heuken, Adolf. Sejarah Jakarta Dari Masa Prasejarah Sampai Akhir Abad ke-20. Jakarta : Yayasan Cipta Loka Carara, 2018.