Pondok Labu, dari Pasar Simplicitas Hingga Kota Pinggiran Yang tak Pernah Sepi : Seri Sejarah Kota Jakarta

Pondok Labu, dari Pasar Simplicitas Hingga Kota Pinggiran Yang tak Pernah Sepi : Seri Sejarah Kota Jakarta

Wislahcom | Referensi | : Jakarta Merupakan kota yang dianggap masyarakat sebagai Kota yang padat dan sibuk di Indonesia. Kota yang dahulu memegang predikat sebagai Ibukota negara Indonesia ini adalah kota yang memang tidak pernah sepi akan aktifitas masyarakat. Kota ini adalah kota yang menjadi sentral bagi setiap kegiatan perekonomian di Indonesia, walaupun tak dapat dipungkiri masih banyak kota kota lain yang memang menjadi pusat Perekonomian di Indonesia walaupun tidak seramai dan sesibuk di Jakarta. Karena itulah, Jakarta memiliki Kepadatan Penduduk yang bisa dikatakan sangat padat dari kota kota lain di Indonesia, karena itu Jakarta memiliki masyarakat yang sangat Beragam. Bagaimana tidak, Jakarta adalah salah satu kota tujuan dari setiap Wilayah di sekitarnya sebagai Pusat untuk Mencari Nafkah ataupun Belajar. Jakarta juga dikatakan sebagai kota yang memiliki Kemajuan teknologi yang bagus di Indonesia.

Bila kita berbicara tentang Jakarta, Pasti Banyak orang yang akan menjawab Seperti Uraian yang ada diatas. Bagaimana tidak, Jakarta adalah memang salah satu Kota dengan Sejuta Pengertian dan definisi dari Masyarakat yang ada di sana. Selain uraian diatas, Jakarta juga memiliki banyak Sekali hal yang bisa dikatakan Jarang diketahui Oleh Masyarakat luas, yakni Mengenai Asal-usul nama Daerah-daerah di Jakarta. Memang sebagian Orang pasti tau dan mengerti bagaimana Sejarah Nama Jakarta lahir dan terkenal Hingga kini. Namun, dalam Pembahasan Saya kali ini, Saya akan Membahas mengenai Tanah Kelahiran saya, kampung dan juga tempat dimana saya lahir dan menikmati masa Kecil saya yaitu Pondok Labu.

Gambar : Peta Wilayah Pondok Labu Saat Ini

Pondok Labu adalah Salah Satu Kelurahan di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Kelurahan Pondok Labu ini memiliki luas wilayah sekitar 39,1 KM2. Pondok labu memiliki 10 RW dan 98 RT, dimana Jumlah Penduduk yang menetap atau tinggal di Wilayah ini sekitar 45 Ribu Jiwa. Pondok Labu dikenal sebagai wilayah Pinggiran Jakarta yang tidak pernah sepi. Hiruk Pikuk yang ada di Pondok Labu menjadikan Kawasan ini dikenal sebagai kawasan ramai. Terlebih lagi Kawasan ini memiliki beberapa tempat Penting seperti Sekolah, Kampus, Museum dan Beberapa Tempat penting lainnya. Kawasan ini juga dikenal dengan kawasan Pelajar karena Memiliki Sekolah dan Kampus yang tersebar di wilayah ini Seperti SD negeri 09 Pagi yang dahulu Menjadi salah Satu Sekolah yang terletak di Jalan H. Saleh. Selain itu ada SMP Negeri 85 Jakarta dan SMA Negeri 34 Jakarta yang merupakan sekolah Unggulan yang ada di Pondok Labu.


Gambar : SMP Negeri 85 Jakarta Salah satu Sekolah yang ada di Pondok Labu
Gambar SMAN 34 Jakarta Salah Satu Sekolah yang ada di Pondok Labu

Apabila ditelusuri Secara Historis, Pondok Labu Memiliki Sisi Sejarah yang menarik. Pondok Labu Adalah salah satu kawasan Terkenal pada era Kolonial Belanda. Namun sayang, Sisi historis dari Pondok Labu Jarang ditampilkan bahkan digali lebih dalam karena dinilai kurang penting dan alasan lainnya. Dalam Almanak tahun 1834, Pasar Simplicitas sudah eksis dan terkenal di daerah batavia.[1] Pasar ini terletak di sebelah Barat Land Ragoenan dan Sebelah Utara Land Tjinere. Setelah beberapa masa selanjutnya Pasar Simplicitas ternyata terbagi menjadi tiga wilayah yaitu Pondok Labu, Lebak Bulus dan Pasar Jumat.


Gambar : Peta Pasar Pondok Labu, Pasar Lebak bulus dan Pasar Jumat tahun 1914

Catatan Historis dimulai dengan adanya catatan mengenai nama Tanah Subur atau Landgoed Simplicitas atau dikenal selanjutnya sebagai Pasar Simplicitas sudah diberitakan pada tahun 1781.[2] Dalam catatan Leydse Courant pada tanggal 19 September 1782, Disebutkan Bahwa tanah Simplicitas sudah tersebar dari mulai Weltrevreden, Tjimanggis, Tjitajam, Depok, Srengseng dan Ragunan. Disini juga dijelaskan bahwa Tanah (Land) Simplicitas, Land Weltreveden, dan Land Tjimanggis dikelola dan dimiliki oleh seorag Janda dari Seorang Gubernur yaitu Almarhum Gubernur Petrus Albertus van der Parra.

Hak Waris pada saat itu diberikan pada Nyonya Adriana pada tahun 1781 dimana beliau mendapat 3 perkebunan yaitu Land Weltreveden, Land Tjimanggis dan Land Simplicitas. Namun pada 18 Februari 1787, Nyonya Adriana Wafat dan meninggalkan Warisan yang ia kelola dari mendiang suaminya Gubernur Albertus. Karena proses hak waris yang tidak mudah dan berlarut-larut, tidak diketahui secara pasti bagaimana nasib dari harta warisan yang ditinggalkan oleh Nyonya Adriana Johanna Bake. Akhirnya karena besarnya tanah Simplicitas ini, Pemerintah Hindia Belanda membagi wilayah ini menjadi dua yaitu Land Simplicitas dan Land Pondok Laboe.

Gambar : Land Simplicitas dan Land Tjinera

Pada tahun 1803, diketahui pondok lab dimiliki oleh Pieter Walback. Pada masa Pieter Walback Pasar Simplicitas yang dipugar atau dilakukan pemekaran menjadi Pasar Pondok Labu atau Land Pondok Laboe dikelola dan dikembangkan menjadi tempat Penggilingan padi dan juga peternakan. Selain itu, disini juga dibuatkan sebuah rumah Peristirahatan untuk tuan tanah beristirahan.[3]

Gambar : Tempat Penggilingan Padi di Land Pondok Labu

Gambar : Rumah Peristirahatan (Land Stadhuist) di Lebak Bulus

[1]Lihat Almanak Tahun 1834

[2] Lihat Leydse Courant 19 September 1782

[3] De Haan 1910,(1): 103)

Daftar Pustaka

Matua Harahap, Akhir. “Sejarah Jakarta (57): Sejarah Pasar Jumat di Land Simplicitas (Pondok Laboe dan Lebak Boeloes); Pusat Perdagangan di Westernweg”. Blog Poestaha Depok, 15 Juni 2019. Link : http://poestahadepok.blogspot.com/2019/06/sejarah-jakarta-57-sejarah-pasar-pondok.html

Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemprov DKI Jakarta. “Ensiklopedi : Pondok Labu”. https://jakarta.go.id/artikel/konten/3825/pondok-labu. Diakses pada 30 November 2020.

Gunawan, Restu.2010. “Toponim Jakarta dan Kepulauan Seribu : Kearifan Lokal dalam Penamaan Geografis.”. Jakarta : Direktorat Geografi Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Related posts