Penjelasan Atas 4 Pinjakan yang Digunakan dalam Kurikulum PAUD

PAUD

4 Pinjakan yang Digunakan dalam Kurikulum PAUD : Bunda Pendidik PAUD, dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), kurikulum memegang peran penting sebagai panduan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Kurikulum PAUD sendiri terdiri dari tiga tingkatan, yaitu mikro, meso, dan makro. Tingkatan mikro berkaitan dengan implementasi di lapangan, tingkatan meso terkait dengan kurikulum tingkat lembaga (KTSP), sedangkan tingkatan makro merupakan kurikulum tingkat nasional.

Penerapan kurikulum PAUD didasarkan pada empat standar PAUD, yaitu Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan (STPP), Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SPTP), Standar Isi, Proses, dan Penilaian (SIPP), serta Standar Sarana dan Prasarana, Pengelolaan, dan Pembiayaan (S2P3).

Dalam tulisan ini, kita akan membahas secara rinci mengenai empat pijakan yang menjadi dasar dalam menjadikan PAUD sebagai sumber belajar yang berkualitas.


A. Mendukung Mewujudkan Aktualisasi Potensi Anak Usia Dini (AUD):

Pertama-tama, pijakan pertama adalah mendukung mewujudkan aktualisasi potensi anak usia dini, sebagaimana dijabarkan dalam Standar PAUD (STPP: LPA, Dominan, TPP). STPP menetapkan standar tingkat perkembangan anak, fokus pada LPA (Lingkungan Pembelajaran Anak), Dominan (Dominasi Pembelajaran Anak), dan TPP (Tingkat Perkembangan Peserta Didik). Dengan memahami dan mengimplementasikan standar ini, lembaga PAUD dapat menjadi lingkungan yang mendukung penuh perkembangan potensi anak usia dini.

B. Mendukung Kesiapan Anak Mengikuti Pendidikan Lebih Lanjut (School Readiness):

Pijakan kedua adalah mendukung kesiapan anak mengikuti pendidikan lebih lanjut atau yang dikenal dengan istilah “school readiness”. Dalam konteks ini, PAUD berperan penting untuk menciptakan suasana pembelajaran yang merangsang minat anak dan membantu mereka mengembangkan keterampilan dasar. Dengan demikian, anak-anak akan lebih siap mengikuti pendidikan formal di tingkat selanjutnya.


C. Kesesuaian dengan Karakteristik Anak Indonesia (DAP Anak Indonesia):

Pijakan ketiga adalah kesesuaian dengan karakteristik anak Indonesia atau yang dikenal dengan Developmentally Appropriate Practices (DAP) anak Indonesia. Kurikulum PAUD harus dirancang dengan mempertimbangkan konteks budaya, sosial, dan psikologis anak Indonesia. Dengan memahami dan merespons karakteristik anak secara tepat, lembaga PAUD dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi perkembangan anak.

D. Materi Esensial yang Bermakna dan Fungsional untuk Anak (TFP: Terms, Facts, and Principles):

Pijakan terakhir adalah menyediakan materi esensial yang bermakna dan fungsional untuk anak, dengan memperhatikan konsep TFP (Terms, Facts, and Principles). Materi pembelajaran harus dirancang agar mudah dipahami oleh anak, sekaligus memberikan landasan pengetahuan yang kokoh. Dengan demikian, lembaga PAUD dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kognitif anak.

Penutup:

Dalam menjadikan lembaga PAUD sebagai sumber belajar yang berkualitas, keempat pijakan di atas menjadi landasan utama. Melalui penerapan kurikulum PAUD yang berfokus pada STPP, school readiness, DAP anak Indonesia, dan materi TFP, diharapkan bahwa PAUD dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap pembentukan karakter dan kesiapan anak usia dini untuk menghadapi pendidikan lebih lanjut. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pendidik PAUD. Terima kasih.