Khalifah Usman bin Affan : Biografi, Pengangkatan, Substansi dan Strategi

Khalifah Usman bin Affan : Biografi, Pengangkatan, Substansi dan Strategi

Wislahcom | Referensi | : Rasulullah Saw diutus ke dunia ini mempunyai dua tugas yang harus dilaksanakan yaitu: pertama, menyampakan risalah Allah Swt, yang dengannya beliau dipilih untuk menyampaikan kepada umat manusia. Dalam hal ini beliau seolah dipandang sebagai legislator syariat yang diberi mandat oleh Allah Swt. Kedua, menjadi imam kaum muslimin yang menyatukan mereka, mengajak dan mengarahkan mereka kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan, serta menjadi hakim pemutus berbagai persoalan diantara mereka berdasarkan hukum yang diwahyukan kepadanya, kemudian beliau menjadi pelaksana dari hukum-hukum tersebut. Dengan wafatnya beliau, maka tugas pertama telah usai, dan menjadi tanggung jawab para sahabatnya untuk meneruskan tugas yang kedua, menjadi imam kaum muslimin.

Para sahabat yang meneruskan perjuangan Rasulullah Saw dalam kepemimpinan umat islam disebut khalifah atau lebih dikenal dengan sebutan khulafaur Rasyidin dimulai dengan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Khalifah Umar bin Khathab, Khalifah Usman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga : Biografi Singkat Muhammad Rasyid Ridha


Simak penjelasan singkat tentang : Biografi Ustman bin Affan, Pengangkatan Usman bin Affan, Substansi dan strategi Usman bin Affan.

Biografi Ustman bin Affan

Usman bin Affan lahir di Makkah 5 tahun setelah Tahun Gajah, ada juga pendapat yang mengatakan beliau lahir di Thaif, usia Usman lima tahun lebih muda dari Rasulullah Saw. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu Rasulullah Saw pada Abdul Manaf.

Pada masa jahiliyah, Usman bin Affan termasuk manusia terkemuka di kabilahnya, beliau orang terkenal, hartawan, sangat pemalu, halus tutur bahasanya, dicintai dan sangat dihormati kaumnya. Usman bin Affan sama sekali belum pernah bersujud kepada berhala dan tidak pernah melakukan perbuatan keji. Sebelum masuk Islam pun beliau tidak pernah meminum khamr dan sejenisnya.

Usman sangat memelihara pandangannya, ia juga menguasai ilmu yang berkembang di Arab masa jahiliyah. Usman menekuni dunia perdagangan yang diwarisi dari ayahnya, sehingga hartanya dapat berkembang dan menempatkan posisinya dalam daftar tokoh-tokoh Bani Umayyah yang diperhitungkan di Suku Quraiys secara keseluruhan.

Usman bin Affan termasuk Assabiqqunal Awalun atas ajakan Abu Bakar. Rasulullah kemudian menikahkannya dengan putri beliau bernama Ruqayah. Ketika kaum musyrik Quarisy menyiksa kaum Muslimin, Usman hijrah bersama istrinya ke Habaysah kemudian kembali ke Makkah sebelum peristiwa hijrah ke Madinah.

Baca Juga : Biografi Singkat Omar Khayyam

Usman bin Affan menyaksikan seluruh peristiwa dan peperangan bersama Rasulullah Saw, kecuali perang Badar, karena saat perang Badar terjadi beliau sedang merawat Ruqayyah yang akhirnya meninggal seusai perang Badar. Setelah itu Rasulullah Saw menikahkannya dengan putrinya yang lain bernama Ummu Kultsum, itulah sebab mengapa Usman diberi gelar Dzunnurrain (pemilik dua cahaya).


Usman bin Affan terkenal sebagai sahabat yang sangat dermawan, pada peristiwa perang Tabuk di mana waktu itu umat Islam sangat membutuhkan biaya untuk mencukupi perlengkapan dan kebutuhan untuk berperang, Usman bin Affan menyumbangkan 940 unta dan enam puluh ekor kuda untuk menggenapi jumlah seribu. Usman juga menyumbangkan 10.000 dinar untuk membiayai pasukan usra (pasukan muslim dalam Perang Tabuk yang berarti pasukan dalam kesusahan). Usman telah banyak menginfakkan hartanya untuk dakwah Islam, termasuk waktu itu membeli sumur dengan hartanya, lalu mendermakannya kepada kaum muslimin.

Baca Juga : Biografi Singkat Seyyed Hossein Nasr

Pengangkatan Usman bin Affan

Akhir masa pemerintahan Umar bin Khathab diwarnai dengan penikaman yang dilakukan oleh Abu Lu’luah budak dari Mughirah bin Syu’bah. Setelah peristiwa penikaman itu Umar merasa ajalnya semakin dekat, maka ia meminta untuk menunjuk khalifah penggantinya. Metode pemilihan khalifah baru yang digagas oleh Umar bin Khathab adalah musyawarah yang dilakukan oleh orang-orang terbatas.

Umar bin Khathab memilih enam orang sahabat Rasulullah yang kesemuanya pantas untuk menjadi pemimpin. Umar juga menetapkan cara pemilihan, masanya, jumlah suara yang cukup untuk memilih khalifah, keputusan majlis, cara pemilihan ketika suara imbang, dan memerintahkan kepada para pasukan untuk mengawasi jalannya pemilihan, mencegah kekacauan dengan cara tidak memperbolehkan orang yang tidak berkepentingan untuk masuk atau mendengar pembahasan majlis. Majlis ini dikenal dengan Ahhlul Halliwal-Aqdi. Enam orang sahabat ini terdiri dari: Ali bin Abi Thalib, Utman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Khalifah Umar bin Khathab menggabungkan antara menentukan calon khalifah sebagaimana dilakukan Abu Bakar dan antara tidak menentukan sebagaimana dilakukan Rasulullah Saw. Umar menentukan enam orang dan meminta mereka untuk menentukan siapakah yang dipilih menjadi khalifah di antara mereka. Setelah bermusyawarah di antara ke enam sahabat maka terpilihlah Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Usman bin Affan dibai’at menjadi khalifah pada hari Senin 28 Dzulhijjah tahun 23 H, dan mulai menjalankan tugas kekhalifahannya pada bulan Muharam tahun 24 H. Usman bin Affan wafat pada 18 Dzulhijjah tahun 35 H bertepatan dengan 20 Mei 656 M setelah menjadi khalifah selama kurang lebih 12 tahun.

Baca Juga : Biografi Singkat Sigmund Freud

Substansi dan strategi Usman bin Affan

Selama kurang lebih 12 tahun masa pemerintahannya banyak terjadi gejolak internal terutama separuh terakhir masa pemerintahannya. Beberapa hal yang terjadi dan menjadi strategi kepemimpinan Usman bin Affan:

  • Perluasan wilayah Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak terus dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang terencana secara cermat. Beberapa wilayah berhasil dikuasai meliputi Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhoders dan bagian yang tersisa dari Persia.
  • Pembukuan al-Qur’an Pada masa Usman terjadi perselisihan mengenai cara baca al-Qur’an, Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca al-Qur’an. Cara baca inilah yang secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Untuk itu setelah pembukuan al-Qur’an selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam, Yaman, Kuffah, Basrah dan Makkah. Satu mushaf disimpan di Madinah. Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Usmani. saat itu Usman mengharuskan umat Islam untuk menggunakan al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar, dengan demikian perselisihan berhasil dihindari.

Related posts