Khalifah Ali bin Abi Thalib : Biografi, Pengangkatan, Substansi dan Strategi

Khalifah Ali bin Abi Thalib : Biografi, Pengangkatan, Substansi dan Strategi

Wislahcom | Referensi | : Rasulullah Saw diutus ke dunia ini mempunyai dua tugas yang harus dilaksanakan yaitu: pertama, menyampakan risalah Allah Swt, yang dengannya beliau dipilih untuk menyampaikan kepada umat manusia. Dalam hal ini beliau seolah dipandang sebagai legislator syariat yang diberi mandat oleh Allah Swt. Kedua, menjadi imam kaum muslimin yang menyatukan mereka, mengajak dan mengarahkan mereka kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan, serta menjadi hakim pemutus berbagai persoalan diantara mereka berdasarkan hukum yang diwahyukan kepadanya, kemudian beliau menjadi pelaksana dari hukum-hukum tersebut. Dengan wafatnya beliau, maka tugas pertama telah usai, dan menjadi tanggung jawab para sahabatnya untuk meneruskan tugas yang kedua, menjadi imam kaum muslimin.

Para sahabat yang meneruskan perjuangan Rasulullah Saw dalam kepemimpinan umat islam disebut khalifah atau lebih dikenal dengan sebutan khulafaur Rasyidin dimulai dengan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Khalifah Umar bin Khathab, Usman bin Affandan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Simak penjelasan singkat tentang : Biografi Ali bin Abi Thalib, Pengangkatan Ali bin Abi Thalib, Substansi dan Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib.


Biografi Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib lahir pada hari Jumat 13 Rajab tahun 600 M di kota Makkah. Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib ibn Abdil Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrahi bin Ka’ab ibn Lu’ay. Ali bin Abi Thalib termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwaluun dari kalangan anak-anak. Sejak kecil beliau diasuh oleh Rasulullah Saw, oleh sebab itu beliau terdidik dalam kesempurnaan akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji.

Pada awal dakwah Rasulullah Saw, Ali selalu mengikuti kemanapun Rasulullah Saw pergi termasuk ketika harus sembunyi-sembunyi melakukan sholat di lembah-lembah Makkah. Ali juga rela mempertaruhkan jiwanya untuk Rasulullah Saw ketika pada malam hijrah ke Yasrib beliau menggantikan tidur di pembaringan Rasulullah Saw.

Dari segi keilmuan, Ali bin Abi Thalib termasuk ulama dan hakim terkemuka di kalangan sahabat, hingga salah satu gelar yang disematkan kepadanya adalah babul ilmi (pintunya ilmu). Para sahabat senior banyak yang berkonsultasi kepada Ali mengenai masalah-masalah keilmuan yang mereka hadapi, keluasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Ali tidak diragukan lagi.

Dalam sebagian besar perang Rasulullah Saw, ia selalu bertugas membawa panji-panji perang. Keberanian, kepahlawanannya, dan kepiawaiannya tak ada tandingannya sehingga diberi julukan asadullah (singa Allah). Ali ikut serta dalam perang Badar maupun perang-perang lainnya, hanya saja pada peristiwa perang Tabuk, Ali tidak ikut serta karena mendapat tugas dari Rasulullah Saw untuk menjaga keluarga beliau dan menggantikannya memimpin kota Madinah.


Sepeninggal Rasulullah Saw, Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Meskipun tegas dan keras dalam setiap pertempuran, tetapi beliau memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Beliau tak segan-segan menyedekahkan makanan yang seharusnya diperuntukkan bagi keluarganya. Ketika Abu Bakar, Umar bin Khathab dan Usman bin Affan menjadi khalifah, mereka tak segan untuk meminta pendapat dari Ali tentang suatu persoalan dan sebelum mengambil suatu tindakan.

Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Ketika terjadi pengepungan atas khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak, Ali bin Abi Thalib meminta dua orang putranya Hasan dan Husain untuk menjaga khalifah Usman, namun akhir dari pengepungan itu adalah meninggalnya Usman bin Affan.

Pasca peristiwa itu, para sahabat berkumpul dan mengutarakan pendapat mereka kepada Ali bin Abi Thalib,“Usman telah tiada dan umat membutuhkan pemimpin, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang pantas menjadi pemimpin umat Islam selain engkau, dan tak ada juga seorangpun yang lebih senior dalam Islam dan lebih dekat dengan Rasulullah Saw selain engkau”. Ali menolak penunjukan itu, dan beliau belum mengambil tindakan apapun.

Sementara keadaan semakin kacau dan menghawatirkan sehingga Ali ragu-ragu untuk mengambil keputusan dan tindakan. Mereka terus mendesak Ali untuk bersedia menjadi khalifah dan mengingatkan keadaan yang lebih buruk akan terjadi jika Ali tidak bersedia menjadi khalifah. Akhirnya Ali bin Abi Thalib bersedia dan di bai’at menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni tahun 656 M di Masjid Nabawi.

Setelah bai’at terlaksana, Ali pun berpidato dan berpesan kepada kaum muslimin “Allah telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk untuk membedakan yang baik dari yang buruk. Karena itu, lakukanlah kebaikan dan tinggalkan keburukan”.

Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib penuh dengan gejolak, hal ini dipicu oleh konflik internal yang muncul silih berganti, sehingga menghambat pemerintahannya. Gejolak ini juga yang mengakibatkan pada subuh tanggal 17 bulan Ramadhan 40 H Ali bin Abi Thalib ditikam oleh Ibnu Muljam, pada 20 Ramadhan beliau meninggal dan dimakamkan di Kufah. Beliau meninggal dalam usia 63 tahun dan menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan.

Substansi dan Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib

Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib yang singkat dihabiskan untuk meredam beberapa pemberontakan yang terjadi. Ada dua pemberontakan yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan perang Jamal (antara Ali dan Aisyah) dan perang Siffin (antara Ali dan Muawiyah). Beberapa strategi dan ketetapan Ali bin Abi Thalib :

  • Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman, kemudian mengirim kepala daerah baru yang akan menggantikan mereka.
  • Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Utsman kepada kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Utsman kepada siapa pun yang tidak beralasan diambil kembali untuk dikuasai Negara

Related posts