Wislah.com : Tahukah kamu amalan apa yang sangat dianjurkan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan? Jawabnya adalah i’tikaf. Oleh karena itu, biasanya kaum muslimin pada hari-hari itu banyak yang berada di masjid dengan penuh kekhusyukan dengan niat i’tikaf.
I’tikaf merupakan salah satu sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Lalu apakah i’tikaf hanya dianjurkan pada akhir bulan Ramadhan saja? Saat kita masuk masjid kemudian shalat tahiyyatul masjid, lalu setelah shalat duduk dengan tenang, apakah itu bisa disebut i’tikaf? Tahukah kamu apa manfaat dan hikmah i’tikaf bagi kehidupan kita? Sikap positif apa saja yang bisa kita ambil dan terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari? Nah, kamu tentu tertarik bukan untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut?
Simak uraian tentang : Pengertian I’tikaf, Hukum I’tikaf, Rukun I’tikaf, Syarat I’tikaf, Hal-Hal yang Membatalkan I’tikaf, Hal-Hal Diperbolehkan Ketika I’tikaf, Amalan-Amalan yang Dianjurkan Ketika I’tikaf, dan Hikmah I’tikaf
Pengertian I’tikaf
I’tikaf berasal dari Bahasa Arab yang berarti tinggal, menetap, atau berdiam diri di suatu tempat. Sedangkan menurut istilah, i’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid untuk beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara tertentu.
Hukum I’tikaf
Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum asal melaksanakan i’tikaf adalah sunnah. Namun hukum ini bisa berubah menjadi wajib jika seseorang bernadzar untuk melaksanakannya. Meskipun demikian, ada perbedaan pendapat di antara para ulama tentang tingkat kesunnahannya. Madzhab Asy-Syafi’iyah memandang semua i’tikaf itu hukumnya sunnah muakkadah, kapan saja dilakukan. Namun bila dilakukan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, level kesunnahannya lebih tinggi lagi.
Tahukah kamu mengapa para ulama fikih tidak berpandangan bahwa hukum melaksanakan i’tikaf adalah wajib, padahal Rasulullah Saw senantiasa melaksanakannya setiap tahun terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan? Para ulama berargumentasi bahwa Rasulullah Saw memang tidak mewajibkan seluruh sahabatnya untuk melakukan i’tikaf. Pada saat beliau Saw beri’tikaf, memang ada sebagian sahabat yang ikut beri’tikaf bersama beliau, namun sebagian yang lain tidak ikut.
Baca Juga : Puasa Ramadhan
Rukun I’tikaf
Pada waktu kita beri’tikaf, ada dua rukun yang harus diperhatikan, yaitu:
Niat, yaitu menyengaja untuk beri’tikaf
Jumhur ulama di antaranya madzhab al-Malikiyah, asy-Syafi‟iyah dan al-Hanabilah sepakat menetapkan bahwa niat adalah bagian dari rukun i’tikaf. Sedangkan madzhab Al-Hanafiyah menempatkan niat sebagai syarat i’tikaf dan bukan sebagai rukun. Fungsi dari niat ketika beri’tikaf ini antara lain:
- Untuk menegaskan spesifikasi ibadah i’tikaf dari sekedar duduk ngobrol di dalam masjid. Orang yang sekedar duduk menghabiskan waktu di masjid, statusnya berbeda dengan orang yang niatnya mau beri’tikaf. Meski keduanya sama-sama duduk untuk berbincang-bincang, namun yang satu mendapat pahala i’tikaf, yang satunya tidak mendapat pahala i’tikaf.
- Menegaskan hukum i’tikaf itu sendiri, apakah termasuk i’tikaf yang wajib seperti karena sebelumnya sempat bernadzar, ataukah i’tikaf yang hukumnya Sunnah.
Berdiam diri di masjid, sekurang-kurangnya selama tuma’ninah shalat.
Baca Juga : Sholat Tarawih
Syarat I’tikaf
- Islam
- Baligh/Mumayyiz
- Berakal sehat
- Suci dari haid dan nifas
- Suci dari hadas besar (janabah)
Hal-Hal yang Membatalkan I’tikaf
- Berhubungan suami-istri (bersetubuh)
- Keluar sperma
- Gila
- Mabuk yang disengaja
- Murtad (keluar dari agama Islam)
- Haid
- Nifas
- Keluar masjid tanpa uzur
- Keluar masjid untuk memenuhi kewajiban yang bisa ditunda
Hal-Hal Diperbolehkan Ketika I’tikaf
- Keluar masjid untuk keperluan yang tidak bisa ditunda (buang hajat, keluar dalam urusan ketaatan)
- Menyisir rambut dan merapikannya
- Membawa kasur dan perlengkapan lainnya ke masjid
- Makan dan minum di dalam masjid dengan tetap memelihara dan menjaga kebersihan dan kemuliaan masjid
- Menerima tamu dan mengantarkannya ke pintu masjid
Amalan-Amalan yang Dianjurkan Ketika I’tikaf
- Memperbanyak shalat saat i’tikaf amat dianjurkan. Sebab, shalat merupakan seutama-utamanya ibadah dan paling besar pahalanya.
- Memperbanyak membaca al-Qur’an. Dengan membaca al-Qur’an hati akan menjadi tenang dan jiwa menjadi tentram. Terlebih, pahala membaca al-Qur’an juga amat besar. Orang banyak membaca al-Qur’an mandapat jaminan untuk mendapatkan syafaat di hari akhir kelak.
- Orang yang beri’tikaf dianjurkan untuk memperbanyak zikir. Tentu saja, yang diutamakan adalah amalan-amalan yang disyariatkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw, seperti: bertasbih, takmid, tahlil, istighfar, dan sebagainya. Menurut para ulama, zikir merupakan salah satu ibadah khusus untuk bertaqarub kepada Allah Swt.
- Amalan lainnya yang dianjurkan bagi orang yang beri’tikaf adalah memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Saw. Allah Swt telah memerintahkan kepada kita untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Bershalawat menjadi salah satu sebab turunnya rahmat Allah Swt.
- Mengurangi hubungan dengan orang banyak. Pada saat i’tikaf dianjurkan untuk mengurangi hubungan dengan orang banyak, agar lebih fokus pada ibadah yang kita lakukan.
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa bangun (untuk beribadah) pada dua malam Id dengan mengharapkan pahala dari Allah, maka Allah tidak akan mematikan hatinya pada saat dimatikannya semua hati.”
Baca Juga : Status WA Puasa
Hikmah I’tikaf
Ada banyak kebaikan yang bisa kita dapatkan dari i’tikaf. Ibadah ini tentu tidak hanya sekedar berdiam diri di masjid saja, melainkan ada banyak hal yang dapat menginspirasi dan memberikan makna dalam kehidupan kita. Hikmah yang dapat kita ambil dari ibadah i’tikaf antara lain:
- Menghidupkan kembali hati dengan selalu melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah Swt
- Meningkatkan daya tahan tubuh, karena i’tikaf dapat membawa ketenangan jiwa dan batin, dengan demikian akan mengalirkan energi positif yang bermanfaat untuk tubuh kita
- Evaluasi diri dengan merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal positif yang akan dilakukan di hari esok (muhasabah)
- Mendatangkan ketenangan, ketentraman hati
- Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah Swt, amalan-amalan kita akan diangkat dengan rahmat dan kasih sayang-Nya
- Menjauhi sejenak hiruk pikuk kehidupan dunia dan fokus beribadah untuk bekal kehidupan akhirat.