Wislah.Com : Sebuah penelitian tentang sejarah Hadist Nabi Muhammad SAW sudah banyak dilakukan, termasuk yang menghubungkannya dengan geo-politik yang terjadi pada setiap fase sejarah.
Salah satu penelitian yang membahas hal di atas, adalah Novizal Wendry, Abdul Majid, dan Susilawati, dalam Jurnal Ulul Albab UIN Malang, yang berjudul “Kufan Hadith Transmitters And Geopolitics In Early Period Of Islam”.
Penelitian yang menggunakan pendekatan sejarah, mengungkap sejarah panjang periwayatan hadist dan berbagai gejolak politik yang melingkarangi proses periwayatan.
Dengan beberapa kitab primer menjadi rujukannya, yaitu : Kitâb al-Tabaqât al-Kabîr fî al-Kûfiyyîn karya Ibn Sa‘d (230/845), Kitâb Futûh al-Buldân karya al-Balâdhûrî (278-279/892), Târîkh alTabarî karya al-Tabarî (310/923), Murûj al-Dhahab karya al-Mas‘ûdî (345/956), Mu‘jam al-Buldân karya al-Hamawî (626/1229), dan al-Kâmil fî al-Târîkh karya Ibn al-Athîr (630/1233).
Salah satu temuan yang menarik, sekaligus sebagai kesimpulan dari riset ini adalah “Gejolak politik yang terjadi di Kufah mempengaruhi kecenderungan politik hadis-hadis tertentu. Hal ini dapat dibuktikan dalam kandungan (matn) hadits yang diriwayatkannya. Al-Mughîrah ibn Shu‘bah misalnya, meriwayatkan sebuah hadits yang memuji penguasa di satu sisi dan mendiskreditkan oposisi di sisi lain. Dia adalah Gubernur Kufah yang diangkat oleh Mu’âwiyah, ikut mencela ‘Ali di ruang publik Kufah seperti dalam Khutbah Jumat. Temuan ini merekomendasikan peneliti selanjutnya untuk meneliti otentisitas pengamat hadis yang diduga memiliki kecenderungan politik tertentu.”
Sumber : Kufan Hadith Transmitters And Geopolitics In Early Period Of Islam