Biografi Singkat Syaikh Nawawi Al-Bantani : Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran

Biografi Singkat Syaikh Nawawi Al-Bantani : Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran

Biografi Singkat Syaikh Nawawi Al-Bantani | Profil Syaikh Nawawi Al-Bantani | Pendidikan Syaikh Nawawi Al-Bantani | Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani | Pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani | Wislahcom | Referensi |

Profil Syaikh Nawawi Al-Bantani

Syaikh Nawawi Al-Bantani lahir di Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten, Provinsi Banten pada tahun 1230 H (1814 M). Al-Bantani merupakan putra kedua dari KH. Umar, ulama yang memimpin masjid dan pendidikan Islam (pesantren) di Tanara. KH. Umar adalah keturunan dari Maulana Malik Hasanuddin, sultan Banten yang pertama. Al-Bantani merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Sementara itu, Maulana Syarif Hidayatullah merupakan keturunan dari putra Maulana Hasanuddin yang bernama Pangeran Sunyararas (Tajul Arasy).

Mengenai riwayat pendidikan Al-Bantani, H. Rafiuddin menyatakan ia termotivasi oleh pernyataan Imam Syafi’i dalam salah satu syairnya. Dari sanalah, Al-Bantani termotivasi untuk mencari berbagai macam ilmu agama, diantaranya ilmu hadis, ilmu tafsir, dan ilmu fiqh; baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Al-Bantani bersama saudaranya, Tamim dan Ahmad, berguru kepada ayahnya. Setelah itu, belajar kepada Kiai Sahal di Banten. Tidak lama kemudian Al-Bantani bersama saudaranya menunaikan ibadah haji di Mekah dan menetap selama 3 tahun yang mereka pergunakan untuk menuntut ilmu agama kepada guru ulama di sana.


Dengan pengetahuan yang cukup komprehensif mengenai ilmu agama, Al-Bantani kemudian berkiprah dalam bidang pendidikan dan pengajaran di Mekkah. Antara lain ia mengajar di Masjid Al-Haram dan di rumahnya sendiri. Ia mempunyai banyak murid yang di antaranya berasal dari Malaysia, Muangatai, Philipina, Pakistan, Afrika, dan Arab Saudi.

Selain mengajar, ia juga aktif menulis buku dalam berbagai disiplin ilmu. Namanya pun semakin dikenal, bahkan masuk ke dalam kamus bahasa Arab, Al-Munjid karya tulis Nasrani. Karena kedalaman ilmu dan amalnya serta pengabdiannya terhadap Islam, ia mendapatkan beberapa gelar kehormatan, diantaranya Sayyid Ulama Al-Hizaz.

Pendidikan Syaikh Nawawi Al-Bantani

Terdapat dua tempat yang berbeda ketika Syekh Nawawi menimba ilmu pada guru-gurunya, yaitu di tanah Jawa dan di Mekah. Pendidikan di bawah bimbingan beberapa Ulama di Jawa, yaitu:

  • KH.Umar Ibn Arabi (w. 1876), merupakan ayah Syekh Nawawi sendiri. Ia adalah ulama besar yang diangkat oleh pemerintah kolonial sebagai seorang penghulu Tanara. Umar ibn Arābi memberikan pengajaran bahasa Arab dan dasar-dasar hukum Islam kepada Syekh Nawawi yang ketika itu masih berusia lima tahun. Ia wafat di Tanara tahun 1826 M ketika Syekh Nawawi berusia 14 tahun.
  • Kiai Sahal Lopang Cilik Serang (w. Ca. 1870).
  • Haji Raden Yusuf Purwakarta, merupakan salah satu guru Syekh Nawawi yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan sejarah Purwakarta– Karawang.

Pendidikan di bawah bimbingan para ulama di Mekah, Yaitu:

  • Syekh Ahmad Khatib Sambas Nama lengkap ulama ini adalah Ahmad, Abd Ghaffar, Abdallah, Muhammad Sambas. Ia lahir di Sambas, Kalimantan barat pada Tahun 1217 H / 1802 M.
  • Syekh Ahmad al-Nahrawi (w. 1346 / 1972) Syekh Ahmad al-Nahrawi mengarang sebuah kitab bidang teologi, al-Durr al-Farīd. Syekh Nawawi, yang cemas dengan gejala umum bahwa Umat Islam umumnya tidak mengetahui rukun-rukun iman dengan baik, berpendapat bahwa keimanan harus didasarkan pada pengetahuan mendalam tentang rukun iman ini. Dalam al-Durr al-Farīd Syekh Ahmad al-Nahrawi mendiskusikan rukun iman tersebut dalam cara yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh kalangan awam. Struktur pembahasan al-Durr al-Farid sama dengan pembahasan Ummi al-Barāhin. Dua puluh sifat Tuhan didiskusikan satu per satu bersama dengan dalil-dalilnya. Karya ini diberi syarah (penjelasan) oleh Syekh Nawawi dalam karyanya Fath al-Majīd.
  • Sayyid „Abd Allah bin Salih Zawawi (w. 1343 / 1924)
  • Syekh „Abdul Ghani Bima.
  • Shaykh Ahmad bin Zayd.
  • Shaykh Yusuf al-Sunbulaweni (w. Ca. 1867).
  • Abdul Hamīd al-Daghistani al-Shanawani (w. 1884).
  • Shaykh Ahmad al-Dimyati (w. 1270 / 1853).
  • Ahmad bin Zayni Dahlan (w. 1304 / 1886).
  • Muhammad Khātib Duma al-Ḥanbali.
  • Sayyid Ahmad al-Marsafi al-Masri.

Karya Syaikh Nawawi Al-Bantani

Syekh Nawawi al-Bantani adalah salah satu tokoh ulama abad ke-19 dari Nusantara yang produktif dalam menghasilkan sebuah karya. Karya-karya Syekh Nawawi dijadikan bahan kajian dan diskusi ilmiah di berbagai lembaga. Syekh Nawawi menulis 40 karya yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Empat puluh karya tulisnya mendiskusikan hampir semua aspek ajaran Islam: tata bahasa Arab, fikih, ushul fikih, teologi, tasawuf, tafsir, hadits, dan lain-lain). Wajar jika seorang orientalis Belanda paling terkenal di zamannya menjuluki Syekh Nawawi sebagai seorang yang paling alim dari Indonesia dan paling produktif.


Akan tetapi karya-karya Syekh Nawawi yang telah mendapat pengakuan secara umum, baik pengakuan dari muslim dan non-muslim dan mereka telah mempublikasikannya secara umum pada tahun 1859 M di Mesir sebanya empat belas kitab. Diantara Non-muslim, seorang Kristen Mesir, Yusuf Alian Sarkis telah mengakui karya-karya Nawawi al-Bantani sebanyak tiga puluh judul buku. Tetapi menurut para peneliti Syekh Nawawi karya beliau tidak kurang lebih dari seratus judul kitab. Dan beberapa karya Syekh Nawawi tersebut terbagi kedalam beberapa bidang ilmu keislaman :

  • Bidang Ilmu Kalah/Tauhid
    • Fathu Al-Majīd „Ala Syarh Al-Dar Al-Farīd Fī AlTauhīd Li Syaikh Ahmad Nahrawi (1292 H).
    • Tijān Al-Darȗrī: Syarh Al-Bajȗri Fī Al-Tauhīd (1301 H).
    • Al-Nahjad Al-Jadīlah (1303 H).
    • Zari‟at al-Yaqīn Ala Ummi al-Barahīn (1307 H).
  • Bidang Ilmu Fiqih
    • Qut Al-Habīb Tawsyaikh „Ala Syarh Fath Al-Qarīb AlMujīb (1314 H).
    • Sulām Al-Munajāt Syarh Safīnah As-Salāh (1297 H).
    • Al-„Aqdu Al-Samīn Syarh Manzumah Al-Sittīn Mas‟alah (1300 H).
    • Uqȗd Al-Lujain Fī Al-bayani Huqȗq Al-Jauzain (1297 H).
  • Bidang Ilmu Akhlak/Tasawuf
    • Misbāh Al-Zulam Ala Manhaj Al-Atam Fī Tabwib AlHukm (1314 H).
    • Marāqi Al-„Ubudiyah Syarh „Ala Matni Bidāyah AlHidāyah (1314 H).
  • Bidang Sirah Nabawiyah
    • Al-Ibrīz Al-Dani Fī Maulīd Sayyidina Muhammad AlSayyid Al-„Adāni (1299 H).
    • Bugyah Al-„Awām Fi Syarh Maulidi Sayyid Al-Anām (1299 H).
    • Fath Al-Shamad Syarh Maulid Al-Nabawi (1292 H).
  • Bidang Bahasa Arab/Sastra Arab
    • Fath Al-Gharīr Al-Khatiyah Syarh Nazam Al-Jurumiah (1298 H).
    • Al-Fushush Al-Yaqutiyah Ala Rawdah Al-Bahiyah Fī Al-Abwāb Tasrifiyah (1292 H).
  • Bidang Tafsir dan Hadits
    • Tanqīh Al-Qawi Al-Hadits Syarh Lubāb Al-Hadits Li Jalāl Al-Dīn Al-Suyȗtī (T.T).
    • Marāh Labīd Tafsīr Al-Nawawi Al-Tafsīr Al-Munīr Li Ma‟alīm Al-Tanzīl (1305 H).

Pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani

Ajaran Syaikh Muhammad Nawawi terlihat pada buku-bukunya yang mencangkup hampir semua aspek ajaran Islam, khususnya tauhid, fiqh dan tasawwuf. Ini berarti bahwa dalam pandangannya, islam merupakan panduan ketiga bidang ajaran ini dan beliau tidak menekankan satu bidang ajaran melebihi bidang ajaran yang lain. Karena itu orang Islam beriman kepada Allah, lalu melaksanakan ibadah (hubungan vertikal manusia dengan Tuhan) dan muamalah (hubungan horisontal manusia dengan sesamanya dan makhluk padaumumnya, termasuk tumbuh-tumbuhan dan binatang) dan memiliki akhlak yang mulia sebagai esensi ajaran tasawufnya.

Pandangan keagamaan seperti itu sebenarnya bukan khas pandangan Syaikh Muhammad Nawawi sendiri, tetapi merupakan pandangan ulama sunni pada umumnya, yaitu bahwa ajaran tasawwuf tidak berdiri sendiri dan hanya merupakan bagian dari ajaran islam pada umumnya. Dalam beberapa tulisannya seringkali Syaikh Muhammad Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut teologi Asy’ari (al- Asyari al-I’tiqodiy). Karya-karyanya yang banyak dikaji di Indonesia di bidang ini diantaranya Fath ai-Majid, Tijan al-Durari, Nur al Dzulam, al-Futuhat al- Madaniyah,al-Tsumar al-Yaniah, Bahjat al-Wasail, Kasyifat as-Suja dan Mirqat al-Su’ud.

Sejalan dengan prinsip pola fikir yang dibangunnya, dalam bidang teologi Syaikh Muhammad Nawawi mengikuti aliran teologi Imam Abu Hasan al-Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Sebagai penganut Asyariyah Syekh Muhammad Nawawi banyak memperkenalkan konsep sifa-sifat Allah. Seorang muslim harus mempercayai bahwa Allah memiliki sifat yang dapat diketahui dari perbuatannya (His Act), karena sifat Allah adalah perbuatan-Nya.

Dia membagi sifat Allah dalam tiga bagian : wajib, mustahil dan mumkin. Sifat Wajib adalah sifat yang pasti melekat pada Allah dan mustahil tidak adanya, dan mustahil adalah sifat yang pasti tidak melekat pada Allah dan wajib tidak adanya, sementara mumkin adalah sifat yang boleh ada dan tidak ada pada Allah. Meskipun Nawawi bukan orang pertama yang membahas konsep sifatiyah Allah, namun dalam konteks Indonesia Nawawi dinilai orang yang berhasil memperkenalkan teologi Asy’ari sebagai sistem teologi yang kuat di negeri ini.

Sementara di bidang fikih tidak berlebihan jika Syeikh Muhammad Nawawi dikatakan sebagai “obor” mazhab Imam Syafi’I untuk konteks Indonesia.28 Melalui karya-karya fiqhnya seperti SyarhSafinat al-Naja, Syarh Sullam al-Taufiq, Nihayat al-Zain fi Irsyad al-Mubtadi’in dan Tasyrih ala Fathul Qarib, sehingga KH. Nawawi berhasil memperkenalkan madzhab Syafi’i secara sempurna. Dan, atas dedikasi KH. Nawawi yang mencurahkan hidupnya hanya untuk mengajar dan menulis mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan.

Hasil tulisannya yang sudah tersebar luas setelah diterbitkan di berbagai daerah member kesan tersendiri bagi para pembacanya. Pada tahun 1870 Para Ulama Universitas al-Azhar Mesir pernah mengundangnya untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum diskusi ilmiyah. Mereka tertarik untuk mengundangnya karena nama KH. Muhammad Nawawi sudah dikenal melalui karya-karyanya yang telah banyak tersebar di Mesir.

Related posts