Biografi Singkat Imam Mawardi : Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran

Biografi Singkat Imam Mawardi : Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran

Biografi Singkat Imam Mawardi | Profil Imam Mawardi | Pendidikan Imam Mawardi | Karya Imam Mawardi | Pemikiran Imam Mawardi | Wislahcom | Referensi |

Profil Imam Mawardi

Al-Mawardi mempunyai nama lengkap Abu al-Hasan Ali bin Muhammad bin Habib al-Mawardi al-Bashri. dia dilahirkan di kota Bashrah pada tahun 364 H atau 975 M, dan wafat pada usia delapan puluh enam tahun tepatnya pada tanggal 30 Rabiul Awwal 450 H atau 27 juni 1085 M di kota Baghdad. Sebutan “al-Mawardi” disematkan kepadanya disebabkan ia memiliki kepandaian serta kecerdasannya dalam berpendapat, berdebat, berorasi, dan sekaligus mempunyai keakuratan dalam menganalisis setiap masalah yang dihadapinya. Sedangkan gelar atau julukan “al-Bashri” ditetapkan terhadap tempat kelahirannya, yaitu Basrah.

Seperti mana halnya para tokoh pemikiran Muslim pada umumnya, sejak masa-masa awal perkembangannya al-Mawardi juga telah melewati etape pendidikan. Pada awalnya di Basrahlah tempat al-Mawardi menuntut ilmu. Di wilayah negara Islam, Basrah tergolong sebagai salah satu sentral ilmu pengetahuan dan pendidikan pada saat itu. Namun al-Mawardi pada akhirnya keluar dari Basrah dan melanjutkan studinya di Universitas al-Zafrani di Baghdad dikarenakan ia masih belum puas dengan ilmu yang ia punya, dan pada akhirnya juga kota Baghdadlah yang dipilihnya menjadi tempat tinggal dan mengajar di sana selama beberapa tahun. Di kota ini juga al-Mawardi menyelesaikan waktunya untuk menulis beberapa buku dalam berbagai macam aspek.


Al-Mawardi kemudian bergaul serta berguru kepada sebagain ulama termasyhur di Baghdad pada saat itu untuk mendalami berbagai macam disiplin keilmuan khususnya yang berhubungan dengan ilmu-ilmu keislaman. Diantara gurunya adalah al-Hasan bin Ali al-hambali, Ja’far in Muhammad in al-Fadhl al-Baghdadi, dan Abu Hamid al-Isfirayini. Diantara guru-guru al-Mawardi di atas, Abu Hamid al-Isfirayini lah guru yang sangat berpengaruh dalam diri al-Mawardi serta padanya ia mempelajari mazhab Syafi’i dalam kuliah yang rutin dilaksanakan di salah satu masjid yang dikenal dengan nama Masjid Abdullah ibn alMubarak di Baghdad. Sedangkan teologi Sunni merupakan teologi yang dipercayai oleh al-Mawardi. Di sebabkan mayoritas dari gurunya berasal dari golongan sunni, maka sunni merupakan corak pemikirannya. Al-Mawardi merupakan sosok seseorang yang tidak sedikitpun merasa puas terhadap ilmu, ia selalu memperdalam ilmu pengetahuan dengan cara berganti-ganti dari guru yang satu ke guru yang lainnya. Pada saat itulah talenta dan kemampuannya pada fikih politik (fikih siyasah) mulai mencolok.  

Dalam aspek inilah, ia menyusun karya yang terkenal yaitu al-Ahkam al-Sultaniyyah. Adapun karya-karyanya yang lain, seperti Qawanin al-Wizarah wa Siyasat al-Mulk, Adab al-Dunya wa al-Din, alHawi al-Kabir, dan al-Iqna. Disamping itu banyak diantara para ulama terkenal yang menjadi muridnya, karena ia juga menjadi pengajar. Diantaranya; Abu al-Ainain Kadiri dan Abu Bakar al-Khattib. Selain mengajar, mengarang merupakan aktivitas ilmiyah yang digelutinya. Ia banyak mewariskan kitab-kitab berharga dalam berbagai macam aspek, seperti ushul fikih, fikih, hadits, tafsir, serta fikih siyasah. Dalam bidang fikih siyasah al-Mawardi sangat berpengaruh dan bahkan dalam bidang ini pemikirannya sering dijadikan referensi utama untuk ilmu politik dan pemerintahan menurut fikih Islam sampai sekarang ini.

Pendidikan Imam Mawardi

Riwayat pendidikan al-Mawardi dihabiskan di Baghdad saat Baghdad menjadi pusat peradaban, pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ia mulai belajar sejak masa kanak-kanak tentang ilmu agama khususnya ilmu-ilmu hadits bersama teman-teman semasanya, seperti Hasan bin Ali al-Jayili, Muhammad bin Ma’ali al-Azdi dan Muhammad bin Udai al-Munqari Dalam Sejarah pendidikannya, pada masa-masa Awal, Al-Mawardi menempuh pendidikan di negeri kelahirannya sendiri, yaitu Bashroh.

Di kota tersebut Al-Mawardi sempat mempelajari hadits dari beberapa ulama terkenal seperti Al-Hasan Ibnu Ali Ibnu Muhammad Ibn Al-Jabaly, Abu Khalifah Al- Jumhy, Muhammad Ibn ‘Adiy Ibnu Zuhar Al-Marzy, Muhammad Ibnu Al-Ma’aly Al-Azdy serta Ja’far bin Muhammad Ibn Al-Fadl Al-Baghdadi. Menurut pengakuan muridnya, Ahmad Ibn Ali Al-Khatib, bahwa dalam bidang Al-Hadits, Al-Mawardi termasuk tsiqah .

Setelah mengenyam pendidikan dikota kelahirannya, ia pindah ke Baghdad dan bermukim di Darb Az-Za’farani. Disini Al-Mawardi belajar hadits dan fiqih serta bergabung dengan halaqah Abu hamid Al Asfarayini untuk menyelesaikan studinya.  Selanjutnya, setelah ia menyelesaikan studinya di Baghdad, ia berpindah tempat kekota lain untuk menyebarkan (mengamalkan ilmunya).

Kemudian, setelah lama berkeliling ke berbagai kota, ia kembali ke Baghdad untuk mengajarkan ilmunya dalam beberapa tahun. Dikota itu ia mengajarkan Hadits, menafsirkan Al-Qur’an dan menulis beberapa kitab diberbagai disiplin ilmu, yang hal ini menunjukkan bahwa Al-Mawardi adalah seorang yang alim dalam bidang fiqih, hadits, adab (sastra), nahwu, filsafat, politik, ilmu-ilmu social dan akhlak. Hasil karyanya yang cemerlang tersebut manjadikannya seorang penulis terkenal. Dalam catatan sejarah, Al-Mawardi juga mendalami bidang fiqh pada syekh Abu Al-Hamid Al-Asfarayini, sehingga ia tampil salah seorang ahli fiqh terkemuka dari madzhab Syafi’i.

Sungguhpun Al-Mawardi tergolong sebagai penganut mazhab Syafi’i, namun dalam bidang teologi ia juga memiliki pemikiran yang bersifat rasional, hal ini antara lain bisa dilihat dari pernyataan Ibn Sholah yang menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan tafsir yang dipertentangkan antara ahli sunnah dan mu’tazilah, Al-Mawardi ternyata lebih cenderung kepada Mu’tazilah’. Terlepas dari pandangan-pandangan Fiqihnya, yang jelas sejarah mencatat, bahwa Al-Mawardi dikenal sebagai orang yang sabar, murah hati berwibawa dan berakhlak mulia. Hal ini antara lain diakui oleh para sahabat dan rekannya yang belum pernah melihat Al-Mawardi menunjukkan budi pekerti yang tercela.

Selain itu Al-Mawardi juga dikenal sebagai seorang ulama yang berani menyatakan pendapatnya walaupun harus berhadapan dengan tantangan dan dari ulama’ lainnya. Keberaniannya memberikan gelar Malikal Mulk kepada khalifah Jalaluddin Al-Buwaihi, serta menetapkan berbagai persyaratan kekhalifahan dan pemerintahan merupakan bukti bahwa Al-Mawardi seorang ulama yang tidak takut mengeluarkan pendapat dan fatwanya .

Al-Mawardi belajar dari ulama-ulama yang terkenal pada masa itu, kebanyakan guru Al-Mawardi adalah tokoh dan imam besar di Baghdad. Di antara guru-gurunya adalah :

  • Ash-Shumairi Nama lengkapnya adalah Abu Qasim Abdul Wahid bin Husen al-Shumairi. Beliau merupakan seorang hakim dan ahli fiqh bermadzhab Imam Syafi’i. Ash-Shumairi juga sebagai guru yang aktif dalam menulis. Banyak karya-karyanya dalam bentuk buku yang di gunakan sebagai silabus dalam belajar oleh murid muridnya, antara lain; al-Idha Fil- Madzhab, al-Qiyas wa al Ulul, al-Kifayah dan al-Irsyad. Dari ash- Shumairilah Al-Mawardi mendalami ilmu fiqh, kemudian seperti layaknya seorang murid seperti halnya teman-teman seangkatannya, ia mengembangkan ilmu yang telah didapatkan. Beliau menuntut ilmu dari Abu Hamid Al-Mawarzi dan Abu Fayad. Beliau wafat pada tahun 386 H .
  • Al-Manqiri Al-Manqiri memiliki nama lengkap Muhammad bin Adi bin Zuhar al-Manqiri. Nama Manqiri disandarkan pada bani Manqir bin Ubaid bin Muqais bin Umar bin Ka’ab bin Sa’id bin Zaid Munah bin Tamim bin Maru bin Add bin Thabikhah bin Ilyas bin Mudlar bin Nazar bin Su’ad bin Adnan. Al –Mawardi belajar dengannya ilmu Hadist.
  • Al-Jabali Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Ali bin Muhammad al- Jabali Ia salah satu pakar hadits yang sezaman dengan Abu Hanifah Al- Jumahi.
  • Muhammad bin al-Mu’ally al-Azdi, salah seorang pakar Bahasa Arab.
  • Ali Abu al-Asfarayini. Beliau seorang guru besar dan tokoh terkenal yang memiliki nama lengkap Syekh Islam Abu Hamid Ahmad bin Abi Thahir Muhammad bin Ahmad al-Asfarayini. Ia adalah tokoh madzhab Imam Syafi’i yang lahir pada tahun 344 H. Beliau menghabiskan umurnya hanya dengan ilmu dikota Bagdad. Mempuyai ketegasan dan keberanian dalam mengatakan kebenaran. Beliau wafat pada tahun 406 hijriah.
  • Al-Baqi Al-Baqi memiliki Nama lengkap Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad al-Bukhari al-Ma’ruf al-Baqi. Panggilan al-Baqi diberikan dari nama daerah di Baghdad. Ia salah satu murid dari Abi Ali bin Abi Hurairah. Al-Baqi dikenal sebagai ulama besar dan guru bahasa Arab dan sastra. Ia meninggal dunia pada tahun 39830. Dari al-Baqi Mawardi mendapatkan banyak ilmu khususnya tentang tasawuf
  • Ja’far bin Muhammad Al-Fadal bin Abdullah Abu Qasim Al-Daqaq. Beliau juga dikenali sebagai Ibn Marastani Al-Baghdadi. Wafat pada 387 hijrah. Al-Mawardi belajar dengannya ilmu Hadis. Dan masih banyak guru-guru Mawardi yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya. Dari beberapa gurunya, Abu Hamid al-Asfarayini merupakan guru yang paling berpengaruh terhadap karakteristik Al-Mawardi.

Dari Abu Hamid-lah Mawardi mendalami madzhab Syafi’i dalam kuliah rutin yang diadakannya di sebuah Masjid yang terkenal dengan Masjid Abdullah ibnu al-Mubarak di Baghdad hingga ia terkenal sebagai ulama besar madzhab Imam Syafi’i.

Dengan kedalaman ilmu dan ketinggian akhlaknya, membuat Al-Mawardi terkenal sebagai seorang panutan yang berwibawa dan disegani baik oleh masyarakat umum maupun oleh pemerintah. Setelah selesai belajar dari guru-gurunya, ia kemudian mengajar di Baghdad. Banyak ulama terkemuka hasil bimbinganya, diantara Murid-Murid Imam al-Mawardi :

  • Khatib Al-Baghdadi. Ahmad bin Ali bin Sabit bin Mahdi Al-Hafiz Abu Bakar Al-Khatib al-Baghdadi seorang ahli hadis. Dilahirkan pada Jumadil Akhir 392 Hijrah. Beliau mendapat didikan dari Qadi Abu Taib al-Tabari, Abu Hassan Al-Mahamali, Syeikh Abu Ishak Syirazi dan Abu Nasir bin Sobah. Beliau merupakan seorang yang banyak merantau bagi mencari guru-guru dalam bidang hadis. Beliau telah mengarang 60 buah kitab. Antara yang terkenal yaitu Tarikh Al-Baghdad.

Ibn Makula menyebutkan bahwa al-Baghdadi merupakan seorang ulama yang pernah saya lihat keilmuan, hafalan dan kegigihannya yang tinggi. Kekuatan mengingatkan hadis Rasulullah, mengetahui ‘illah hadis dan kesahihannya. Tidak ada seorang pun di Baghdad ini setelah Al- Darqatini yang sama sepertinya. Kitab kitabnya Antara lain adalah : Tarikh al-Baghdad sebanyak 14 jilid, Kitab al-Kifayah, Al-Jamie, Sharaf Ashab al-Hadis dan Tathfil. Syeikh Abu Ishak Syirazi menyebutkan bahawa Abu Bakar Al-Khatib seperti Al-Darqatini. Dalam mengetahui hadis dan hafalannnya. Beliau wafat pada bulan Zulhijjah tahun 436 Hijrah dan dimakamkam di sebelah Bashar Al-Hafi. Ibn Khallikan menyebutkan bahawa saya mendengar bahwa Syeikh Abu Ishak antara orang yang membawa jenazahnya kerana beliau telah meninggalkan banyak kebaikan terutama dalam kitab hadis yang dikarangnya.


  • Abu Bakar Al Khatib merupakan murid yang paling cerdas dan memiliki daya hafal yang kuat, sehingga ia digolongkan sebagai Muhadisin (orang yang pandai dan hafal hadits). Di samping berguru dengan Mawardi ia juga belajar pada beberapa guru, antara lain; Abu Ishaq al-Syairazi dan Abi Nashar bin Shibaghi. Abu Ishaq mengatakan, “Sungguhnya Abu Bakar adalah seorang murid dan tokoh besar di dar al- Qutni yang memiliki pengetahuan dan daya hafal yang kuat tentang hadits, cabang ilmu, seperti ushul fiqh, fiqh, hadits, tafsir dan politik, dan ini hanya sebagian dari karya-karyanya .
  • Abdul Malik bin Ibrahim bin Ahmad Abu Fadal Al-Hamazi Al-Faradi terkenal dengan al-Maqdisi. Beliau merupakan ahli Hamazan dan menetap di Baghdad sehingga wafat. Beliau telah mendengar ilmu dari Abu Nasir bin Hubairah, Abu Fadl bin Abdon Al-Faqiah dan Abu Muhammad Abdullah bin Jaafar Al-Khabaj, Al-Mawardi dan lain-lain. Beliau telah menghafal kitab Mujmal al-Lughah karangan Ibn Faris dan Gharibu Al- Hadis karanganIbn Ubaid. Beliau merupakan seorang yang zuhud, ahli ibadat dan warak. Beliau wafat pada bulan Ramadhan tahun 489 hijrah ketika berumur hampir 80 tahun.
  • Muhammad bin Ahmad bin Abdul Baqi bin Hassan bin Muhammad bin Tauqi, Abu Fada’il, Al-Rabi’iyy, Al-Mawsili. Menuntut ilmu dengan Al- Mawardi dan Abu Ishak Syirazi. Beliau mendengar ilmu hadis dari Abu Ishak Ibrahim bin Umar Al-Barmaki, Qadi Abu Taib Al-Tabari, Abu Qassim Al-Tanuhi, Abu Talib bin ‘Ailan, Hassan bin Ali Jauhari dan lain lain. Beliau telah pada bulan Safar tahun 494 Hijrah dan dikuburkan di perkuburan Sunizi.
  • Ali bin Saad bin Abdul Rahman bin Muhriz bin Abu Uthman dikenali Abu Hassan Al- Abdari. Beliau telah mengarang kitab berjudul Mukhtasar al- Kifayah yang menceritakan mengenai perbedaan-perbedaan pendapat antara para ulama. Beliau berketurunan dari bani Abdul Dar, berasal dari Mayurqah, Andalus. Beliau merupakan seorang yang alim dalam fatwa dan mengetahui perbedaan pendapat antara ulama-ulama. Beliau mengambil ilmu dari Abu Hazim Al-Zahiri. Kemudian selepas itu, beliau telah berhijrah ke timur, mengerjakan haji dan memasuki kota Baghdad. Beliau telah meninggalkan mazhab Ibn Hazm dan menuntut ilmu dalam mazhab Syafie dari Abu Ishak Syirazi dan Abu Bakar Syasi. Beliau belajar dari Qadi Abu Taib Tabari, Al- Mawardi, Abu Hassan bin Ali Jauhari dan lain-lain. Diriwayatkan darinya oleh Abu Qassim bin Samarqandi, Abu Fadl Muhammad bin Ataf, Saad al-Khair bin Muhammah al-Ansari dan lain-lain. Beliau meninggal dunia pada hari Sabtu bulan Jamadil Akhir tahun 493 Hijrah.
  • Mahdi bin Ali Al-Isfarayni al-Qadi Abu Abdullah. Beliau mempunyai kitab ringkasan dalam bidang fiqih yang berjudul al-Isti’na’. Dalam buku itu ia banyak meriwayatkan tentang Al Mawardi dan Khatib Al Bagdadi dengan syair yang ia sebutkan dalam pengantar bukunya. Lalu ia menyebutkan bahwa Al Mawardi melantunkan sebuah syair kepada sebagian penduduk Al Basrah yang isinya:” kebodohan sebelum kematian adalah kematian bagi mereka yang bodoh, maka tubuh-tubuh mereka sebelum dikuburkan adalah kuburan bagi mereka. Seorang hidup tanpa ilmu adalah mayat dan mereka tidak akan dibangkitkan sekalipun di hari kebangkitan.
  • Ibn Khairun, Imam Al-Alim al-Hafiz al-Musnadu al-hujjah, Abu Fadli Ahmad bin Hassan bin Ahmad bin Khairun al-Baghdad al-Muqarri Ibn al- Baqalani. Dilahirkan pada tahun 406 Hijrah. Mengambil ijazah dari padanya Abu Hassan Muhammad bin Ahmad bin Salat Al-Ahwazi, Abu Husain bin Mutayyim, Muhammad bin Ahmad bin Mahamili dan lain-lain. Beliau mendengar ilmu dari Abu Ali bin Sazan, Abu Bakar Barkani, Ahmad bin Mahamili, Abdul Malik bin Misran dan Al-Mawardi. Beliau adalah seorang yang warak, alim dan banyak meriwayatkan hadis. Beliau wafat pada bulan Rajab tahun 488 hijrah ketika berumur 84 tahun satu bulan.
  • Abdul Rahman bin Abdul Karim bin Hawazan Abu Mansur Al-Khasayri dilahirkan pada bulan Safar 420 Hijrah. Beliau mempunyai akhlak yang mulia, warak, pelembut, sederhana dalam berpakaian, makan dan minum, menghabiskan umurnya dengan beribadat dan berkhalwat. Beliau belajar ilmu dengan bapaknya, dari Abu Hafas Umar bin Abdullah bin Masrur, Abu Said Zahir bin Muhammad bin Ibrahim Al-Nuqani, Abu Abdullah Al Syirazi, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad bin Yahya Al-Mazki dan lain-lain. Beliau pergi ke Baghdad bersama bapaknya dan menuntut ilmu dari Qadi Abu Taib, Al-Mawardi dan Abu akar Muhammad bin Abdul Malik bin Bisran. Beliau wafat pada tahun 482 Hijrah.
  • Abdul Wahid bin Abdul Karim bin Hawazin Al-Ustaz Abu Said ibn Al- Ustaz abu Qassim al-Khusayri di gelar sebagai Rukunul-Islam. Beliau dilahirkan pada tahun 418 Hijrah sebelum kelahiran Imam Haramain setahun. Kehidupannya penuh dengan menuntut ilmu dan beribadat. Beliau sering membaca Al-Quran. Menuntut ilmu hadis dari bapaknya, Abu Hassan Ali bin Muhammad Al-Tirazi, Abu Saad Abdul Rahman bin Hamadan Nasrawi, Abu Hassan Muhammad bin Ahmad bin Jaafar Al- Muzakiki, Abu Abdullah Muhammad bin Bakuwiyyah Al-Sirazi, Qadi Abu Taib al-Tabari dan Qadi Abu Hassan al-Mawardi.
  • Abdul Ghani bin Nazil bin Yahya bin Hasan bin Yahya bin Shahi Al- Alwahi Abu Muhamad Al-Misri berasal dari negeri Mesir, merantau ke kota Baghdad untuk menuntut ilmu dari ulama di sana seperti Qadi Abi Taib al-Tabari, Al-Mawardi, Abi Ishak Barmaki, Abi Muhamad Jauhari dan lain-lain. Ibnu Najar menyebutkan bahwa beliau wafat pada 13 Muharram 486 Hijrah dan disembahyangkan oleh Imam Abu Bakar Al- Shahi. Subki telah menyebutkan bahwa : menurut tarikh Syeikh kami al- Zahibi, beliau wafat pada 483 Hijrah, ini berbeda dengan riwayat oleh Ibnu Najar.
  • Ahmad bin Ali bin Badran, Abu Bakar Hulwani. Beliau dilahirkan pada tahun 420 Hijrah dan belajar hadist dengan Qadi Abu Taib Al-Tabari, Al- Mawardi, Al-Jawhari dan lain-lain. Antara kitabnya ialah kitab Lata’iful Ma’arif. Beliau wafat pada Jumadil Awal tahun 507 Hijrah dan dikebumikan di Bab al-Harb. 11. Syeikh Islam, Imam Al-Hafiz Al-Mufidu Musnid, Abu Gana’im Muhamad bin Ali bin Maimum bin Muhamad Al-Nursi, Al-Kufi. Dilahirkan pada 424 Hijrah. Seorang yang tsiqah, warak dan banyak sembahyang tahajjud pada waktu malam. Beliau menuntut ilmu dari Muhammad bin Ali bin Abd Rahman Alawi, Abi Taib Al-Tabari, Al-Mawardi dan lain-lain. Beliau meninggal dunia pada 16 Sya’ban tahun 510 Hijriah dan dimakamkan di Kufah.
  • Abu Izzi Ahmad bin Ubaidillah bin Muhammad bin Ahmad bin Hamadan bin Umar bin Ibrahim bin Isa, anak sahabat Nabi SAW. bernama Uthbah bin Furqad Sulaimi Al-Ukbari, dikenali sebagai Ibn Kadis. Beliau dilahirkan pada bulan Safar tahun 432 hijrah. Beliau menuntut ilmu dengan Abu Taib Al-Tabari, Al-Mawardi, Al-Jauhari, Abu Ali Muhammad bin Husain Jaziri dan Abu Husain bin Narsi. Beliau wafat pada tahun 526 Hijriah.

Karya Imam Mawardi

Selain seorang ulama yang waktunya banyak digunakan untuk keperluan pemerintah dan mengajar, Al-Mawardi tercatat sebagai ulama yang banyak melahirkan karya-karya tulisnya dengan ikhlas. Ditengah-tengah kesibukannya sebagai Qodhi, Al-Mawardi juga banyak memanfaatkan waktunya untuk banyak membuat karya tulis/ilmiah.

Tidak kurang dari 12 judul yang secara keseluruhan dapat dibagi tiga kelompok pengetahuan, yaitu; Kelompok pengetahuan agama antara lain; kitab Tafsir yang berjudul An-Nukat wa al’uyun, kitab ini menurut catatan sejarah belum pernah diterbitkan, naskah buku ini masih tersimpan pada perpustaaan college ‘Ali di konstitunopel dan perpustakaan kubaryali dan Rampur di india. kitab Al Hawi Al-Kabir, kitab ini adalah sekumpulan pendapat hasil ijtihad beliau dalam bidangang fikih. Kitab ini disusun berdasarkan Mazhab syafi’i, memuat 4000 halaman dan disusun dalam 20 bagian.

Masih juga dalam bidang ilmu pengetahuan agama adalah kitab Al-Iqra’,yang merupakan ringkasan dari kitab Al-hawi Al-kabir, ditulis dalam 40 halaman serta Adab Al-qodhi, Al-Iqna’ dan ‘Alam An-Nubuwah. Kelompok pengetahuan politik dan ketatanegaraan antara lain; Al-Ahkam as Sulthoniyah, Nasihat Al-Mulk, Tshil an-Nazar Wa Ta’jil Az-zafar dan Qowanin alWizaroh Wa Siasat Al-Mulk. Kitab-kitab tersebut termasuk karya baliau yang sangat populer dikalangan dunia Islam.

Naskah-naskah kitab ini telah diterbitkan di Mesir oleh penerbit Dar Al-Usul pada tahun 1929 dan telah diterjemahkan kedalam bahasa jerman, prancis dan latin Selanjutnya adalah kelompok pengetahuan bidang akhlak yang termasuk kelompok bidang ini adalah kitab an-Nahwu, al-Ausat wa’alhikam dan al-Bughyah fi adab ad-Dunnya waddin. kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din dinilai sebagai buku yang amat bermanfaat. Buku ini pernah ditetapkan oleh kementrian pendidikan di Mesir sebagai buku pegangan di sekolah-sekolah tsanawiyah selama lebih dari 30 tahun. Selain di Mesir, buku ini diterbitkan pula beberapa kali di Eropa, sementara itu ulama Turki bernama Hawais Wafa Ibn Muhammad Ibn Hammad Ibn Halil Ibn Dawud Al-Jurjany pernah mensyarahkan buku ini dan diterbitkan pada tahun 1328. Kitab inilah yang aklan menjadi sumber primer dari penelitian ini

Pemikiran Imam Mawardi

Tidak diragukan lagi bahwa Imam Al-Mawardi merupakan tokoh ulama dan pemikir politik dalam dunia ilmu Islam. Buku-bukunya merupakan rujukan kepada pengkaji ilmu sejak dahulu sehingga sekarang, bukan saja di timur tetapi juga dibarat. Kitab al-Hawi al-Kabir sebanyak 22 jilid adalah kitab yang terkenal paling banyak membicarakan ilmu fiqih dalam mazhab Syafi’i. Al-Khatib Al-Baghdadi menyebutkan dalam Tarikh Baghdad bahwa Imam Al-Mawardi seorang yang mempunyai tsiqah di antara ulama dari mazhab Syafie.

Ibn Jawzi menyebutkan bahawa Al-Mawardi seorang yang soleh. Yakut dalam Mu’ajam Adaba’ menyebutkan bahwa Al-Mawardi seorang alim yang terkemuka bermazhab Syafie. Abu Ishaq As-Syirozi Menyebut Al-Mawardi sebagai seorang yang agung diantara Fuqoha As-syafi’iyah dan Al-Hafid dalam Mazhab. Senada dengan pendapat para ulama diatas Ibn Khalikan mengomentari Al-Mawardi sebagai seorang senior didalam Mazhab Asy-Syafi’i serta menjadi tokoh rujukan.

Taj As-subki berkata” saya wajib menempatkan Al-Mawardi pada derajat yang luhur sebagai seorang pemikir karena beliau mempunyai keluasan ilmu dan metode berfikir serta Ahli dalam berbagai disiplin keilmuan”. Ibnu Qadhi Syuhbah berkata”Al Mawardi adalah salah satu imam yang mempuyai kedudukan tinggi. Mazhab Fiqh Al-Mawardi, Al-Mawardi merupakan seorang ulama yang ulung dan seorang ahli fiqih bermazhab Syafi’i. Tidak hanya itu, ia juga dianggap sebagai ulama pembela mazhab, mempunyai intelektualitas tinggi bahkan menjadi salah satu tokoh dalam mazhab Syafi’i itu sendiri.

Kredibilitas al-Mawardi dalam hifzh (hafalan hadis), fiqh, telah diakui oleh banyak ulama, seperti Abu Ishaq al- Syirazi, al-Khathib al-Baghdadi, al-Subki, dan lain-lain. Abû Ishaq al-Syirazi mengatakan: “Ia adalah seorang pembela mazhabnya”. Tentang kedudukan al-Mawardi dalam mazhab fiqih, al-Khathib al- Baghdadi mengatakan bahwa gurunya tersebut merupakan seorang ahli fiqh mazhab Syafi’i yang terkemuka, sebagaimana tercantum dalam kitab : berikut Baghdâd “Ia merupakan salah seorang ahli fiqh mazhab Syafi’i yang terkemuka, dan ia menjadikan mazhabnya itu sebagai pedoman dalam urusan kehakiman di berbagai daerah.

Tentang keahlian al-Mawardi dalam bidang al-hadits, al-Baghdadi mengatakan: “ (hadisnya dituliskan/diakui periwayatnya, karena ia adalah seorang tsiqah). Singkatnya, al-Mawardi merupakan seorang ulama yang mempunyai reputasi tinggi dan keilmuan yang luas dalam segala bidang. Dalam kitab Thabaqat al-Syafi’iyyah al-Kubra, al-Subki mengatakan: “Al-Mawardi merupakan seorang imam yang mulia, mempunyai kedudukan yang tinggi dan kemampuan intelektual yang terbentang luas dalam mazhabnya, serta menguasai segala bidang ilmu.” Sejarawan Ibnu Al-Atsir berkata: “ Al-Imam Al-Mawardi adalah seorang Al-Imam. Abu Fadhl ibnu Khairun Al-Hafidz berkata: Al-Imam Al- Mawardi adalah orang hebat. Ia mendapatkan kedudukan tinggi dimata sulthan. Ia adalah salah seorang imam, dan mempunyai karya tulis bermutu dalam berbagai disiplin Ilmu.

Related posts