Biografi Singkat Fazrul Rahman : Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran

Biografi Singkat Fazrul Rahman : Profil, Pendidikan, Karya dan Pemikiran

Biografi Singkat Fazrul Rahman | Profil Fazrul Rahman | Pendidikan Fazrul Rahman | Karya Fazrul Rahman | Pemikiran Fazrul Rahman | Wislahcom | Referensi |

Profil Fazrul Rahman

Fazlur Rahman dilahirkan pada tanggal 21 September 1919 di Hazara, suatu daerah di Anak Benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di Barat Laut Pakistan. Wilayah ini sudah tidak diragukan lagi telah melahirkan banyak pemikir Islam yang cukup berpengaruh dalam perkembangan pemikiran Islam, Seperti Syah Waliyullah ad-Dihlawi (1703-1762 M), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M), Sayyid Amir Ali (1849-1928 M) dan Muhammad Iqbal (1977-1938 M). Pada masa ini umat Islam di India sedang bergejolak dan berjuang membentuk negara sendiri yang bebas dari India, yaitu suatu negara yang berlandaskan ajaran Islam. Fazlur Rahman dibesarkan dalam suatu keluarga dengan tradisi keagamaan mazhab Hanafi yang cukup kuat. Oleh karenanya, sebagaimana diakuinya sendiri bahwa ia telah terbiasa menjalankan ritual-ritual agama, seperti shalat dan puasa secara teratur sejak masa kecilnya dan tidak pernah meninggalkannya.

Dasar pemahaman keagamaan keluarganya yang cukup kuat itu dapat ditelusuri dari ayahnya yang bernama Maulana Shihab ad-Din dan ibunya bernama Ny. Bilqis Rahman. seorang ulama tradisional kenamaan lulusan Dar al-‘Ulum, Deoband. Di sekolah ini Shihab ad-Din belajar dengan beberapa tokoh terkemuka, diantaranya Maulana Mahmud Hasan ( w.1920) yang lebih dikenal dengan Syekh al-Hind, dan seorang Fakih ternama Maulana Rasyid Ahmad Gangohi (w. 1905). Maulana Shihab ad-Din sendiri adalah seorang ulama modern, meskipun terdidik dalam pola pemikiran Islam tradisional. Ayahnya ini memiliki keyakinan bahwa Islam melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan yang harus dihadapi.


Pandangan ayahnya inilah yang kemudian mempengaruhi pemikiran dan keyakinan Fazlur Rahman. Keyakinan seperti ini pulalah yang kemudian dimiliki dan mewarnai pemikiran Fazlur Rahman. Bekal dasar tersebut di atas memiliki pengaruh yang cukup berarti dalam pembentukan kepribadian dan intelektualitas Fazlur Rahman pada masa-masa selanjutnya.

Pendidikan Fazrul Rahman

Pada usia 14 tahun atau sekitar 1933 Fazlur Rahman dibawa ke Lahore-tempat tinggal leluhurnya dan memasuki sekolah modern. Sekolah atau madrasah ini didirikan oleh Muhammad Qasim Nanotawi pada 1867. Meskipun seperti itu, pada malam harinya ia tetap mendapatkan pelajaran agama secara tradisional dari Maulana Syihb al-Din di tempat tinggalnya.

Semangat muda Rahman mengantarkan dia mulai gemar belajar filsafat, bahasa Arab, teologi, hadis dan tafsir pada usia empat belas tahun. Lebih dari itu, karier intelektualnya ditingkatkan dengan penguasaan berbagai bahasa: Persia, Urdu, Inggris, Perancis dan Jerman. Bahasa Eropa kuno pun, Latin dan Yunani, ia dalami sebagai pengetahuan yang workable.

Pada tahun 1940, promotor neo-modernisme ini menyelesaikan pendidikan akedemiknya dengan gelar Bachelor of Art (BA) dalam bidang bahasa Arab pada Punjab University Lahore. Tahun 1942 gelar Master (MA) berhasil diperolehnya di Universitas yang sama. Gelar akademik yang dimiliki Rahman ini dianggapnya kurang memberikan kepuasan dalam nalar intelektual. Sebab ia menilai bahwa gelar akademik di Pakistan hanyalah formalitas-akademik. Tak jauh bedanya dengan studi lokal yang baginya kurang banyak wawasan yang kritis tentang keIslaman. Untuk meraih cita-citanya dalam kajian Islam, ia tidak melanjutkan belajar di Timur Tengah. Tetapi ia mencoba untuk menerobos dunia Barat.

Di usia 27 tahun (1946) Fazlur Rahman berangkat studi doctoral di Universitas Oxford Inggris. Disertasi yang ia angkat adalah tentang Ibnu Sina di bawah bimbingan Profesor S. Van Den Bergh dan H.A.R. Gibb. Gelar Ph.D (Philosopy Doctor) berhasil ia raih pada tahun 1949. Padahal sebelumnya Fazlur Rahman telah pula menyelesaikan Ph.D nya di Lahore, India. Hal ini diduga, dalam pandangan Fazlur Rahman mutu pendidikan tinggi Islam di India ketika itu amat rendah.

Semenjak belajar di Inggris, Fazlur Rahman berkesempatan mempelajari bahasa-bahasa Barat. Sebagaimana telah disebutkan di atas, paling tidak ia menguasai sembilan bahasa: Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, Persia dan Urdu sebagai bahasanya sendiri di Pakistan. Ini dapat ditelaah dari karya-karya ilmiahnya yang fasih dengan menggunakan salah satu dari sembilan bahasa tersebut. Diceritakan oleh Frederich Mathewson Denny dalam The Legacy of Fazlur Rahman, bahwa ia sudah mulai belajar bahasa Jerman sebelum meninggalkan India. Ia telah menerjemahkan buku Die Richtungen der Islamichen Koranauslegung karya Ignaz Goldziher ke dalam bahasa Inggris yang telah diterbitkan oleh E.J. Brill Leiden pada tahun 1920.

Penguasaan bahasa-bahasa ini jelas sangat membantu upaya Fazlur Rahman dalam memperdalam dan memperluas keilmuannya, terutama dalam studi-studi Islam melalui penelusuran literatur-literatur keIslaman yang ditulis para orientalis dalam berbagai bahasa. Dengan pengalaman ini, seperti disimpulkan dari pandangan-pandangannya dalam masalah agama, Fazlur Rahman tidak apologistik, tetapi lebih memperlihatkan penalaran obyektif. Dengan demikian, banyak intelektual yang menjadikannya sebagai panutan dalam pemikiran Islam.

Karya Fazrul Rahman

  • Prophecy in Islam: philosophy and Orthodoxy ( London: George Allen & Unwin, 1958). Penulisan buku ini dilatar belakangi oleh kenyataan bahwa para sarjana modern yang mengkaji pemikiran keagamaan kaum muslimin kurang menaruh perhatian terhadap doktrin kenabian. Maka buku ini memusatkan kajiannya kepada masalah tersebut dengan menela‟ah pandangan para filosof Muslim yakni al-Farabi dan Ibnu Sina tentang doktrin intelek, proses psikologis wahyu teknis atau imajinatif, doa dakwah dan syariah.
  • The philoshophy of Mulla Shadra ( Albany: University of New York Press,1975). Buku ini berupaya memperkenalkan pemikiran religio-filosofis Shadra al-Din al-Syirazi ( Mulla Sadra), secara kritis dan analitis, dengan bersandar pada karya shadra sendiri yakni al-Asfar al- Arba’ah.
  •  Islam ( chicago: the university of Chicago press,1979). Karya Rahman ini sebenarnya hanyalah pengantar tentang islam. Akan tetapi berbeda dengan buku-buku pengantar lainnya, termasuk juga yang ditulis oleh para orientalis tentang Islam. Untuk memahami buku ini diperlukan pemahaman yang memadai tentang dasar-dasar Islam bagi para pembacanya. Kelebihan buku ini, karena di dalamnya kaya dengan interpretasi dari sudut pandang normatif, sehingga dapat disejajarkan dengan buku-buku yang ditulis oleh para sarjana Barat. Disisi lain, posisi evaluatif Rahman dari sudut pandang neo- Modernisme Islam membuat buku ini tidak dapat disejajarkan dengan buku-buku pengantar tentang Islam yang ditulis oleh para sarjana muslim Kontemporer.
  •  Major themes of al- Qur’an ( Minneapolis: Bible Lotheca Islamica,1980). Buku ini merupakan kajian tematik tentang al-Qur‟an yang menampilkan secara sistematik beberapa tema pokok al-Qur‟an yaitu, Tuhan, manusia sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan, serta lahirnya masyarakat Muslim. Buku ini juga dilengkapi dengan dua apendiks yakni tentang situasi religius yang dihadapi kaum Muslimin di Mekah, serta masalah Ahl kitab dan keanekaragaman agama-agama. Penulisan buku ini pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kegagalan penulis- penulis Mulim dan non-Muslim baik dalam mengungkapkan pandangan al-Qur‟an yang kohesif tentang alam semesta dan kehidupan, maupun dalam mengungkapkan eksposisi yang bermanfa‟at mengenai pandangan al-Qur‟an tentang Tuhan, manusia dan masyarakat.
  • Islamis and modernity Transformation of an intellectual Tradition. Buku ini adalah hasil proyek riset Universitas Chicago, dengan tema: Islam and Social change (Rahman adalah pemimpin proyek tersebut). Proyek tersebut diadakan karena melihat kenyataan bahwa dunia Islam dewasa ini tengah menghadapi krisis yang berimplikasi terhadap masa depan Islam. Rahman berupaya menelaah akar kesejarahan krisis tersebut dalam sejarah zaman klasik hingga dewasa ini, dan menawarkan suatu konsep untuk mentransformasikan kehidupan Intelektual Islam ke dalam suatu kekuatan yang kreatif dan vital. Menurut Rahman, jika krisis pemikiran Islam dewasa ini akibat kaum muslimin menjauh dari semangat ajaran Muhammad, maka solusinya adalah kembali kepada akar-akar spiritualnya, tetapi istilah kembali yang dipahami Rahman berbeda dengan apa yang dianjurkan oleh kebanyakan gerakan Pembaharuan Islam.
  • Islamic Methodology in History ( Islam abad: Islamic Research institute, 1984). Buku ini adalah karya Rahman yang pada awalnya adalah artikel Rahman yang dipublikasikan dalam jurnal islamic Studies dari tahun 1962-1963. Buku ini memperlihatkan evolusi historis dari perkembangan keempat landasan pemikiran Islam yakni, Al-Qur‟an, Sunnah, Ijtihad,dan Ijma‟. Dan bagaimana peran keempat hal tersebut dalam perkembangan Islam. Buku ini tidak hanya bersifat historis, tetapi juga bersifat interpretatif. pada sisi historis, Rahman menemukan bahwa sunnah kaum Muslimin yang awal merupakan kristalisasi dari Ijtihad terhadap sunnah Nabi. Sunnah yang hidup itu kemudian dibukukan ke dalam hadist-hadist yang ada pada sa‟at itu. Tetapi, disisi lain Rahman menolak doktrin kembali kepada sunnah secara harfiyah, dan mendesak kaum Muslimin melakukan reevaluasi terhadap berbagai unsur dalam hadist dan meinterpretasikan secara sempurna selaras dengan perubahan-perubahan kondisi sosio-moral dewasa ini.
  • Helt and Medicine in islamic tradition; Change and identity ( New york: Crossroad, 1987). Ini adalah karya terakhir Rahman dalam bentuk buku. Buku ini tampaknya sebuah rintisan untuk melukiskan hubungan antara Islam sebagai suatu sistem kepercayaan dan tradisis dengan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan manusia. Kajian buku ini berusaha menjawab masalah-masalah nilai apakah yang diberikan Islam dan tradisinya untuk kesehatan manusia (spiritual, mental, dan fisik). Serta inspirasi apakah yang diberikan kepada kaum muslimin untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut? dalam epilognya Rahman menegaskan bahwa masalah-masalah besar yang dihadapi kaum muslimin dewasa ini adalah akulturasi kedokteran modern ke dalam Islam, memberinya nilai-nilai moral- spiritual dan motivasi serta menciptakan basis finansial yang memadai untuknya melalui pendayagunaan zakat.

Pemikiran Fazrul Rahman

Pada dekade 1950-an, corak intelektualisme Rahman masih diwarnai oleh Islam historis, pertanyaan ini tentu didasarkan atas perkembangan yang tampak dari tulisan-tulisannya. Tetapi, mencermati ide-ide yang dimunculkan dalam karya-karyanya pada masa ini, kajiannya sudah menunjukan sikap yang kritis analitis. Munculnya karya Prophecy in Islam pada tahun 1958, misalnya, di latar belakangi oleh kurangnya perhatian yang diberikan para sarjana modern terhadap bidang religio-filosofis Islam yang sangat penting tentang doktrin kenabian.


 Karya yang lahir pada awal perkembangan pemikirannya ini merupakan kajian historis murni dan tidak bersifat interpretatif. Bahkan, pada masa-masa ini, Rahman sebenarnya telah menelaah pemikiran religio-filosofis Islam pada periode modern.

Pada 1955, misalnya, ia menulis buku tentang perkembangan pemikiran filosofis modern dengan memberi perhatian khusus pada pemikiran Muhammad Iqbal. Dalam tulisannya ini, ia menganggap bahwa sebagian besar upaya intelektual kalangan modernis terpusat pada masalah-masalah hukum dan sosial praktis. Hal ini disebabkan oleh :

  • pada saat itu kaum muslim tidak merasa puas dengan peninggalan mazhab hukum abad Pertengahan. Mereka menganggap peninggalan itu sudah tidak memadai lagi untuk kondisi modern;
  • Adanya berbagai serangan yang memojokan dari kalangan Barat terhadap Islam, terutama sekali diarahkan pada pranata-pranata hukum dan sosialnya serta moralitas yang terkandung di dalamnya. Menurut Rahman, perhatian para modernis terhadap filsafat moral sangat kecil, atau bahkan tidak ada. Perhatian di bidang ini baru terealisasi pada masa Iqbal, yang dipandang Rahman sebagai “satu-satunya filsuf periode modern Islam”, melalui karya utamanya The Reconstruction of Religious Thought in Islam. Menurut Rahman, melalui karyanya ini, ada upaya serius dari penulisnya untuk memformulasikan metafisika Islam yang baru. Perhatian Rahman pada masa-masa awal perkembangan pemikirannya ini tidaklah terbatas pada aspek religio-filosofis modernis Islam. Sebab ia juga menganalisis secara kritis perkembangan-perkembangan internal Islam periode modern. Dalam hal kenegaraan (Islam) misalnya, Rahman menyatakan: “Modernis di bidang ini juga belum mampu menyusun suatu teori yang konsisten tentang negara Islam yang akan mengharmoniskan konsep-konsep demokrasi Barat (titik tolaknya bukan Islam) dengan cita-cita Islami.

Kritisisme Rahman dalam kaitan ini tidak hanya tertuju pada kaum modernis, tokoh fundamentalis Pakistan atau disebut juga oleh Rahman sebagai neo-fundamentalis atau neorevivalis Abu A‟la al-Mawdudi, ataupun kaum tradisionalis, juga dikritik habishabisan olehnya. Sementara, pembelaan Rahman terhadap modernisme Islam dari para kritikus Barat, terlihat ketidaksetujuannya terhadap pernyataan mereka bahwa tulisan-tulisan para modernis tidak menampakkan tradisi teologis yang seragam serta tidak memiliki makna konseptual positif yang homogen.

Dengan demikian latar belakang politik kenegaraan ini mewarnai gagasangagasan Rahman selanjutnya hingga ia kembali ke Pakistan. Buku penting lain yang dihasilkan Rahman pada masa-masa ini adalah Islam. Di dalam buku ini, Rahman menyuguhkan perkembangan umum Islam selama 14 abad. Tetapi, seperti dalam Islamic Methodology, karya ini juga merupakan kajian historis sekaligus interpretatif untuk beberapa bagiannya. Dalam bagian interpretatif buku ini, selain berisi ide-ide modernism Islam, ciri apologetik sangat tampak, baik yang umunya ditunjukan kepada kesarjanaan Barat maupun Islam ortodoks.

Namun demikian, sungguhpun ia telah mengkritik kalangan terakhir ini, tampaknya, menurut Taufik Adnan Amal, Rahman belum membedakan diri dari mereka. Selain itu, ia telah menilai bahwa pendekatan historis adalah satu-satunya metode tafsir yang dapat diterima dan berlaku adil terhadap tuntutan intelektual dan integritas moral, namun suatu rumusan metodologi yang sistematis dan komprehensif belum digarapnya. Karena itu, pemisahan yang tegas Rahman dari mereka ini serta perumusan metodologinya, baru tampak jelas setelah ia pindah ke Chicago. Sejak kepindahannya ke Chicago, karya-karya yang ditulisnya sejak 1970, menurut Adnan Asmal, mencakup hampir semua kajian Islam normatif ataupun historis, sama dengan ketika ia masih berada di Pakistan.

Tiga karyanya adalah The Philosophy of Mulla Sadra (1975), Major Themes of the Qur’an (1980), dan Islam and Modernity (1982). Dari studi The Philosophy of Mulla Sadra, Rahman menyimpulkan bahwa sistem filsafat Mulla Sadra sangat komplek dan orisinal, sekalipun sistem filsafat ini dikarakterisasi oleh beberapa inkonsistensi dan kontradiksi yang fundamental, lantaran upaya Sadra untuk merekonsiliasikan berbagai pemikiran religio-filosofis Islam, khususnya antara tradisi peripatetik dengan tradisi Ibn Arabi. Kajian Rahman ini memang merupakan kajian yang murni historis dan tidak memiliki signifikasi dalam istilah-istilah kajian Islam normatif.

Dalam Major Themes-nya, kendati ciri apologetik Rahman sangat menonjol, karya ini sangat signifikan dalam kajian-kajian ilmiah kontemporer mengenai Alquran. Melalui karya ini Rahman berhasil membangun suatu kajian filosofis yang tegar untuk perenungan kembali makna dan pesan Alquran bagi kaum Muslim kontemporer. Rahman menawarkan suatu ide untuk membuat pembedaan antara “ketentuan hukum” dan “perintah moral” atau “ideal moral” Alquran.

Dengan pembedaan semacam ini, Rahman berhasil mengoreksi berbagai pandangan tradisional misalnya, tentang poligami dan perbudakan. Lebih jauh ia menekankan perlunya pemahaman latar belakang sosiohistoris ajaran-ajaran hukum Alqur‟an guna memahami ideal moral atau rasiolegis-nya. Rasio-legis adalah esensi hukum, sedang legislasi aktual adalah perwujudannya jika legislasi tersebut merealisasikan rasio-legis secara sepenuhnya dan tepat. Jika tidak, maka hukum harus diubah. Ketika situasi berubah sehingga hukum gagal mencerminkan rasio-legis, maka hukum harus diubah. Konsepsi-konsepsi Rahman yang kritis dan radikal ini tampak secara jelas ketika ia meluncurkan Islam & Modenity-nya. Sebab melalui buku ini, sikap proaktif Rahman dalam memajukan Islam dan membangun masyarakatnya tampak kelihatan.

Menurut Adnan Asmal, setelah Rahman menyadari bahwa dunia Islam dewasa ini tengah menghadapi krisis yang memiliki implikasi serius terhadap masa depan Islam, ia kemudian berusaha menelaah akar kesejarahan krisis tersebut dan menawarkan suatu blue-print bagi transformasi kehidupan intelektual Islam kedalam suatu kekuatan kreatif dan vital. Jika Islam hendak direvitalisasi serta jika kaum Muslim hendak menjadi suatu kekuatan dahsyat dan produktif, yang mampu membentuk masa depanya kembali. Dengan demikian, puncak perkembangan pemikiran Rahman pada dasarnya diawali dari kesadaran bahwa Islam dewasa ini tengah menghadapi krisis yang sebagian berakar pada Islam sejarah, serta sebagian lagi dikarenakan penetrasi pengaruh-pengaruh Barat yang menampilkan dirinya dalam bentuk tantangan-tantangan modernitas. Rahman lalu berupaya mengelaborasi terapi dan solusi terhadap krisis tersebut. Tentu saja, dorongan utama yang menyebabkannya mengajukan solusisolusi Islaminya adalah dorongan keagamaan dan rasa tanggung jawabnya bagi Islam, umat, dan masa depan mereka di tengah-tengah modernitas dunia dewasa ini.

Related posts